Kamis, 12 April 2018

Catatan Perjalanan


Menikah


Kini rindu itu telah menemukan pemiliknya. Kepada siapa harus berandar. Dengan landasan apa ia harus menguatkan janji yang telah terikrarkan. Dan kemana pertemuan ini harus bermuara.
(Tantri Ay Nahra)

Ada kutipan sajak dari seorang penulis populer, Tere Liye yang berbunyi kurang lebih seperti ini :
Jadilah orang-orang yang ketika tiba waktunya, bisa mengatakan:
“Aku mencintaimu bahkan sebelum kita bertemu”. Dan kita menerima jawabannya, “Aku bertahun-tahun mencarimu bahkan sebelum aku tahu apa yang kucari”.
Dan semua orang mengucapkan selamat berbahagia, menempuh hidup baru, semoga langgeng sampai aki-nini.

Sajak tersebut agaknya tepat untuk mewakili apa yang terjadi antara aku dan kamu. Iyaaa kamu........... suamiku. Namamu yang selama ini tak pernah terdengar dalam benaku. Dirimu yang tak pernah ku tahu.  Kehidupanmu yang tak pernah bersinggungan sama sekali dengan kehidupanku. Saat Tiba Waktunya. Diperkenankan Duduk Bersanding Bersama
. Daannnnnnn seketika semuanya melebur. Menjadi satu. Saling berpadu. Dan orang-orang seolah ikut merasakan kala haru dan bahagia berpadu. Meski kala itu, hati mulai berdebar tak menentu. Wajah pun  tersipu malu. Bahkan untuk saling  menatap bola mata saja rasanya tak mampu.

Kala itu, sebuah tempat suci nan agung sebagai simbol sebuah peradaban menjadi permulaan dari rahasia takdirNya. Masmuja (Masjid Mujahidin) menjadi saksi awal kita jumpa. Sebuah fenomena yang unik sekaligus konyol. Iyaaa,,,,,,,,tersebab tragedi pencarian sandal jepit kala itu membuatku harus bertatap muka dengamu untuk pertama kalinya.

Dan waktu terus mengalir begitu cepatnya. Bulan demi bulan agaknya berlalu begitu cepat. Semua berjalan sebagimana biasanya, tanpa terfikir apapun tentangmu. Rutinitas harian dengan seabrek agenda menjadi kesibukan yang mewarnai hari-hariku. Hingga tiba waktunya, takdir itu “meminta” untuk menentukan pilihan. Ditengah kebimbangan dan kegamangan yang ada. Kupasrahkan semua pada sang Maha Penggenggam Hati. Hingga akhirnya Dialah yang membimbing untuk memilih pada sebaik-baik keputusan.

“Keputusan yang mendatangkan penyesalan adalah manakala kita menolak tawaran kebaikan yang datang dari seorang laki-laki sholih yang ingin menjaga kemuliaan agamanya dengan jalan menikahi kita. Sementara kita sesungguhnya ridha pada agama dan akhlaknya. Maka, tunggulah datangnya fitnah di muka bumi ini.”

Menikah di tahun 2017 adalah sebuah resolusi yang tak pernah ada dalam benaku. Bayang-bayang yang mendominasi saat itu adalah tekad yang kuat untuk melanjutkan jejak-jejak studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun kala Allah memberikan tawaran kebaikanYA, istikharah-lah yang jadi jawab atas segala tanda tanya.

Aku mulai berfikir bahwa kita tak pernah tahu apa skenario indah yang dipersiapkan Allah SWT untuk kita. Bisa jadi apa yang terbaik dalam pandangan kita belum tentu merupakan hal terbaik dalam pandangan Allah. Oleh karenanya, dalam sujud panjang di penghujung malam itu, tiada hentinya ku pasrahkan apapun hanya padaNya. Ku pinta agar Allah membimbing semuanya. Semoga apa yang menjadi keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk masa depan dunia dan akhirat.

Tak butuh waktu lama untuk mengenalmu. Perkenalan singkat (taaruf) dibersamai ustad/ah yang memahami kondisi kita dan ilmu agama menjadi mediatornya.  Kefaqihan akan ilmu agama, pembawaan yang sederhana dan ghadul bashar, serta kemuliaan akhlak yang terpancar agaknya menjadi alasan pendorong yang kuat. Tiada hal lain yang diandalkan selain petunjuk dariNya yang meneguhkan hati ini untuk memilihmu. Yahh meski hanya singkat. kurang dari 3 bulan saja, Bismillah,,,,, menikah.

Jatuh cinta itu bukanlah syarat sebuah pernikahan. Ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa menikah dengan orang yang dicintai adalah sebuah pilihan. Namun mencintai orang yang kita nikahi adalah sebuah kewajiban. Dan sebaik-baik pernikahan adalah yang dibangun atas landasan karena agamanya. Maka denganya dan bersamanya engkau akan beruntung dan bahagia.

Menikah adalah sebuah Megaproyek peradaban. Darinya kita akan membangun cinta menuju pada janahNya. Maka pastikan sedari awal proses yang kita lalui tidak bermula kecuali dengan jalur yang baik-baik saja. Karena Pernikahan adalah bentuk penghambaan. Pernikahan adalah konsep penyempurnaan agama. Pernikahan adalah sunah yang dicintai Rasul Kita. Pernikahan adalah ibadah yang lamanya sepanjang masa. Maka semoga menyatunya aku dengan kamu menjadi kita merupakan bentuk pertautan yang akan bermuara pada ridhoNya.

