Islam, Pemuda dan Peradaban
Pemuda secara umum
adalah laki-laki maupun perempuan yang berusia baligh hingga kurun usia
40
tahun. Adapula yang mengatakan bahwa mereka sampai pada rentang usia 50 tahun.
Artinya usia pemuda merupakan usia strategis yang diapit oleh 2 usia lemah yakni
anak-anak dan masa tua. Fase Pemuda berada pada puncak potensi yang
dimilikinya. Ibarat matahari, ia
bersinar di pertengahan
waktu terbaiknya. Ia memancarkan cahaya dengan sangat terik dan memberikan
pancaran yang sangat terang. Pemuda memiliki tanggung jawab memikul beban kejayaan umat.
Sejarah mencatat yang memperjuangkan umat adalah pemuda.
Ada banyak model
pemuda yang tergambar dengan berbagai mentalitasnya. Mentalitas ini merupakan
implikasi dari internalisasi paradigma atas segala konsekuensi logis dari
keputusan-keputusan yang diambil.
Alkisah ada 5 pemuda
melakukan hal yangsama, namun uniknya mereka memiliki jawaban yang berbeda-beda
atas tujuan mereka melakukan aktivitas tersebut. Mereka sama-sama sedang melakukan kerja
bakti membangun sebuah gedung yang akan dijadikan sebagai sekolah. Ketika
ditanya apa yang sedang mereka lakukan, berikut jawabannya:
Pemuda
yang pertama menjawab: “saya sedang
mengaduk semen dan pasir”
Pemuda
yang kedua menjawab: “saya sedang menyusun
batu-bata”
Pemuda
yang tiga menjawab: ”saya sedang
mendirikan tembok”
Pemuda yang empat menjawab: ”saya sedang membangun sekolah”
Pemuda
yang lima menjawab: “saya sedang
membangun sebuah sekolah, dan denganya saya akan membangun sebuah peradaban”.
Dari
ke 5 pemuda tersebut, seyogyanya kita
memiliki mentalitas seperti yang tergambar di point ke 5. Mengukir visi yang jauh
kedepan.
Kaum pemuda
merupakan aktor yang tak pernah absen menghiasi sejarah. Kala memperhatikan
sejarah, kita jumpai banyak fase kegemilangan yang dicapai kaum muda. Sebut saja
para pemuda askhabul kahfi yang diabadikan Allah dalam QS Al Kahf dimana mereka
menjadi remaja yang gigih dalam mempertahankan aqidah dari penguasa dzalim. Adapula
Dzulqarnain yang dikisahkan memiliki kekuasaan
sangat luas namun tetap zuhud dan amanah di puncak kejayaanya. Kita juga
belajar bagaimana Nabi Khidr as memberikan pelajaran untuk bersabar dalam menuntut
ilmu kepada Nabi Musa as. Juga kisah pemuda yang memiliki kebun bertabur buah
nan indah, namun dikarenakan kesombonganya akan nikmat Allah, seketika Allah
hancurkan seluruh apa yang ada di dalam kebun tersebut dalam sekejap.
Rasulullah
memberikan perhatian yang sangat mendalam kepada anak muda. Terbukti dengan
dididiknya para sahabat kala itu di rumah Arqam guna mengenyam internalisasi
nilai-nilai kebaikan. Alhasil banyak generasi sahabat yang sangat terkenal
sepak terjangnya hingga kini. Sebut saja generasi khulafaur rasyidin, sahabat,
tabiin-tabiat yang gigih dan loyal membela kehormatan islam apapun kondisinya. Mereka
memiliki mentalitas yang tangguh.
Usman Bin
Affan yang terkenal sebagai konglomerat dermawan kala itu, selalu berambisi
untuk menjadikan kekayaanya sebagai ladang amal. Suatu ketika Rasulullah bersabda
bahwa:, “siapa yang mampu merebut sumur
rumi untuk kepentingan umat maka surgalah balasan baginya”. Usman bukan
hanya seorang saudagar yang kaya raya, namun ia juga seorang diplomat yang
handal dan piawai. Dengan siasat cerdiknya dalam berdiplomasi ahirnya usman
mampu merebut sumur rumi dari cengkeraman seorang Yahudi yang pada saat itu
seenaknya menjual air dengan harga yang sangat tinggi kepada umat muslim.
