HUKA
(Gnetum sp)
Disusun Oleh:
NAMA
|
:
|
TANTRIATI
|
NIM
|
:
|
12011025
|
PROGRAM KEAHLIAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan yang berjudul “ HUKA (Gnetum sp.) “ ini telah diterima dan diteliti pada :
Tanggal :
Oleh :
Yogyakarta,15 Januari 2013
Dosen Pembimbing Penyusun
DRA.UMUL AIMAN, M.Si (TANTRIATI)
Laporan ini dibuat untuk Memenuhi persyaratan terselesaikannya Tugas Akhir Mata
Kuliah Botani dan syarat
mengikuti Responsi Botani.
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatdan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan laporan
Botani.
Laporan ini disusun guna untuk memenuhi
persyaratan agar dapat mengikuti responsi Mata Kuliah Botani dan lulus pada Mata kuliah Botani fakultas Agroindustri
universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
ini tidak lepas dari bantuan yang berasal dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra.Umul Aiman,M.Si selaku dosen
pengajar mata kuliah botani.
2. Pengelola
Laboratorium Botani Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
3. Semua
pihak yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
senantiasa menerima saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga
memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini.
Yogyakarta, 15 Januari 2013
Penyusun
(Tantriati)
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul …………………………………………………………….. i
Halaman Pengesahan. …………………………………………………… ii
Kata Pengantar …………………………………………………………… iii
Daftar Isi …………………………………………………………… iv
I. Pendahuluan …………………………………………………………… 1
A. Latar
Belakang ............…………………………………………………… 1
B. Tujuan ............ ………………………………………………………….... 1
II.Tinjauan Pustaka …………………………………………………………… 2
A. Mengenal Huka ..........……………………………………………………. 2
B. Nutrisi dan Pemanfaatan Huka/Melinjo .......... ……………………………. 12
C. Perbanyakan Tanaman Huka/Melinjo ............……………………………. 15
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 21
Lampiran …………………………………………………………………… 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berdasarkan sejarahnya Huka atau melinjo berasal dari
Semenanjung Malaysia. Daerah distribusinya kini memebentang dari daerah Assam
sampai Kepulauan Fiji (Markgraf, 1954). Namun ada beberapa yang beranggapan
bahwa melinjo berasal dari Indonesia. Tanaman ini oleh pendatang dibawa dari
Ambonia ke Penang pada tahun 1809, kemudian dibawa masuk lagi ke Indonesia
(Hunter,1909).
Di Indonesia melinjo merupakan
tanaman yang tersebar di mana-mana, banyak ditemukan di pekarangan rumah
pedesaan dan halamn-halaman rumah penduduk di kota. Ada yang sengaja ditanam,
banyak yang tumbuh tanpa perawatan sebagai tanaman sela diantara
tanaman-tanaman lainyya.
Nama tanaman ini ternyata
diberbagai daerah di Indonesia bermacam-macam yakni belinjo, melinjo, maninjau,
bagor, so, ttrangkil, dan tangkil sako, dan Huka menunjukkan penyebarannya yang
cukup luas. Meskipun tanaman ini sudah lama dikenal orang dan dimanfaatkan,
tetapi baru akhir-akhir ini dibudidayakan secara khusus.
Untuk memperjelas deskripsi tanaman
ini maka ditulislah laporan singkat ini tenteng klasifikasi, morfologi, dan
anatomi tentang tanaman melinjo untuk mempermudah dalam mengenali tanaman ini
utamanya dalam pembelajaran.
B. Tujuan
1.
Untuk
mengenal tanaman huka/ melinjo terkait klasifikasi, struktur morfologi, dan
anatomi tanaman.
2.
Mengetahui kandungan nutrisi yang
terkandung dalam huka/melinjo dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mengetahui
teknik perbanyakan tanaman huka.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
MENGENAL
HUKA
A. Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Gymnospermae
Classis : Gnetinae
Ordo : Gnetales
Familia` : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon
Melinjo (Gnetum gnemon Linn.)
atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil
adalah suatu spesies
tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal
dari Asia tropik, melanesia,
dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo
(bahasa
Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa
Melayu dan bahasa Tagalog), Khalet (Bahasa Kamboja), muling (Aceh), peesae (Pattani Malay), dae (Kwara'ae), phakmiang (Thailand) dan bét, rau bép, rau danh atau gắm (Vietnam) dan di daerah Sulawesi
sendiri sering dikenal sebagai Huka. Melinjo banyak
ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama
dimanfaatkan buah dan daunnya. Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya
yang biasanya merupakan liana, melinjo berbentuk pohon.
B. Morfologi Tanaman
Habitus :
|
Habitus dari tanaman Gnetum gnemon berupa pohon dengan ketinggian mencapai ±15 meter.
|
Akar :
|
Sistem perakaran pada Gnetum gnemon adalah sistem perakaran tunggang (radix primaria)
|
Batang :
|
Batang dari Gnetum
gnemon berkayu, berbentuk bulat (teres), permukaan rata (laevis) dengan
sistem percabangan simpodial.
|
Daun :
|
Daun dari Gnetum gnemon adalah daun tunggal
terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bentuk helaian daun oblongus, ujung daun acuminatus, tepi daun integer
dan yulang daun menyirip (penninervis). Duduk daun berhadapan (folia opposita) tanpa stipula. Daun, jika
dipatahkan atau disobek memperlihatkan serabut daun yang menonjol.
|
Bunga :
|
Bunganya
uniseksualis dioecus, terdapat pada bulir dalam percabangan dichasium.
Terletak pada ketiak daun (axillaris), terdapat brachtea pada tiap karangan.
Bunga jantan terdiri dari benang sari yang di atasnya terdapat sebaris ovulum
yang steril. Bunga betina dalam karangan bulir dengan ovulum yang sebagian
fertile yang dibungkus oleh perigonium yang berdaging.
|
Biji :
|
Biji dari Gnetum
gnemon diselubungi oleh selaput luar yang kerad yang disebut integumen
luar dan selaput dalam yang disebut integument dalam dan juga diselubungi
oleh tenda bunga (perigonium) yang berdaging dan akhirnya berwarna merah jika
bijinya telah masak.
|
C. Deskripsi
botani
Melinjo
merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging
tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo
tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang
dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril
yang berdaging.