Bawen, 5 Rabi'ul Akhir 1439 H/ 23 Desember 2017
Regards, Tantri & Betano



Senin, 27 November 2017

ngaji sejarah

Ngaji Sejarah


Sejarah merupakan episode kehidupan yang tak pernah habis untuk dibicarakan. Ada hal-hal menarik yang diketemukan saat mengkaji sejarah. Maka benarlah kata sebuah pepatah bahwasanya “Bangsa yang besar adalah bangsa yang memahami sejarah bangsanya”. Namun pernahkah kalian merasakan bahwa pada saat mencoba mempelajari sejarah, kita dihadapkan pada berbagai macam peristiwa yang sulit untuk dipahami?
Ustad Yusuf Maulana (ahli sejarah dan penulis buku Mufakat Firasat) menuturkan bahwa Jika kita terfokus pada mengingat tokoh dan waktu yang terjadi pada panggung sejarah niscaya tidak akan banyak yang kita dapatkan. Mengalir saja dengan alur nya. Point pentingnya adalah cara kita mengambil pelajaran yang dari setiap kisah yang disajikan untuk kemudian kita jadikan bahan perbaikan di masa kini.
Dalam Al Quran kita bisa melihat banyak sekali ayat yang berbicara tentang sejarah. Seolah Allah SWT ingin kita yang mengaku sebagai generasi jaman now mengambil ibrah dari kejadian di masa lalu. Ada sebuah statement menarik yang menyatakan bahwa kehidupan itu merupakan bentuk perulangan dari sejarah. Apa yang terjadi di masa kini maupun yang akan terjadi di masa mendatang merupakan cerminan dari apa yang pernah terjadi dalam sejarah, tentu dengan konteks dinamika yang terjadi di tiap zaman tersebut.
Ustad Anis Matta Lc mengungkapkan bahwa beliau sangat tertarik untuk mempelajari sejarah dan mengambil ilham darinya dengan perspektif Al Quran. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa Cara Al Qur’an memperkenalkan sejarah kepada kita tidak dengan menunjukan kepada untuk mempelajari Detail-detail sejarah. tetapi menggabungkan narasi sejarah itu sekaligus dalam pemaknaan. Oleh karenanya begitu kita mendapatkan kisah dalam al quran, kita tidak akan mendapatkan terlalu banyak detail peristiwa. Akan tetapi kita akan mendapatkan Ilham dari cara quran memaknai seluruh event dalam peristiwa sejarah itu.
Oleh karenanya sebagai pemuda yang baik, tentulah kita mesti membuka cakrawala untuk memahami sejarah dari berbagai sumber yang terpercaya dalam perspektif Al Quran. Sejarah akan mengajarkan pada kita bagaimana memaknai rentetan peristiwa tersebut dalam bentuk pemaknaan. Denganya maka kita akan menjadi sosok yang bijak dalam mengambil pilihan dan langkah di masa depan.



Kamis, 23 November 2017

Diskusi Publik Sosialisasi Redesign USO (Universal Service Obligation)


Generasi Muda Kreatif dan Inspiratif dengan Internet



Di era milenial ini perkembangan teknologi terus berpacu seolah tak terbendung. Salah satu speaker dalam agenda diskusi publik sosialisasi redesign USO mengtakan bahwa, "Garis finish dari teknologi itu sama-samar atau tidak terlihat jelas". Artinya ia akan terus mengalami dinamika dan pembaharuan tiada henti.

Berdasarkan survey statisik, User internet di Indonesia menduduki peringkat ke 5 di dunia setelah China,India, USA, dan Rusia. Bisa dibayangkan bahwa setiap harinya tidak kurang dari 132 juta penduduk indonesia (51,8%) merupakan pengakses internet aktif dari total penduduk indonesia yang berjumlah 256,2 juta jiwa.

Di sisi lain negara Indonesia saat ini mengalami sebuah era yang dinamakan bonus demography. Yakni jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak melampaui usia non produktif jika dibandingkan dengan berbagai negara di dunia. Mayoritas pengguna internet didominasi juga oleh  kaum pemuda. Artinya ini adalah sebuah tantangan sekaligus peluang kaitanya pemanfaatan teknologi.

Social media menjadi akses yang sangat digandrungi. Mulai dari FB, IG, Youtube, twitter, Linkedin dll tak jarang menjadi ajang eksistensi diri di dunia maya. Ada yang digunakan untuk sesuatu yang positif semisal mendukung literasi, ajang berbagi pengetahuan dan kebaikan, membangun jaringan atau komunitas dll. Namun tak sedikit pula yang justru disalahgunakan untuk mengakses hal-hal yang kurang pantas seperti pornografi, penipuan, hacking dll.

Melihat kondisi tersebut, kita perlu berfikir lebih jauh bagaimana cara menjadikan internet menjadi lebih produktif guna mengurangi persoalan kemiskinan dan kesenjangan yang menjadi PR besar negara.


Setidaknya dapat ada 3 aspek yang perlu diperhatikan:

1. Digital Literacy
Kenyataan yang ada adalah perkembangan budaya/  kecerdasan User tidak secepat perkembangan teknologi. Akhirnya berimplikasi pada maraknya berita Hoax yang beredar. Generasi Jaman Now perlu belajar bijak dalam berinternet. Jika ada Hoax maka klarifikasi dulu benar tidaknya kebenaran berita tersebut? Akankah berita tersebut kangsung dibuang? Disimpan untuk konsumsi pribadi? Atau perlukan dishare/ tidak? Kalau akan dishare kira2 siapakah pihak yang perlu tahu informasi tersebut? Teliti dan cermati sebelum posting. Potinganmu menunjukan cerminan kualitas dirimu. Pahami dengan baik How To Use Smartphone Being Smarter.
2. Digital Inclussion
Teknologi itu bisa dijadikan sebagai lompatan untuk mengejar negara maju. Internet tidak hanya berfungsi sebagai sarana sosialisasi namun juga alat bisnis dan ekonomi. Masuk kedunia usaha dan kembangkan dunia disana. Di tengah kelesuan ekonomi global, bisa jadi dipastikan dunia digital ini menjadi suporter kebangkitan ekonomi.
3. Goverment support
Pemerintah sebagai pemegang kebijakan melihat realita dunia digital yang menghegemoni hampir di semua lapisan masyarakat perlu untuk memberikan adanya tindakan nyata guna merecover segala peluang dan ancaman yang mungkin timbul. Ir. Sukamta sebagai salah salah satu pembicara yang sekaligus perwakilan dari DPR RI Komisi I tengah memunculkan adanya draft kebijakan kepada pemerintah untuk memberikan dukungan penuh kepada kawula muda untuk mengembangkan diri dengan memunculkan start-up2 baru menjadi salah satu solusi dalam mengurangi jumlah pengangguran usia produktif.

Kita bisa belajar dari kasus ekonomi digital USA tahun 2015 bahwa ternyata dengan penggunaan digital sebagai alat ekonomi menyumbang penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,56 juta (2,6 kali lipat lebih besar), pendapatan ekonomi digital 32% lebih cepat dibaning non digital, dari 58.000 bisnis digital aktif mampu menyokong pendapatan hingga 161 miliar poundsterling.

M. Idham Ananta Timur, M.Kom selaku ahli IT dan dosen UGM yang juga salah satu keynote speaker mengatakan bahwa, "jika kita terlahir sebagai orang miskin, itu bukan salahmu. Namun jika di era digital ini engkau masih saja miskin, maka bisa dipastikan itu salahmu.

Dunia benar-benar terbuka dengan seluas-luasnya. Apa saja yang dulu menjadi penghambat kini tak lagi jadi penghalang yang berarti. Seperti batas geografi, teritorial, pertemuan, birokrasi dll. Artinya kita bisa mengakses semua dengan berbagai kemudahan.

Internet ini bukan hanya sebagai sarana sosialisasi atau ajang eksistensi diri. Kembali pada definisi kita itu siapa. Seindah apapun yang kita posting atau share tidak akan berpengaruh pada apapun kalau kita tidak mengenali apa dan siapa jati diri kita.

Dengan sedemikian masifnya penggunaan internet di berbagai wilayah oleh berbagai kalangan serta perkembangan teknologi yang makin advance setiap waktunya, bahkan sebentar lagi akan dikembangkan teknologi 5G yang mampu mengakses 1GB per second. Lantas, Pertanyaanya adalah akses sebesar itu akan dipergunakan untuk apa??

It back to Your Creativity and Productivity. Sebagai bekal generasi muda maka Sulaplah apa yang dipunya menjadi Karya.


Semoga Bermanfaat

Minggu, 22 Oktober 2017

Little Things, Deep Meaning

Lakukanlah Kebaikan Sekecil Apapun


Sebagai seorang manusia yang beriman, kita meyakini bahwa hidup manusia bermuara pada dua hal. Yakni surga atau neraka. Pada saatnya nanti hari pengadilan tertinggi itu kan tiba. Ada banyak pasang mata kusut tanda penyesalan manusia. Isyarat penyesalan agaknya terbagi menjadi 2 sebab. Pertama, manusia menyesal akan segala waktu yang ia sia-siakan dengan bermaksiat pada Allah, sehingga denganya tidak tersisa sedikitpun melainkan dosa-dosa tadi melahap amalan baik yang pernah diperbuat. Yang kedua, penyesalan seorang mukmin yang terjadi saat Seluruh kebaikan yang dilakukan selama di dunia kurang maksimal.

Semoga saja kita dihindarkan dari golongan manusia yang menyesal karena point pertama. Agaknya dalam kesempatan kali ini, penulis ingin sedikit berbagi terkait point yang kedua. Yahh, tentang kebaikan. Kebaikan sebagai bentuk representasi dari ketaqwaan seorang hamba kepada rabb-Nya. Menaati perintahNya pun menjauhi laranganNYA.

Suatu ketika dikisahkan ada salah seorang sahabat yang menghadapi sakaratul maut. Kala itu sahabat tadi didampingin oleh istrinya. Pada saat menjelang ajal, tidak ada kata lain yang diucapkan oleh sahabat tadi melainkan 3 hal. Itupun ia ucapkan dalam keadaan tersengal-sengal dan terdengar kurang jelas. Ucapan tadi berbunyi:  
Andai lebih jauh lagi ...............
Andai masih baru.....................
Andai semuanya...................

Istri seorang sahabat tadi merasa khawatir dan sempat menangis kalau saja suaminya meninggal dalam keadaan kurang baik. Hingga sesaat setelah sahabat tadi meninggal dan dimakamkan, Rasulullah SAW datang untuk takziyah. Disana rasulullah berkata kepada istri sahabat yang meninggal tadi, “Wahai fulanah sesungguhnya apa yang diucapkan oleh suamimu itu tidaklah keliru.” Artinya saat itu rasulullah sedang menenangkan hati sang istri tadi bahwa suaminya adalah orang yang sholih.  

Dihadapan para sahabat yang melayat, Rasulullah lantas berkata, “Para sahabat ku, maukah kalian aku ceritakan apa maksud dari ketiga kalimat yang diucapkan almarhum tadi?”
Para sahabat yang melayat menjawab, “baik ya Rasulullah, coba ceritakan kepada kami apa maksud dari ketiga perkataan tadi?”

Rasulullah lantas bercerita. Kalimat yang pertama maksudnya adalah suatu ketika saat si fulan masih hidup, ia berjalan menuju ke masjid untuk shalat berjamaah. Ditengah perjalanan ia melihat sosok laki-laki buta sedang terseok-seok karena tidak ada yang membantu memberikan petunjuk jalan. Alhasil sahabat tadi menuntun si buta hingga tiba di masjid untuk beribadah. Ia mengucapkan Andai Lebih Jauh Lagi, karena pada saat sakaratul maut ia didatangi oleh malaikat yang menampakkan bukti kebaikanya. Amalan tersebut ternyata memiliki balasan pahala yang melimpah. Lantas ia menyesal, andai saja ia tahu amalan sesederhana itu memiliki bobot yang berlipat ganda di sisi Allah, tentu ia akan menuntun si buta tadi melewati jalur yang lebih jauh lagi menuju masjid. Agar ia mendapatkan balasan yang lebih besar lagi.  