Tanaman
melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu
menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai
ketinggian 25 m dari permukaan tanah.
Tanaman
melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan,
okulasi, penyambungan dan stek).
Gnetum
gnemon merupakan satu-satunya contoh yang saya ambil untuk membuat peri
kehidupan dari kelas Gnetopsida. Merupakan tumbuhan yang habitusnya pohon
dengan batang yang berkayu serta pola percabangan monopodial. Daunnya jenis
tunggal dengan tepi yang rata, duduk daunnya berhadapan serta sudah memiliki
pola pertulangan daun. Merupakan tumbuhan yang berumah dua dimana strobilus
jantan dan betina terpisah, letak keduanya adalah sama-sama aksilaris. Jumlah
mikrosporofi dan makrosporofil banyak dan berkarang. Keterbukaan bijinya sudah
hampir tertutup.
Anatomi Batang Gnetum Morfologi
Gnetum gnemon
1, branch with male
inflorescences; 2, part of male inflorescence; 3, male flower; 4, branch with
female inflorescence and infructescence; 5, female inflorescence; 6, seed
Redrawn and adapted by W. Wessel-Brands
Redrawn and adapted by W. Wessel-Brands
Keprimitifan suatu spesies jika
dilihat dari hasil pengamatan adalah yang jumlah skornya paling sedikit. Namun
pada dasarnya keprimitifan/kemajuan suatu spesies dilihat dari pola
percabangannya, keterbukaan bijinya habitusnya atau lebih tepatnya sifatnya
lebih mendekati tumbuhan berbiji terbuka. Artinya semakin mendekati sifat
tumbuhan berbiji terbuka maka Pinophyta ini sudakh semakin maju. Selain itu
juga sifatnya sudah jauh dari tumbuhan paku. Tumbuhan yang sudah memiliki
kemajuan adalah yang sudah mempunyai pola pertulangan daun seperti pada Gnetum,
namun jika dilihat dari keterbukaan bijinya, Gnemon memiliki biji yang hampir
tertutup yang artinya sudah maju, Jenis kelamin juga berpengaruh dari penilaian
maju atau tidaknya tumbuhan ini, yang berjenis kelamin ganda atau berumah satu
dianggap lebih primitive daripada yang berumah satu. Untuk penentuan skor
keprimitifan/kemajuan tersebut tergantung dari aspek yang diamati, makin besar
kemiripannya dengan tumbuhan berbiji tertutup maka poin yang diberikan besar
tapi jika lebih mendekati tumbuhan paku maka skornya kecil. Dari hasil
pengamatan kami yang paling maju perkembangannya adalah spesies dari familia
Gnetaceae yakni Gnetum gnemon karena memiliki skor paling tinggi dan jika
dilihat morfologisnya spesies ini sudah mirip seperti tumbuhan berbiji
tertutup.
D. Fisiologi
Pohon berumah dua yang selalu hijau
dan berbatang lurus, tinggi dapat mencapai 5-10 m. Daun berhadapan, berbentuk
jorong, urat daun sekunder saling bersambungan. Perbungaan
majemuk soliter dan aksiler, melingkar di tiap nodus, panjang bunga 3-6 cm.
Terdapat 5 - 8 bunga betina di tiap nodus, berbentuk bola. Buah seperti buah
kacang, berbentuk jorong, bagian ujungnya runcing pendek, ketika masak warna
buah berangsur-angsur akan berubah dari kuning, merah hingga keunguan. Satu
biji dalam satu buah, buah besar dan kulit tengahnya keras berkayu.
E. Ekologi
Tanaman melinjo dapat tumbuh pada
tanah-tanah liat / lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap
tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari
ketinggian 0 - 1.200 m dpl. Lahan yang akan ditanami melinjo harus terbuka atau
terkena sinar matahari, lubang tanam berukuran 60 X 60 X 75 cm, dengan jarak
tanam 6 - 8 m.
Melinjo dapat ditemukan di daerah
yang kering sampai tropis. Untuk tumbuh dan berkembang,
melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi tinggi atau iklim khusus.
Melinjo dapat beradaptasi dengan rentang suhu yang luas. Hal inilah yang
menyebabkan melinjo sangat mudah untuk ditemukan di berbagai daerah kecuali
daerah pantai karena tumbuhan ini tidak dapat
tumbuh di daerah yang memiliki kadar garam yang tinggi.
Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat
dijumpai di hutan dan perkebunan saja. Di beberapa daerah tumbuhan
melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh
penduduk secara langsung.
Habitat : Melinjo tumbuh liar di hutan-hutan
hujan pada ketinggian hingga 1200 m. Tempat-tempat beriklim kering umumnya
membudidayakan tanaman ini. Tidak ada syarat tertentu terhadap faktor kualitas
dan kedalaman tanah, namun kadar ikat air pada tanah atau irigasi perlu
dilakukan selama musim kering.
Distribusi/Penyebaran : Melinjo ditemukan di seluruh
kawasan Asia Tenggara (meskipun merupakan tumbuhan asli dari Jawa dan Sumatra)
dan tersebar hingga mencapai sebelah utara Assam dan sebelah timur Fiji.
F. Syarat Tumbuh
Pohon melinjo
tumbuh liar di hutan-hutan hujan, pada ketinggian sampai 1200 m dpl.; umum
dijumpai di pinggiran sungai di Niugini. Lahan yang mengalami musim kering yang
nyata tampaknya disenangi untuk pembudidayaan melinjo, barangkali karena
panennya dapat sekaligus pada lingkungan yang demikian itu. Rupa-rupanya tidak
ada persyaratan khusus mengenai kualitas tanah dan kedalamannya, tetapi
diperlukan retensi kelembapan yang memadai, demikian juga air rembesan atau
irigasi, untuk menjembatani musim kemarau. Pohon melinjo dianjurkan untuk
program penghijauan wilayah.