Teruntuk kalimat yang kedua, andai masih baru. Pada suatu ketika Arab dilanda musim dingin yang amat sangat. Pada saat keluar rumah untuk menuju suatu tempat, ia tidak sengaja melihat ada seorang laki-laki yang hampir terkapar karena kedinginan. Akhirnya si fulan memberikan salah satu dari 2 jubah yang ia pakai kepada laki-laki tadi. Pada saatnya tadi, Ia dinampakkan bahwa ternyata jubah yang ia berikan tersebut mendapatkan pahala yang besar disisi Allah, dan lantas ia menyesal karena memberikan salah satu jubah yang sudah kusam. Andai waktu itu ia memberikan jubah yang masih baru mungkin ia akan mendapatkan limpahan kebaikan yang tiada terkira.

Teruntuk maksud dari kalimat yang ketiga. Pada saat itu si fulan hendak makan bersama keluarga. Tidak ada makanan lain yang ia miliki selain sepotong roti. Namun di saat yang sama dari balik pintu rumah terdengar suara rintihan seseorang. Begitu pintu dibuka, ternyata ada seorang pengemis yang kelaparan. Akhirnya ia memutuskan untuk memotong roti yang hanya 1 biji tadi menjadi 2 bagian.  yang sebagian diserahkan kepada pengemis dan sebagian sisanya untuk ia makan bersama keluarga. Ia tidak menyangka bahwasanya sepotong roti yang ia berikan tadi mendapatkan timbangan kebaikan yang besar di sisi Allah SWT. Dan ia merasa menyesal mengapa waktu itu ia tidak serahkan saja semua roti tadi ke pengemis tadi agar ia mendapatkan pahala yang sempurna.

Dari cuplikan kisah tadi, kita mampu menukilkan sebuah pesan sederhana yang cukup mendalam. Yakni amalan sahabat tadi kalau dirunut mungkin “hanya” sekedar menuntun orang buta, memberikan jubah (baju) yang sudah tidak lagi baru, dan berbagi sepotong roti. Siapa sangka nyatanya amalan “sesederhana” itu mendapatkan timbangan yang berat di sisi Allah SWT.

Sahabat sekalian, ternyata sebuah kebaikan yang tidak dilaksanakan secara maksimal akan kita sesali di akhirat nanti. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang tidak meremehkan sebuah kebaikan sekecil apapun. Karena nyatanya timbangan kebaikan Allah itu berbeda jauh dengan timbangan manusia dalam kacamata dunia. Bisa jadi sebuah kebaikan yang kita anggap kecil nan remen-temeh itu memiliki bobot yang berat di sisi Allah, pun bisa juga kebaikan yang kita rasa besar nyatanya tak lebih besar nilainya dibanding buih di lautan yang terhempas.

Artinya apapun amanah yang kita emban saat ini, lakukan saja dengan totalitas. Tidak ada jaminan bahwa sekaliber “ustad/ustadzah” yang menyampaikan materi jauh lebih mulia dari orang-orang yang baru saja hijrah dan terbata. Bisa jadi kita yang mungkin hanya mampu menggelar tikar untuk memberikan kenyamanan kepada jamaah yang akan mengahdiri majlis, adalah jauh lebih mulia dibandingkan pengisi acaranya. Tiada yang tak mungkin bagi Allah.

Bisanya kita cenderung akan totalitas apabila mendapatkan amanah yang besar. Saat kita mendapatkan amanah yang sifatnya “pelengkap” misal sebagai staf atau jundi, lantas kita hanya memberikan kontribusi yang biasa-biasa saja. Padahal tidak menutup kemungkinan kita yang saat itu posisinya sebagai bawahan bisa memiliki ide-ide yang brilian dan kontribusi yang besar terhadap kinerja-kinerja pembangunan dibanding qiyadah kita.

Kita sebagai generasi pemuda muslim masa kini seyogyanya ikut meneladani mentalitas pejuang yang dimiliki para sahabat. Meski pada zaman sekarang sepertinya jauh panggang dari api. Bagaimana tidak, saat penguasa negeri ini yang abu-abu tendensinya pada kebaikan meluap-luap dan heroik menduduki jabatan yang strategis. Pasca lengser, seolah tak pernah terdengar lagi gaung dan kontribusinya. Terlebih jika dicopot dari jabatan, kebanyakan elit negeri ini lantas merajuk dan tak sedikit yang saling menyulut api peperangan. Sungguh ini adalah sebuah ironi. Kondisi ini sangatlah kontras dengan para pemimpin pada masa sahabat.

Alangkah indahnya jika kita meneladani akhlak para sahabat rasulullah yang bersegera dalam kebaikan dan totalitas dalam segala peranya. Sebut saja Khalid bin Walid yang bahkan dijuluki sebagia pedang Allah yang terhunus. Suatu ketika ia dipecat jadi panglima perang dan diturunkan dari jabatan oleh amirul mukminin umar bin khattab. saat itu khalid lantas bertanya, “Atas dasar apa engkau memecatku wahai Umar?”

Umar menjawab, “sesungguhnya engkau tidak melakukan kesalahan apapun”.

Begitu terdengar jawaban Umar, Khalid lantas diam dan menerima keputusan Umar dengan gentlenya. Hingga suatu saat pasukan muslim melakukan perjalanan untuk perang Yarmuk, terlihat Khalid ikut beserta rombongan kaum muslimin.

Sahabat pun bertanya, “Wahai Khalid, bukankah engkau telah dicopot dari jabatan perang oleh Umar? Lantas mengapa engkau tetap ikut berperang?”

Khalid dengan jiwa kesatriyanya lantas menjawab dengan lantang, “sesungguhnya aku berperang bukan untuk Umar, namun Untuk Tuhanya Umar”.

Begitulah mentalitas dan jiwa kesatria. Seorang pejuang akan terus berjuang tak peduli ia pemilik mimbar atau bukan. Seorang pejuang akan terus bertandang pada kebaikan. Seorang pejuang akan terus memberikan kerja-kerja nyata bagi perbaikan. Seorang pejuang tak akan gentar dengan aral badai yang melintang. Baginya cukuplah Allah SWT sebagai penawar atas segala kelelahan selama  di dunia dan hanya kepadaNya semua bermuara.  

Penilaian yang bagus dari manusia itu hanyalah bonus. Dan sekaligus bisa memberangus apabila kita kemudian menjadi riya’ terhadap amal perbuatan kita. Maka seyogyanya mari kita kembalikan semua kebaikan yang dilakukan hanya pada penilaian dan ridho Allah SWT semata. Kuncinya do your best self, ikhlas, semangat dan istimror (keberlanjutan amal).


Waalahua’lam bisshowab. 

Senin, 16 Oktober 2017

Youth Zaman Now

Islam, Pemuda dan Peradaban


Pemuda secara umum adalah laki-laki maupun perempuan yang berusia baligh hingga kurun usia 40 tahun. Adapula yang mengatakan bahwa mereka sampai pada rentang usia 50 tahun. Artinya usia pemuda merupakan usia strategis yang diapit oleh 2 usia lemah yakni anak-anak dan masa tua. Fase Pemuda berada pada puncak potensi yang dimilikinya.  Ibarat matahari, ia bersinar di pertengahan waktu terbaiknya. Ia memancarkan cahaya dengan sangat terik dan memberikan pancaran yang sangat terang. Pemuda memiliki tanggung jawab memikul beban kejayaan umat. Sejarah mencatat yang memperjuangkan umat adalah pemuda.

Ada banyak model pemuda yang tergambar dengan berbagai mentalitasnya. Mentalitas ini merupakan implikasi dari internalisasi paradigma atas segala konsekuensi logis dari keputusan-keputusan yang diambil.

Alkisah ada 5 pemuda melakukan hal yangsama, namun uniknya mereka memiliki jawaban yang berbeda-beda atas tujuan mereka melakukan aktivitas tersebut. Mereka sama-sama sedang melakukan kerja bakti membangun sebuah gedung yang akan dijadikan sebagai sekolah. Ketika ditanya apa yang sedang mereka lakukan, berikut jawabannya: 
Pemuda yang pertama menjawab: “saya sedang mengaduk semen dan pasir”
Pemuda yang kedua menjawab: “saya sedang menyusun batu-bata”
Pemuda yang tiga menjawab: ”saya sedang mendirikan tembok”
Pemuda yang empat menjawab: saya sedang membangun  sekolah”
Pemuda yang lima menjawab: “saya sedang membangun sebuah sekolah, dan denganya saya akan membangun sebuah peradaban”.
Dari ke 5 pemuda tersebut, seyogyanya kita memiliki mentalitas seperti yang tergambar di point ke 5. Mengukir visi yang jauh kedepan.

Kaum pemuda merupakan aktor yang tak pernah absen menghiasi sejarah. Kala memperhatikan sejarah, kita jumpai banyak fase kegemilangan yang dicapai kaum muda. Sebut saja para pemuda askhabul kahfi yang diabadikan Allah dalam QS Al Kahf dimana mereka menjadi remaja yang gigih dalam mempertahankan aqidah dari penguasa dzalim. Adapula Dzulqarnain yang  dikisahkan memiliki kekuasaan sangat luas namun tetap zuhud dan amanah di puncak kejayaanya. Kita juga belajar bagaimana Nabi Khidr as memberikan pelajaran untuk bersabar dalam menuntut ilmu kepada Nabi Musa as. Juga kisah pemuda yang memiliki kebun bertabur buah nan indah, namun dikarenakan kesombonganya akan nikmat Allah, seketika Allah hancurkan seluruh apa yang ada di dalam kebun tersebut dalam sekejap.

Rasulullah memberikan perhatian yang sangat mendalam kepada anak muda. Terbukti dengan dididiknya para sahabat kala itu di rumah Arqam guna mengenyam internalisasi nilai-nilai kebaikan. Alhasil banyak generasi sahabat yang sangat terkenal sepak terjangnya hingga kini. Sebut saja generasi khulafaur rasyidin, sahabat, tabiin-tabiat yang gigih dan loyal membela kehormatan islam apapun kondisinya. Mereka memiliki mentalitas yang tangguh.

Usman Bin Affan yang terkenal sebagai konglomerat dermawan kala itu, selalu berambisi untuk menjadikan kekayaanya sebagai ladang amal. Suatu ketika Rasulullah bersabda bahwa:, “siapa yang mampu merebut sumur rumi untuk kepentingan umat maka surgalah balasan baginya”. Usman bukan hanya seorang saudagar yang kaya raya, namun ia juga seorang diplomat yang handal dan piawai. Dengan siasat cerdiknya dalam berdiplomasi ahirnya usman mampu merebut sumur rumi dari cengkeraman seorang Yahudi yang pada saat itu seenaknya menjual air dengan harga yang sangat tinggi kepada umat muslim.

Atas  jasa Usman, akhirnya umat muslim tidak perlu lagi membeli air pada orang yahudi tersebut. Usman bahkan bisa membeli kebun kurma yang luasnya berhektar-hektar yang ada disekitar sumur rumi. Hingga kini sumur itu tak pernah kering. Berikut juga dengan kebun. Kesemuanya merupakan aset usman yang masih ada hingga kini. Dikelola dan diserahkan kepada baitul maal saudi atas nama Usman Bin Affan.