Tanaman
melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir
dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang
berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl.[2]
Lahan yang akan ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar
matahari, lubang tanam berukuran 60 X 60 X 75 cm, dengan jarak tanam 6 - 8
m.[2]
Melinjo dapat
ditemukan di daerah yang kering sampai tropis. Untuk
tumbuh dan berkembang, melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi
tinggi atau iklim
khusus. Melinjo dapat beradaptasi dengan
rentang suhu yang luas. Hal inilah yang menyebabkan melinjo sangat mudah untuk
ditemukan di berbagai daerah kecuali daerah pantai karena
tumbuhan ini tidak dapat tumbuh di daerah yang memiliki kadar garam yang tinggi.
Di Indonesia
tumbuhan melinjo tidak hanya dapat dijumpai di hutan dan perkebunan
saja. Di beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan
dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung.
G. Perkecambahan
Biji Melinjo
Perkecambahan yang lama dari biji mlinjo itu sebabnya
terletak pada embrionya (lembaganya).Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji
melinjo lepas pohon setelah masak (berkulit merah) belum memiliki embrio
yang sempurna.Embrio baru di wujudkan oleh sekelompok sel yang belum
diferensiasi.Perkembangan embrio trejadi di luar pohon.Ini banyak terjadi pada
tanaman dari Gymnospermae yang tidak di lindungi oleh daging buah. Buah melinjo
sebenarnya adalah biji,dan yang tampak merah setelah tua itu adalah kulit
luarnya.waktu lama yang di perluakn untuk berkecambah itu sebenarnya adalah
waktu yang di perlukan biji untuk menyempurnakan embrionya.Bila perkecambahn
embrio bisa lebih cepat maka perkecambahan akan lebih cepat terjadi dan lebih
serentak sehingga di peroleh bibit yang seragam tumbuhnya.Hasil penelitian di
alboratorim menunjukan sebab musabab lamanya perkecambahan embrio.Pembentukan
embrio sudah dapat di percepat dengan perlakuan tertentu.
Seperti penjelasan di atas perkembangbiakan tunbuhan melinjo
secara generatif masih mendapat hambatan. Hambatan ini disebabkan biji melinjo
yang telah tua dan gugur dari pohon induknya membutuhkan waktu yang lama untuk
berkecambah, bila disemai pada substrat tanah. Lamanya waktu yang dibutuhkan
biji melinjo untuk berkecambah, diduga karena tahap-tahap perkembangan bakal
embrio tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Bakal biji setelah dipolinasi memperlihatkan, bahwa polen
telah berada dalam rongga polen, demikian juga set telur telah dibentuk setelah
dua minggu dipolinasi. Polen menempel dan mulai berkecambah pada jaringan
nucleus yang berdegenerasi pada minggu ketiga dan keempat. Pada minggu ketiga
juga ditemukan endosperm telah dibentuk di bagian khalaza kantung embrio dan
memenuhi seluruh kantung embrio pada minggu keenam. Bakal embrio stadium dua
inti ditemukan pada minggu keempat dan kelima setelah dipolinasi. Bakal embrio
stadium dua inti ini adalah hasil pembelahan zigot yang pada tahap awal
pembelahan hanya inti zigot yang membelah.Bakal embrio ini akan membentuk
tonjolan yang memanjang berbentuk tabung ke arah horizontal atau ke arah
khalaza kantung embrio. Tonjolan ini dinamakan suspensor primer dan mulai
dibentuk pada tepi endosperm bagian mikropil pada minggu keenam setelah
dipolinasi. Selanjutnya suspensor primer membentuk percabangan dan menyusup ke
dalam endosperm pada minggu ketujuh. Suspensor primer selanjutnya membentuk
percabangan yang banyak dan tersebar di bagian tengah dan tepi endosperm sejak
minggu kedelapan hingga minggu ke- 15 setelah dipolinasi.
Embrio Gnetum gnemon membentuk hypocotyl, yang
bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari
prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth
yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu.
Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari
kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan
perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia.
Bakal biji (ovule) dalam tanaman melinjo ini terdapat 3
lapisan pelindung yaitu :
1.
Perianth
merupakan lapisan luar dan berdaging (fleshy)
2.
Integumen
luar merupakan lapisan bagian tengah
H. Organ Reproduksi
Sporofit Gnetum gnemon bersifat Dioceous sehingga organ reproduksi jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Organ reproduksi terorganisasi dalam strobili. strobili tersusun atas perbungaan panikula atau fasikula pada ketiak daun. Strobili juga tumbuh dalam ketiak pasangan daun sisik yang tersuun dekusata. Daun sisik ini bergabung pada bagian dasarnya membentuk brakte.
Reproduksi Generatif Pada G.gnemon menggunakan organ reproduksi yang disebut konus atau strobilus. Strobilus pada G.gnemon ada dua yaitu strobilus jantan dan strobilus betina.
1.Strobilus jantan
Gambar. Flos
Masculus Gnetum gnemon
Terdiri dari
sumbu memanjang yang jelas buku dan ruasnya. Strobilus muda memiliki ruas yang
sangat pendek. Pada buku ini mendukung brakte yang berbntuk sisik, tersusun
menggerombol. Brakte buku bergabung membentuk struktur yang disebut kupula atau
Collar. Jumlah kupula sesuai dengan jumlah buku pada aksis, biasanya bervariasi
antara 10-20. Tiap kupula mendukung 3-6 lingkaran bunga jantan. Tiap lingkaran
mendukung sejumlah bunga jantan. Bunga jantan dalam lingkaran tersusun
berseling. diatas lingkaran bunga jantan terdapat satu lingkaran yang bunga
betina yang abortif. Pada Gnetum gnemon 2 atau 3 kupula pada ujung strobilus,
terdiksi dan steril. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang
mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap
sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap.