Ada pula Umar Bin Khattab yang merupakan seorang negarawan. Dibawah kepemimpinanya islam mampu melakukan ekspansi hingga menguasai 2/3 dunia. Sahabat rasul Usamah bin Zaid yang merupakan anak dari Zaid bin Haritsah yang gugur pada saat menjadi panglima perang Mu’tah diangkat oleh rasulullah menjadi panglima perang pada usia 18 tahun untuk memimpin ekspedisi perang melawan Romawi di Syams.

Sejarah juga mencatat kegemilangan umat yang dipromotori oleh kaum pemuda. Siapa yang tidak kenal Muhammad Al Fatih. Ia menjadi symbol terhadap kekuatan, keimanan, pasukan, dan geopolitik. Di usianya yang masih sangat muda (21 tahun) ia sudah memimpin ekspedisi pasukan sebanyak 250.000 orang menakhlukkan Konstantinopel. Benteng dengan panjang 30.000m2 yang menjadi legenda bertahan selama 1.123 tahun mampu ia hancurkan hanya dalam waktu 4 bulan menggunakan meriam. Lebih kerenya lagi, ia memiliki strategi politik yang sangat jenius. Melihat kondisi geografis yang cukup dilematis, Ia mengawal para pasukan menyeret kapal melewati pegunungan guna melewati selat bosphorus hanya dalam waktu 1 malam.

Pada masa Bani Umayyah ada sosok revolusioner bernama Umar bin Abdul Aziz. Ia mampu menorehkan sejarah kegemilangan umat hanya dalam waktu 2,5 tahun.
Pasca  Umar Bin Abdul Aziz dilantik, ia mengatakan: “inni akhofunnaar (saya takut pada neraka).

Beliau memulai tanggung jawab dari akhir. Akhir kehidupan manusia adalah kematian. Yang mengantarkan pada 2 muara yakni surga atau neraka. Ia memiliki pandangan yang jauh kedepan. Memulai rasa takut akan neraka menjadikan Umar bersungguh-sungguh dalam mengemban amanah.

Umar Bin Abdul Aziz memiliki personality yang sangat menawan. Sampai-sampai batang leher beliau memperlihatkan bahwa beliau merupakan sosok yang terawat dengan sangat baik. ia menjadi transeden bahkan dari jauh sudah tertebak bahwa ia adalah Umar bin Abdul Aziz dari bau parfum yang digunakanya.

Begitu menjadi pemimpin, Umar memulai perubahan dari diri sendiri. Kemudian merubah keluarganya di istana selanjutnya melakukan mobilitas ke luar istana. Dikisahkan bahwa setelah dilantik, Umar lantas mengumpulkan seluruh anggota keluarganya.
Umar mengatakan bahwa: Semua harta yang kita miliki akan dikumpulkan untuk diberikan kepada baitul maal.
Istrinya sempat hampir menolak titah Umar bin Abdul Aziz. Hingga akhirnya Umar berkata: “berikan hartamu padaku, jika engkau tidak mau maka tidak ada pilihan lain bagiku selain menceraikanmu, namun jika engkau ingin bersamaku maka kembalikanlah harta itu pada umat”. Akhirnya sang istri pun memilih untuk bersama dengan Umar.

Ustad annis matta pernah mengatakan dalam salah satu pidatonya bahwa: “orang bisa saja tidak membuat pencapaian, namun setidaknya ia tidak membuat kedzliman.

Kita hidup di era kapitalisme yang agaknya dalam 100 tahun terakhir ini menebar kemajuan di berbagai negara. Namun ada 1 fakta tak terbantahkan yang dicapai oleh kegemilangan Umar bin Abdul Aziz dan tidak mampu tercapai oleh  rezim kapitalisme. Amil zakat pada saat itu berkeliling ke seluruh Afrika untuk mencari penerima zakat namun tidak ada satupun yang menerimanya.  Dan ini dicapai hanya dalam waktu 2,5 tahun. Sejak umar di baiat di usia 36 tahun, lalu beliau meninggal di usia 39 tahun. 

Kita bisa belajar dari revolusi Umar Bin Abdul Aziz. Ia mendapatkan sumber energy yang luar biasa atas ketakutanya pada neraka. Ia tidak pernah main-main dengan pilihan dan bercanda dengan keputusan. Karena ia paham akan akibat yang ditimbulkan.

Semangat inilah yang dibutuhkan untuk menghidupkan bangsa. Menemukan niat atau motif yang benar untuk melangkah. Kita dikumpulkan untuk pertanggungjawaban diri pribadi kepada Allah, dan diri pribadi di depan sejarah bangsa.
Generasi pemuda adalah generasi pemikul beban. Bukan pemburu popularitas, apalagi pemikul kuasa. Seberapa besar beban yang kita pikul, sebesar itu pula tempat kita di akhirat nanti. (Ustad Annis Matta).

Bapak proklamator kita Ir. Soekarno menyatakan dalam pidatonya yang terkenal sangat deklamatis dan menggebu-gebu, "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya dan Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Di Indonesia, kita mengenal sosok Habibi. Tokoh masa kontemporer yang dengan kejeniusanya mampu menciptakan pesawat terbang dan membalikkan kondisi Indonesia yang dilanda krisis pasca Soeharto diturunkan. Saat itu di tahun 1998 rupiah bahkan mencapai nilai paling buruk Rp 16.800 per 1 USD. Ir. Habibi yang saat itu menggantikan posisi Soeharto sebagai presiden mampu mengatasi permasalahan pelik negeri ini hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Berbagai gebrakan dan kebijakan untuk mengembalikan kondisi ekonomi sosial politik ia lakukan dengan spektakuler. Dan ini adalah representasi dari spirit anak muda. Dan ini merupakan buah dari pemikiran dan perjuangan pemuda.

Ini menjadi bukti yang sekaligus membawa semerbak optimisme bagi kaum pemuda bahwa di tangan merekalah nasib bangsa ini dipertaruhkan. Pemuda memiliki peran strategis sebagai agen of change, iron stock, social control, dll.