Strobilus betina mempunyai
organisasi yang sama dengan strobilus jantan dengan tiap lingkaran terdiri dari
4-10 ovul diatas tiap kupula. Tidak semua ovul akan berkembang menjadi biji,
hanya beberapa ovul yang mengalami kematangan. Pada strobilus betina terdapat
banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga
yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel
hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
Fertilisasi
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap kemudian serbuk sari jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) buluh serbuk membelah menjadi inti tabung dan inti spermatogen. Inti spermatogen membelah lagi menjadi dua inti sperma yang membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
waktu penyerbukan kulit/pembungkus yang berbentuk pipa yang panjang mengeluarkan cairan pada puncak kulminasinya, yang menjaga butir pollen, yang dibawa oleh angin, atau mungkin sampai taraf tertentu oleh serangga, dan oleh penguapan ini ditarik ke atas puncak nucellus, jika disorganisasi parsial sel telah menimbulkan suatu tidak beraturan pollen-chamber
Pollen-Tube, berisi dua generatif dan satu inti vegetatif, menembus dinding dari megaspore dan kemudian menjadi menggembung yang akhirnya dua nucleus generatif keluar dari tabung dan sumbu dengan dua nucleus di dalam 1/2 dari megaspora yang subur.Sebagai hasil dari fertilisasi , nucleus yang fertil dari megaspore dikelilingi oleh suatu dinding sel, dan terbentuk zigot, yang mungkin melekat pada dinding dari megaspore atau berakhir pada suatu tabung pollen mereka kemudian tumbuh di dalam tabung panjang atau proembryos, cara mereka tumbuh ke arah prothallus dan secepatnya embrio dibentuk di akhir dari tabung proembryo.
Hanya Satu embrio yang menjadi dewasa. Embrio Gnetum membentuk hypocotyl, yang bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu. Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia
Bakal biji (Ovule)
Pada Gnetum gnemon bakal bijinya terdiri dari 3 lapisan pelindung yaitu (1)Perianth, merupakan lapisan paling luar dan berdaging(fleshy),(2) Integumen luar, merupakan lapisan bagian tengah,(3)Integumen dalam, merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.
Biji
Kulit biji pada Gnetum gnemon dapat dibedakan menjadi 3 antara lain
o Sarcotesta
Merupakan kulit biji terluar dan biasanya berdaging. Tersusun atas epidermis dengan lapisan kutikula, parenkim yang homogen, sklereid dengan dinding lignin, dan serat.
o Sklerotesta
Merupakan kulit biji bagian tengah dan keras. Lapisan ini mempunyai berbagai bentuk.
o Endotesta
Merupakan kulit biji bagian dalam. Tersusun atas parenkim, dan bersifat tipis seperti membran (membranous)
Fertilisasi
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap kemudian serbuk sari jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) buluh serbuk membelah menjadi inti tabung dan inti spermatogen. Inti spermatogen membelah lagi menjadi dua inti sperma yang membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
waktu penyerbukan kulit/pembungkus yang berbentuk pipa yang panjang mengeluarkan cairan pada puncak kulminasinya, yang menjaga butir pollen, yang dibawa oleh angin, atau mungkin sampai taraf tertentu oleh serangga, dan oleh penguapan ini ditarik ke atas puncak nucellus, jika disorganisasi parsial sel telah menimbulkan suatu tidak beraturan pollen-chamber
Pollen-Tube, berisi dua generatif dan satu inti vegetatif, menembus dinding dari megaspore dan kemudian menjadi menggembung yang akhirnya dua nucleus generatif keluar dari tabung dan sumbu dengan dua nucleus di dalam 1/2 dari megaspora yang subur.Sebagai hasil dari fertilisasi , nucleus yang fertil dari megaspore dikelilingi oleh suatu dinding sel, dan terbentuk zigot, yang mungkin melekat pada dinding dari megaspore atau berakhir pada suatu tabung pollen mereka kemudian tumbuh di dalam tabung panjang atau proembryos, cara mereka tumbuh ke arah prothallus dan secepatnya embrio dibentuk di akhir dari tabung proembryo.
Hanya Satu embrio yang menjadi dewasa. Embrio Gnetum membentuk hypocotyl, yang bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu. Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia
Bakal biji (Ovule)
Pada Gnetum gnemon bakal bijinya terdiri dari 3 lapisan pelindung yaitu (1)Perianth, merupakan lapisan paling luar dan berdaging(fleshy),(2) Integumen luar, merupakan lapisan bagian tengah,(3)Integumen dalam, merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.
Biji
Kulit biji pada Gnetum gnemon dapat dibedakan menjadi 3 antara lain
o Sarcotesta
Merupakan kulit biji terluar dan biasanya berdaging. Tersusun atas epidermis dengan lapisan kutikula, parenkim yang homogen, sklereid dengan dinding lignin, dan serat.
o Sklerotesta
Merupakan kulit biji bagian tengah dan keras. Lapisan ini mempunyai berbagai bentuk.
o Endotesta
Merupakan kulit biji bagian dalam. Tersusun atas parenkim, dan bersifat tipis seperti membran (membranous)
NUTRISI
DAN PEMANFAATAN HUKA/MELINJO
1.
Kandungan
Nutrisi
Penelitian yang sudah dilakukan pada melinjo menujukkan
bahwa melinjo menghasilkan senyawa antioksidan.Aktivitas antioksidan ini
diperoleh dari konsentrasi prorotein tinggi, 9-10 persen dalam tiap biji
melinjo. Protein utamanya berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif untuk
menghabisi radikal bebas yang menjadi penyebab berbagai macam penyakit.
Selain itu melinjo juga merupakan
antimikroba alami. Itu artinya protein melinjo juga bisa dipakai sebagai
pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh
bakteri.Peptida yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan punya potensi
aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif.
Di Jepang dilakukan penelitian dan dilaporkan bahwa melinjo termasuk
tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman Ginkgo biloba yang ada di Jepang.
Ginkgo adalah spesies pohon hidup tertua, yang telah
tumbuh selama 150-200 juta tahun dan dipercaya sebagai tonik otak karena
memperkuat daya ingat. Daun Ginkgo juga punya khasiat antioksidan kuat dan
berperan penting dalam oksidasi radikal bebas penyebab penuaan dini dan pikun.
Sampai saat ini, doktor biokimia dari Osaka Prefecture University,
Jepang telah mengisolasi dua jenis protein yang menunjukkan aktivitas
antioksidan tinggi. Dari seluruh bagian tumbuhan melinjo yang pernah
diekstraknya, mulai dari daun, kulit batang, akar, sampai biji, ditemukan protein paling potensial
adalah dari biji. Riset menunjukkan aktivitas antioksidan dari kandungan fenolik ini setara dengan antioksidan sintetik BHT (Butylated
Hydroxytolune).
Selain itu melinjo juga merupakan antimikroba alami. Itu artinya protein melinjo
juga bisa dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk
penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Peptida Gg-AMP yang diisolasi dari
biji melinjo diindikasikan punya potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif..
Biji dan daun Gnetum gnemon
mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu biji juga mengandung tanin.
Kandungan
Gizi buah Melinjo/Huka 100 gr
|
|
sumber : http://manycalories.com/id
|
|
Jumlah per Porsi
|
|
Kalori 47
|
dari
Lemak 0.90
|
%
Nilai harian*
|
|
Total
Lemak 0.10 g
|
0.2
%
|
Lemak Jenuh 0.000 g
|
0.0
%
|
Kolesterol 0 mg
|
0.0
%
|
Sodium 0 mg
|
0.0
%
|
Total Karbohidrat 11.80 g
|
3.9
%
|
Diet Serat 2.4 g
|
9.6
%
|
Protein 0.90 g
|
1.8
%
|
Vitamin C
|
88.3
%
|
Vitamin B1 Thiamin
|
6.0
%
|
Vitamin B2 Riboflavin
|
2.4
%
|
Vitamin B3 Niasin
|
1.5
%
|
Vitamin B5 Asam Pantotenat
acid
|
2.5
%
|
Vitamin B6
|
3.0
%
|
Kalsium
|
4.0
%
|
Besi
|
0.6
%
|
Kalium
|
5.2
%
|
Fosfor
|
1.4
%
|
Magnesium
|
2.5
%
|
Seng
|
0.7
%
|
Tembaga
|
2.5
%
|
Mangan
|
1.5
%
|
C Sistein
|
1.9
%
|
F Fenilalanin
|
3.5
%
|
I Isoleusin
|
1.8
%
|
K Lisin
|
2.2
%
|
L Leusin
|
0.8
%
|
M Metionin
|
3.8
%
|
T Treonin
|
1.4
%
|
Tirosin
|
1.8
%
|
V Valin
|
2.2
%
|
W Triptofan
|
3.2
%
|
* Nilai Persen harian berdasarkan
diet 2.000 kalori. Nilai harian Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah
tergantung pada kebutuhan kalori Anda.
|
2. Pemanfaatan Melinjo
Melinjo jarang dibudidayakan
secara intensif. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah
tangga sederhana. Daun mudanya (disebut sebagai so dalam bahasa Jawa)
digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem).
Bunga (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil)
maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga
menjadi bahan baku emping..Kulitnya
bisa dijadikan abon kulit melinjo.
a. Meningkatkan daya tahan tubuh :
Saat
menyebut melinjo, sebagian besar orang mungkin lebih mengenalnya sebagai bahan
baku emping dengan rasa khasnya yang pahit. Ada orang yang berpantang melinjo
karena takut terkena asam urat. Padahal kandungan melinjo bisa meningkatkan
daya tahan tubuh
b. Peneliti
dari Universitas Jember, Tri Agus Siswoyo, menilai bahwa aktivitas antioksidan
biji melinjo setara dengan vitamin C. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari
konsentrasi protein tinggi, 9-10 persen, dalam tiap biji melinjo.Protein
utamanya sangat efektif untuk menghabisi radikal bebas penyebab berbagai macam
penyakit, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyempitan pembuluh darah,
dan penuaan dini.
c. Potensi
besar yang terkandung di dalam sebutir biji melinjo atau Gnetum gnemon itu
membuat Tri yakin melinjo adalah sumber protein fungsional yang cocok dijadikan
suplemen makanan nutrasetikal (bahan pangan berkhasiat untuk kesehatan),
termasuk untuk mencegah dan mengobati penyakit. Apalagi biji melinjo mudah
diperoleh.
d. Suplemen
murah
Diakui hingga saat ini memang belum ada studi resmi tentang penggunaan protein biji melinjo sebagai sumber antioksidan. Padahal, jika pemanfaatan peptida antioksidan dari hidrolisis biji Gnetum gnemon ini berhasil, akan tersedia suplemen nutrasetikal yang murah dan bisa jadi alternatif yang aman.
Diakui hingga saat ini memang belum ada studi resmi tentang penggunaan protein biji melinjo sebagai sumber antioksidan. Padahal, jika pemanfaatan peptida antioksidan dari hidrolisis biji Gnetum gnemon ini berhasil, akan tersedia suplemen nutrasetikal yang murah dan bisa jadi alternatif yang aman.
Berbeda dengan di dalam
negeri, Jepang sudah melirik potensi antioksidan dari biji famili Gnetaceae
ini. Hasil penelitian Tri tentang isolasi dan karakterisasi peptida antioksidan
dari biji melinjo ini membuatnya menjadi salah satu penerima dana riset dari
Indonesia Toray Science Foundation, sebuah yayasan yang dibentuk perusahaan
tekstil dan serat sintetis terbesar di Jepang.
3. Komoditi Ekspor Indonesia
Gnemon adalah tanaman asli Asia Tenggara dan pulau-pulau di
Pasifik barat termasuk Fiji, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, dan
Vanuatu. Pohon itu tumbuh di hutan hujan dataran rendah pada ketinggian di
bawah 1700 m. Jenis ini banyak dibudidayakan di berupa kebun dan kebun.
Indonesia adalah negara yang menjadikan
biji melinjo sebagai komoditi ekspor dalam jumlah
yang cukup besar.[5] Melinjo akan
dipanen dan menghasilkan buah setelah 5- 6 tahun setelah penanaman biji.[5] Di daerah Sumatera Barat setiap tahunnya
dilaporkan menghasilkan 20.000- 25.000 buah melinjo dan produksi bijinya
mencapai 80- 100 kg per pohon per tahun.
PERBANYAKAN
TANAMAN MELINJO/HUKA
A.Pembibitan
Tanaman
melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif( dengan biji) dan dengan cara
vegetatif (cangkokan,okulasi,penyambungan,stek).Masing- masing cara tersebut
tentunya mengandung kebaikan dan kelemahan yang secara lengkap akan diuraikan
berikut ini
1.
Secara Generatif
Dengan cara generatif,yakni melalui perkecambahan
biji,akan diperoleh bibit tananman melinjo dalam jumlah besar sehingga dapat
menunjang pengembangan tanaman melinjo secara besar- besaran.
Kebaikan
dari cara generatif ini adalah :
a.