Lantas sebagai generasi muda zaman kekinian, apa yang harus kita lakukan?

Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa sejarah adalah perulangan dari zaman dengan modifikasi yang berbeda sesuai dengan konteks masanya. Dalam hal ini bahkan 1/3 bagian al quran menceritakan tentang sejarah. Artinya sebagai generasi muda kita harus kembali kepada Al Qur’an. Al quran memberikan kita ilham bahwasanya kita perlu mengambil pelajaran dari sejarah yang Allah gambarkan dengan pemaknaan.

Tentunya kita perlu bekal untuk menjadi generasi yang berkualitas. Al ilmu qabla qauli wal amal (ilmu dulu sebelum poerkataan dan perbuatan). Imam syafii bahkan pernah mengatakan bahwa: “jika engakau tidak tahan terhadap lelahnya belajar, maka engkau akan menanggung perihnya kebodohan.”

Disini kita melihat bagaimana islam memberikan perhatian yang penting terhadap ilmu. Seyogyanya sebagai kaum pemuda kita bekali diri dengan ilmu yang mendekatkan ketaqwaan pada Allah SWT. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam Riwayat Bukhari dan Muslim :
 “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).

yang kedua, diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni. Masa depan hanyalah milik orang-orang yang memiliki kompetensi. Lihatlah Nabi Yusuf as yang dulunya bukan siapa-siapa, namun seketika ia keluar dari penjara langsung mampu menduduki posisi strategis sebagai bendahara negara. Tidak lain karena Nabi Yusuf melakukan mobilitas vertikal dengan kompetensi yang ia miliki. Alhasil ia mampu menyelamatkan nasib ribuan rakyatnya dari bencana kelaparan akibat kekeringan yang menahun.

Memperbanyak amalan ibadah guna penguatan ruhiyah juga merupakan aspek yang vital disini. Dimana bagunan sejarah ditopang oleh pilar-pilar ruhiyah yang sehat. Bangun budaya solat malam (qiyamul lail), karena didalamnya ada banyak keutamaan. Ustad Adi Hidayat Lc dalam salah satu ceramahnya menyebutkan bahwa secara ukhrawi akan meningkatakan derajat ketaqwaan di sisi Allah. Di sisi lain akan memberikan pencerahan berupa:
1.       Diangkat karir terbaiknya
2.       Dibimbing oleh Allah SWT dalam setiap aktivitas
3.       Diberikan solusi terbaik saat ditimpa permasalahan
4.       Ditolong oleh Allah langsung saat ada pihak-pihak yang akan berbuat tidak baik kepada kita. 

Selanjutnya adalah pembangunan karakter. Merujuk pada QS Fathir ayat 32, setidaknya ada 3 tipe manusia:
1.       Faminhum  thalimun linafsihi,  Mendzalimi diri sendiri
2.       Waminhum muqtasidun, golongan pertengahan (terjebak pada comfort zone)
3.       Waminhum sabiqun bialkhayrati biithni Allahi, berlomba dalam berbuat kebaikan (kompetitif). 

Sebagai seorang pemuda tentunya kita berharap agar dijauhkan dari kesia-siaan. Menjadi pribadi yang handal, unggul dan bersegera dalam kebaikan merupakan modal utama dalam menjayakan umat. Peradaban yang kokoh hanya akan mampu ditopang oleh orang-orang yang berkualitas baik.

Para pemuda, mari kita persiapkan diri kita sebaik mungkin, dengan berbekal ilmu dan amal. Dan kesungguhan. Apa yang kita terima hari ini adalah hasil dari akumulasi cita-cita dan perbuatan kita di masa lalu, dan apa yang akan kita tuai di masa depan merupakan hasil dari keputusan dan perjuangan yang kita tanam saat ini. maka pastikan kita tidak menanam kecuali benih-benih kebaikan, sehingga dengannya kelak kita akan menuai limpahan karunia kegemilangan.



nb: 
narasi ini disampaikan saat sesi sharing bersama KAMMI di Universitas Mercu Buana Yogyakarta, (11/10/2017). semoga yang sedikit ini mampu menjadi perenungan bagi saya pada khususnya dan semoga mampu menginspirasi sesiapa yang membacanya.





    
 






Selasa, 10 Oktober 2017

Belajar dari Sosok Abu Bakar Ash Shidiq

Belajar dari Sosok Abu Bakar Ash Shidiq



Beberapa cerminan keteguhan hati Abu Bakar diantaranya dapat dinukilkan sebagai berikut :

1.       Ia beriman pertama kali saat semua menolak Rasulullah SAW.
Pada saat awal rasulullah SAW berdakwah banyak mengalami penolakan dan tekanan dari pihak kafir Qurays di Mekah. Pada saat itu yang masuk islam baru khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah  yang kesemuanya merupakan bagian dari keluarga Rasul. Abu bakar merupakan orang di luar keluarga Rasul yang pertama kali menerima ajaran islam. Abu bakar dengan gigih bersegera menyambut dan membenarkan ajaran Rasulullah disaat yang lain menolak.  
2.       Abu Bakar mendampingi Rasulullah hijrah ke Madinah
Kala itu rasulullah  menjadi sosok yang paling banyak dicari “most wanted” di Mekkah. Terdapat bahaya yang mengancam di depan mata termasuk kematian. Saking getolnya kaum Qurays, mereka sampai mengadakan sayembara penangkapan Rasulullah. Barangsiapa mampu menangkap nabi Muhamad dalam keadaan hidup ataupun mati, maka akan kami berikan hadiah sebanyak 100 ekor unta. Orang yang gila harta akhirnya berlomba untuk menangkap Rasulullah. Keputusan untuk menemani Beliau SAW hijrah merupakan pilihan yang penuh resiko.
3.       Menemani rasulullah di kemahnya pada saat perang badar
Kemah rasulullah menjadi incaran musuh. Artinya memilih untuk membersamai Rasulullah SAW di kemahnya memiliki resiko yang tidak mudah.
4.       Terus bertahan disaat pasukan muslim tercerai berai akibat pasukan Qurays menyerang balik dalam perang uhud
Pada saat fase ke 2 perang uhud umat muslim berada dalam kondisi terdesak pasca pasukan pemanah meninggalkan posisinya. Akhirnya saat kaum qurays menyerang balik sedang kaum muslimin saling berebut ghanimah, mereka kocar kacir. Bahkan banyak diantara kaum muslimin yang berlari tunggang langgang meninggalkan rasul.
Adapun abu bakar terus maju ke depan mengibas musuh dengan pedangnya tanpa takut sedikitpun. Rasulullah khawatir bahkan sampai berteriak , “ Wahai Abu Bakar sarungkan pedangmu, jangan kau buat kami khawatir akan kematianmu”.
Abu bakar tsabat, berani, teguh melawan.