Pertumbuhan tanaman dapat kuat, karena sistem
perakarannya dalam (berakar tunggang ) sehinga lebih tahan terhadap kekeringan.
b.
Masa hidup atau umur tanaman lebih panjang
dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari pengembambangan vegetatif
Kelemahan dari cara generatif itu sendiri adalah :
a. Tanaman yang
diperoleh sering berubah atau tidak sama dengan sifat-sifat tanaman induknya.
b. Untuk dapat
berproduksi membutuhkan waktu yang lama yakni setelah tanaman berumur 5-7 tahun
c. Jenis
Kelamin tanaman tidak bisa diketahui sebelum tanaman itu berunga,sehingga dapat
mengurangi efektifitas pengembangan secara besar- besaran dalam kaitannya
dengan jumlah hasil produksi biji melinjo yang diharapkan sebanyak-banyaknya.
Masalah utama pada pengembangan secara
genertif ini adalah banyak keluhan mengenai “lamanya waktu yang diperlukan biji
untuk berkecambah”.Bahkan ada yang berpendapat bahwa biji melinjo tidak mau
tumbuh,karena kurang sabar menanti setelah beberapa bulan biji tidak tumbuh
,kemudian biji dibuang.
Biji melinjo pada umumnya mulai
berkecambah 6 bulan setelah ditanam(disemai),dan presentasinya sangat rendah
yakni 1% -2%.Makin lama,persentasi yang berkecambah makin naik,biasanya hampir
semua biji berkecambah,hanya beberapa saja yang baru berkecambah setelah sekian
lama berada persemaian,kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio,hanya
memiliki endosperm ( Bower,1889).
Perkembangan Biji melinjo selain makan
waktu lama juga tidak serentak (maksudnya bertahap) sehingga diperolelah bibit
yang umur dan pertumbuhannya tidak seragam. Karena lama dipersemaian , biji
dapat terserang mikroorganisme,sehingga bibit yang diperoleh tidak seperti yang
diharapkan.
Bahwa perkecambahan biji dimulai 6 bulan
setelah disemai,itu tidaklah mutlah,karena perkembangan embrio dan biji yang
telah masak ternyata bervariasi sewakrtu lepas dari pohon.Dapat terjadi biji
berkecambah selama 3-4 bulan di pesemaian,tetapi hal ini jarang sekali terjadi dan
presentasenya sangat rendah yakni kurang dari 1%.
Banyak orang berpendapat bahwa lamanya waktu yang diperlukan biji melinjo
untuk berkecambah disebabkanoleh suatu dormasi (masa tidur), yakni dormasi
kulit keras dari kulit melinjo.Pendapat ini tidak benar .Kontraksi kulit
melinjo memungkinkan airn dengan mudah masuk kedalam biji dan kecambah tanpa
kesukaran dapat keluar dari biji.Jadi,adanya anjuran utuk merusak kulit biji
melinjo sebelum disemai adalah kurang cepat.
Perkecambahan yang lama dari biji melinjo
itu sebabnya terletak pada embrionya (lembaganya). Hasil pengamatan menunjukan
bahwa biji melinjo setelah lepaspohon karena telah masak (berkulit merah),
belum memiliki embrio yang sempurna. Embrio baru diwujudkan oleh sekelompok sel
yang belum mengalami diferensi( pembelahan fungsi). Perkembangan embrio
berlangsung diluar pohon. Ini banyak terjadi pada tanaman dari Gymnospermae
(berbiji terbuka) yang tidak dilindungi oleh daging buah. Buah melinjo sebenarnya adalah biji, dan, yang tampak
merah setelah itu adalah biji,dan yang tampak merah setelah tua itu adalah
luarnya.
Waktu lama yang diperlukan untuk
berkecambah itu sebenarnya adalah waktu yang diperlukan biji untuk
menyempurbakan embrionya.Bila perkembangan embrio dapat dipercepat ,maka
perkecambahan akan lebih cepat terjadi dan serentak,sehingga dapat diperoleh
bibit yang lebih seragam tumbuhnya.Hasilpenelitian di laboratorium menunjukan sebab
musabab lamanya.Hasil penelitian dilaboratorium menunjukkan sebab musabab
lamanya perkembangan embrio.Pembentukan embrio sudah dapat dipercaya dengan
perlakuan tertentu.Langkah selanjutnya adalah menemukan cara praktis yang
sederhana sehinnga dapat dilakukan oleh masyarakat.(Titi Sudarti,1990).
a. Pengumpulan
dan Pemilihan biji
Mengumpulkan
biji melinjo secukupnya menurut kebutuhan, kemudian dipilih yang
kualitasnya baik yaitu:
1)
Bila masih ada kulit luarnya,dipilih yang warnanya
merah tua.Bila sudah tidak ada kulitnya,dipilih biji yang warna kulit luarnya
hitam kecoklat –coklatan dan mengkilat.
2)
Ukuran bijinya besar dan tidak cacat serta sehat (
tidak terserang hama dan penyakit)
b. Pembuatan
Petak Tanah Persemaian
Dipilih tanah dengan ukuran 2x6 m
yang tidak tergenang air, gembur dan cukup terkena sinar matahari. Tanah ini
diolah atau dicangkuli sedalam 10-15 cm, kemudian ditaburi sedikit abu dapur/
kapur ,atau obat pembasmi hama misalnya dengan menyiramkan larutan formalir 4%
sebanyak 10 liter larutan permeter persegi tanah persemaian;kemudian ditutup
selama 24 jam dengan plastik atau daun pisang.Hal ini dilakukan untuk
mensterilkan tanah persemaian.
c. Penanaman
pada Persemaian
Letakkan biji melinjo yang sudah
tidak ada kulit luarnya ke dalam tanah persemaian,dengan posisi yang agak
runcing dibenamkan 9ditaruh bagian bawah)
sedalam 2-3 cm.Jarak antar biji yang disemai 10 – 15 cm.Lantas biji
melinjo yang sudah tertanam dalam persemaian itu ditutup dengan tanah gembur
yang dicampuri kompos dengan ketebalan 3-4 cm,selanjutnya ditutup dengan daun
pisang yang sudah tua tetapi belum kering dan daun kelapa yang belum kering
pula.Lakukan penyimpanan setiap hari dengan air secukupnya (tidak
menggenang),dan setelah 9 bulan,biji.- biji melinjo sudah mulai
berkecambah.Setelah berdaun sebanyak 4-5 pasang,bibit dapat dipindahkan pada
keranjang bibit atau kantong plastik yang sebelumnya sudah diisi dengan tanah
gembur ,subur, dan dicampurkan pupuk kandang yang sudah jadi (siap pakai).Cara
memindahkan bibit dari persemaian jangan dengan cara dicabut begitu saja,supaya
akar-akar tidak rusak, maka tanah disekitar bibit digali secukupnya,kemudian
bibit diangkat bersama tanahnya dan dipindahkan pada keranjang atau plastik
tersebut.Bibit –bibit dalam keranjang atau plastik tersebut ditaruh pada tempat
yang agak terlindung (tidak terkena sinar matahari tarik sepanjang hari),dan
dipelihari terutama dilakukan penyiraman dan jangan sampai terdapat tanaman
pengganggu.Setelah daun-daun bibit
bertambah banyak berarti sudah siap untuk ditanam di lapangan.
2. Secara Vegetatif
Pengembangan tanaman melinjo juga
dapat dilakukan dengan cara vegetatif,yaitu melalui cangkokan ,okulasi
,sambungan ,dan stek. Cara- cara ini pun memiliki kebaikan dan kelemahannya.Namun
secara umum pengembangan dengan cara vegetatif ini bertujuan :
·
Mendapatkan sifat tanaman yang sama dengan induknya
·
Mendapatkan sifat tanaman yang pendek
Masing
– masing cara pengembangan vegetatif ini akan diketengahkan :
a.
Mencangkok
Tanaman melinjo termasuk tanaman yang mudah dicangkok
hingga cara ini merupakan cara yang praktis, dan beberapa bulan saja sudah
tumbuh perakarannya serta cepat bisa dipisahkan dari pohon induknya. Namun ada
kebaikan dan kelemahannya.
Kebaikannya
adalah:
·
Sifat dari tanaman cangkokan itu sama benar dengan
tanaman induknya, termasuk sudah diketahiu jenis kelaminnya.
·
Tanaman bisa cepat berproduksi yaitu hanya membutuhkan
waktu 3-4 tahun asal dirawat dengan baik.
Kelemahannya adalah:
·
Perakarannya dangkal karena tidak memiliki akar tunggang,
sehingga lebih mudah tumbang atau kurang tahan terhadap kekeringan.
·
Pengembangan tanamanmelinjo secara besr-besaran sulit
bisa diperbanyak secara besar-besaran.
Mencangkok
tanaman melinjo pada dasarnya sama seperti mencangkok tanaman yang lainnya.
Alat yang diperlukan berupa pisau yang tajam dan bersih, serabut kelapa atau
kantong plastik sebagai pembungkus, dan tali plastik rafia. Media yang
digunakan adalah tanah gembur yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang
yang sudah jadi.
Langkah-langkah
mencangkok:
1.
Pilihlah pohon melinjo yang memiliki sifat baik yaitu
sehat, menghasilkan tinggi dan biji besar-besar.
2.
Memilih cabang yang akan dicangkok yaitu cabang yang
sehat, pertumbuhan rantingnya merata dan besarnya kira-kira sebesar jari kiaki
orang dewasa.
3.
Cabang yang terpilih disayat melingkar, jarak antar
sayatan bagian atas dan bawah sekitar 5-6 cm. Kulit bagian sayatan ini dikupas
pada bagian kayunya, dan lapisan kambiumnya dihilangkan.
4.
Bagian luka ditutup dengan tanah gembur yang sudah
dicampurkan dengan pupuk kandangatau kompos secukupnya. Agar media bisa
menempel terlebih dahulu dibasahi dengan air dan dibalut memakai sabut kelapa
atau plastik yang diikat dengan tali rafia. Plastiknya diberi lubang
kecil-kecil untuk tempat masuknya air agar media tetap lembab. Lebih baiknya
lagi jika pencangkokan dilakukan saat musim penghujan sehingga tidak perlu
menyirami cangkokan.
Tanaman melinjo termasuk tanaman
yang mudah dicangkok dan mudah tumbuh perakarannya. Dalam waktu 3-4 bulan
cabang yang dicangkok dapat dipotong atau dipisahkan dari induknya dengan cara
digergaji. Setelah dipotong jangan langsung ditanam di lapangan namun
dipindahkan ke pot besar atau keranjang terlebih dahulu agar tidak mengalami
stagnasi. Namun sebelumnya daun dari bibit cangkokan perlu dikurangi banyak
terlebih dahulu agar tidak mengalami penguapan sehingga
Bibit cangkokan tidak mengalami
kekeringan yang mematikan. Bibit cangkokan sebaiknya diletakkan dalam tempat
yang teduh namun tetap mendapatkan penyinaran dari pagi sampai agak siang, dan
menjaga agar tanah dalam keranjang tidak sampai kering. Setelah beberapa bulan
akan bertambah tunas-tunas dan daun-daun baru sehingga sudah mungkin untuk
ditanam di lapangan.
b.
Penyambungan
Cara pengembangan secara vegetatif
yang lain adalah dengan menyambung ,yaitu menempelkan bagian tanaman yang
dipilih (berasal dari pohon induk ) sebagai batang atas (entrys) kepada bagian
tanaman yang lain sebagai batang bawah
(onder stam),untuk membentuk satu tanaman bersama (kombinasi).
Ragam penyambungan itu ada banyak sekali, tetapi pada
pokoknya dapat dibagi dua yaitu :
1. Penyambungan
Pucuk ( enten, grafting),termasuk disini adalah model penyusuan (inarching,approach
grafting)
2. Penyambungan
mata atau biaasa disebut okulasi
Pengembangan
tanaman dengan penyambungan ini bertujuan:
1. Mempetahankan
atau memperoleh sifat-sifat baik dari pohon induk
2. Memperoleh
kebaikan batang bawah yang pada umumnya digunakan bibit yang berasal dari biji
,sehingga perakarannya dalam dan kuat.