Adapun beberapa bukti kelembutan hati Abu Bakar diantaranya dapat dilihat dari beberapa kisah berikut ini :

1.        Abu bakar wara’ terhadap apa yang dimakan/dimiliki/ didapatkan
Suatu ketika beliau ra pernah makan  sesuatu yang dibawa pembantunya.
Pembantunya berkata, “tahukah engkau apa yang barus saja kau makan?, dulu aku pernah melakukan perdukunan untuk mengelabui orang-orang. Makanan itu adalah pemberian dari orang yang memanfaatkan jasa perdukunanku”.
Seketika abu bakar memasukkan jari dan “menyogok” ke tenggorokan agar makanan atau isi perut bisa dimuntahkan semua.
           Pembantunya bertanya, “wahai abu bakar, itu hanya makanan mengapa engkau begitu                          bersikeras mengeluarkanya?”
Abu bakar, “ demi Allah apabila makanan itu hanya bisa dikeluarkan dengan mengeluarkan nyawaku, maka akan aku lakukan”.
Ini tidak lain karena beliau sangat tsiqoh terhadap salah satu hadist nabi yang berbunyi setiap jasad yang tumbuh dari makanan yang haram, maka neraka lebih utama baginya.

2.        Sangat sederhana gaya hidupnya
“tolong kembalikan semua yang aku miliki ke baitul maal apabila aku sudah meninggal”, pesan abu bakar kepada aisyah.
Sepeninggal abu bakar, maka aisyah menyerahkan harta peninggalan yang hanya berupa alat pemerah ssu, 1 helai baju oerang, dan 1 ekor unta kepada amirul mukminin.
Umar menangis melihat kezuhudan Abu Bakar yang sampai pada meninggalnya hanya menyisakan harta yang sangat sedikit, “ semoga Allah merahmati abu bakar, sungguh engkau telah membuat letih sesiapa setelahmu”.
Artinya untuk menyamai level abu bakar itu sangat susah bagi Umar.

3.       Membantu para janda memerah susu
Janda yang ditinggal suami mereka mati syahid pada saat peperangan, menjadi single parent untuk mengurus anak-anaknya. Abu bakar ikut merasakan betapa berat tanggung jawab para janda itu dengan ketiadaan suami. Karenanya Abu Bakar selalu menyempatkan diri untuk membantu para janda memerah susu  untuk dijual.
Setelah Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, para janda bahkan menangis karena khawatir Abu Bakar tidak akan datang lagi menemui mereka untuk memerah susu. Tapi ternyata kekhawatiran itu mampu untuk ditepis.
Suatu ketika khalifah Abu Bakar mengetuk pintu rumah para janda. Begitu dibuka yang ada di balik pintu adalah anak kecil. Anak kecil itu lantas berkata, “Ummi, ada si pemerah susu datang ke rumah”.
Ibunya lantas menimpali, “hssstt, nak itu bukan si pemerah susu, dia adalah khalifah kita. Abu bakar ash shidiq”.
Disini bisa kita lihat betapa sederhananya Abu Bakar sehingga anak-anak tidak mengenalinya  sebagai pemimpin namun sebagai sosok tak ubahnya rakyat biasa yang dikenal banyak melayani. Ini sangat jauh bebrbeda dengan gaya pemimpin kita saat ini yang cenderung menjadi pemerintah umat dibandingkan sebagai pelayan umat.

4.       Menjadi pembebas budak muslim 
Hati abu bakar sangatlah lembut. Ia sangat sering menitikkan air mata melihat kedzaliman yang terjadi di masa jahiliyah. Diantaranya banyak budak-budak muslim yang disiksa dengan sangat tidak manusiawi oleh tunanya. Sebut saja bilal bin rabbah. Tuannya bernama Umayyah mengatakan pada abu bakar, “Demi Allah kamu beli Bilal dengan harga 2 uqiyah saja, maka akan saya berikan”. Artinya umayyah ini meledek bilal bahwa ia tidak ada harganya. Namun abu bakar langsung menantang, “ Demi Allah andai kau jual bilal dengan harga 200 uqiyah saja akan tetap saya bayar”.
Abu bakar sangat memuliakan budak muslim bahkan saat tuan-tuan budak menghinakannya.  Para tuan budak melihat abu bakar sebagai pangsa pasar baru. Bahkan mereka sengaja menyiksa budak muslim agar didatangi oleh Abu Bakar dan dibebaskan.


Tentunya yang dipaparkan diatas hanyalah sebagian kecil dari tumpukan-tumpukan kebaikan yang disandang oleh sang khalifah Abu Bakar Ash Shidiq ra. Masih jauh lebih banayk lagi yang pastinya belum terkupas disini. Semoga menjadikan kita menjadi pribadi yang tak pernah lelah untuk menimba ilmu. Dan semoga darinya kita bisa meneladani kemuliaan akhlak yang dipancarkan. Karena akhlak yang baik merupakan sebuah oase yang menjadi penyejuk di tengah kegersangan zaman.