3. Mengubah
jenis kelamin tanaman yang diinginkan sehingga nantinya dapat menghasilakan
biji dalam jumlah dan mutu yang baik
4. Memperpendek
tanaman sehingga mempermudah dalam pemetikan (pemungutan bijinya)
Cara
melakukan okulasi :
1. Terlebih dahulu
menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji,yaitu bibit yang sudah berumur
1-2 tahun(kira-kira batangnya sebesar jari tangan sampai sebesar ibu jari kaki)
2. Mata tempel
diambil perlahan –lahan dengan mengupas kulit sekitar mata dari induk yang benar-benar
bagus (sehat dan produktif),demikian pula tanaman yang akan ditempeli (batang
bawah) dikupas kulitnya 15-30 cm dari permukaan tanah.
3. Setelah mata
ditempelkan ,kemudian ditutup dengan tali rafia dengan mata tunas tetap terbuka
.beberapa hari kemudian okulasi dikatakan berhasil bila mata tunas tetap
segar,tetapi bila menjadi kering maka okulasi mengalami kegagalan dan perlu
diulang
4. Apabila
okulasi berhasil maka tali rafia dibuka kemudian batang disebelah atas okulasi
dirundukkan (jangan cepat-cepat dipotong seluruhnya agar mata tunas dapat cepat
tumbuh)
5. Kalau
tunas-tunas tersebut sudah memiliki beberapa daun (sudah mampu berasimilasi)maka
bagian batang atas yang dirundukan dipotong habis.
Melakukan
okulasi pada tanaman melinjo termasuk mudah,karena kulit batangnya mudah
dikupas. Dengandemikian pengambilan mata tunas sangat mudah yaitu dengan
mengupas kulit yang mengandung mata tunas secara melingkar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
okulasi adalah :
1) Menjaga
kelembaban udara di tempat perlakuan tetap tinggi
2) Jangan
terlalu banyak terkena pancaran teriknya sinar matahari secara langsung
3) Jangan
dilakukan pada musim hujan yang lebat karena mata tunas mudah rusak
c.
Stek Batang
Cara
lain dalam pengembangan vegetatif yaitu dengan stek;maksudnya mengusahakan
perakaran dari batang tanaman melinjo yang mengandung mata tunas dengan
memotong dari induknya untuk ditanam.Tujuan mnggunakan cara ini adalah:
1) Diproleh
bibit tanaman meelinjo yang sifatnya sama dengan pohon induknya
2) Diperoleh
bibit tanaman yang jumlahnya bsar
Cara melakukan : Mmbuat bedengan untuk
pesemaian ditempat yang melindung dengan ukuran sejukupnya.Mdia persemaian
trdiri dari campuran pasir,tanah,pupuk kandang atau kompos yang sbelumnya
disterilkan lebih dahulu dengan larutan formaline 4% sebanyak 10 liter larutan
per meter persgi tanah persmaian.
Kemudian disiapkan sungkep ( kerudung)
dari plastik bening.Bentuk sungkep melengkung seperti tudung saji dengan ukuran
sama dengan ukuran panjang lebarnya bedengan prsemaian dan tingginya sekitar
0,75 m
Dipilih cabang tanaman melinjo yang
akan disetek yaitu cabang yang sehat dan berumur sekitar 1 tahun. Panjang stek
antara 10-20 cm,dngan pemotongan cabang bagian bawah tepat dibawah
tunas.Kemudian potongan - potongan stek
dicelupkan ke dalam bubuk rooton setelah dibasahi lebih dahulu
dngan air untuk mempercepat pertumbuhan akar.Selanjunya potongan-potongan stek
tersebut tanaman pada bedengan persemaian dengan jarak tanaman 5 x 5 cm,dan
kemudian ditutup dengan sungkep plastik.Penyiraman dilakukan setiap hari.Bila
stek sudah mulai tumbuh akarnya ( dalam waktu sekitar 2 bulan) dan sudah kuat
perakarannya,maka sudah dapat dipindahkan ke dalam kantong palstik yang
nantinya bila sudah kuat dapat segera dipindahkan ke lapangan.Cara pengembangan
dengan stek ini lebih praktis untuk menyediakan bibit tanaman yang banyak.Namun
keberhasilannya memang belum memuaskan.Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakanbahan stek asal tunas air,yaitu tunas yang keluar dari batang pohon
dekat tanah.Jaringan tunas air itu lebih meristematis karena sifatnya
Juvenil.Untuk memacu keluarnya akar juga dapat digunakan zat pengatur tumbuh
misalnya IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan INA (Indole
Naphtalene Acid.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonymous.1986.Budidaya
Melinjo.BIP Aceh
2. Anonymous.1986.Cara
Budidaya Melinjo dan Pembuatan Emping.Dinas Perkebunan DIY
3. Anonymous.(84-85).Beberapa
Cara Perbanyakan Vegetatif.BIP Ungaran.Jawa Tengah
4.
Cadiz
RT , Florido HB. 2001. Bago : Gnetum gnemon Linn. Research
Information system 13
5. Departemen
Pertanian.1986.Melinjo dan Empingnya.Proyek Informasi Pertanian DIY
6. Heald,F.D.1943.Introduction
to Plant Pathology.McGraw Hill Book Company Inc New York
7. Maheswari,P.,
and V.vasil.Gnetum.Council of Scientific
and Industrial Research New Delhi
8.
Manner
HI, Elevitch. 2006. Gnetum gnemon. [www.traditionaltree.org]. [5 Jun 2010].
9. Sudarti,T.1990.Seputar
Tanaman Melinjo 1 & 2.Kedaulatan Rakyat.Yogyakarta.25-26 Januari 1990
10.
Tjandra
D. 2007. Antioksidan dari Biji Melinjo. [5 Jun 2010].
11.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2004.Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: GMU Press
LAMPIRAN
Gambar 1. Tanaman Melinjo (Gnetum sp.)
Gambar
2. Biji Melinjo
Gambar
3. Daun Melinjo
Gambar 4. Bagian-bagian
Melinjo
1, branch with male inflorescences Gambar
5. Flos Masculus
2, part of male inflorescence
3, male flower
4, branch with
female inflorescence
and infructescence
5, female inflorescence
6, seed
Redrawn and adapted by W. Wessel-Brands
Redrawn and adapted by W. Wessel-Brands
Gambar 6. Flos Fuminus (Bunga
Betina)
Gambar 7. Flos Masculus (Bunga Jantan)