Atas jasa Usman, akhirnya umat muslim tidak perlu
lagi membeli air pada orang yahudi tersebut. Usman bahkan bisa membeli kebun kurma
yang luasnya berhektar-hektar yang ada disekitar sumur rumi. Hingga kini sumur
itu tak pernah kering. Berikut juga dengan kebun. Kesemuanya merupakan aset
usman yang masih ada hingga kini. Dikelola dan diserahkan kepada baitul maal
saudi atas nama Usman Bin Affan.
Ada pula Umar
Bin Khattab yang merupakan seorang negarawan. Dibawah kepemimpinanya islam
mampu melakukan ekspansi hingga menguasai 2/3 dunia. Sahabat rasul Usamah bin
Zaid yang merupakan anak dari Zaid bin Haritsah yang gugur pada saat menjadi
panglima perang Mu’tah diangkat oleh rasulullah menjadi panglima perang pada
usia 18 tahun untuk memimpin ekspedisi perang melawan Romawi di Syams.
Sejarah juga mencatat
kegemilangan umat yang dipromotori oleh kaum pemuda. Siapa yang tidak kenal
Muhammad Al Fatih. Ia menjadi symbol terhadap kekuatan, keimanan, pasukan, dan
geopolitik. Di usianya yang masih sangat muda (21 tahun) ia sudah memimpin ekspedisi
pasukan sebanyak 250.000 orang menakhlukkan Konstantinopel. Benteng dengan
panjang 30.000m2 yang menjadi legenda bertahan selama 1.123 tahun mampu ia
hancurkan hanya
dalam waktu 4 bulan menggunakan meriam. Lebih kerenya lagi, ia memiliki
strategi politik yang sangat jenius. Melihat kondisi geografis yang cukup
dilematis, Ia
mengawal para pasukan menyeret kapal melewati pegunungan guna melewati selat
bosphorus hanya dalam waktu 1 malam.
Pada masa Bani Umayyah ada sosok revolusioner bernama
Umar bin Abdul Aziz. Ia mampu
menorehkan sejarah kegemilangan umat hanya dalam waktu 2,5 tahun.
Pasca
Umar Bin Abdul Aziz dilantik, ia
mengatakan: “inni akhofunnaar (saya takut pada
neraka)”.
Beliau memulai tanggung jawab
dari akhir. Akhir kehidupan manusia adalah kematian. Yang mengantarkan pada 2 muara
yakni surga atau neraka. Ia memiliki pandangan yang jauh kedepan. Memulai rasa
takut akan neraka menjadikan Umar bersungguh-sungguh dalam mengemban amanah.
Umar Bin Abdul Aziz memiliki personality yang sangat menawan.
Sampai-sampai batang leher beliau memperlihatkan bahwa beliau merupakan
sosok yang terawat
dengan sangat baik. ia menjadi transeden bahkan dari jauh sudah tertebak bahwa
ia adalah Umar bin Abdul Aziz dari bau parfum yang digunakanya.
Begitu menjadi
pemimpin, Umar memulai perubahan dari diri sendiri. Kemudian merubah
keluarganya di istana selanjutnya melakukan mobilitas ke luar istana.
Dikisahkan bahwa setelah dilantik, Umar lantas mengumpulkan seluruh
anggota keluarganya.
Umar mengatakan bahwa: “Semua harta yang kita miliki
akan dikumpulkan untuk diberikan kepada baitul maal.”
Istrinya sempat hampir menolak titah Umar bin Abdul Aziz.
Hingga akhirnya Umar berkata: “berikan
hartamu padaku, jika engkau tidak mau maka tidak ada pilihan lain bagiku selain
menceraikanmu, namun jika engkau ingin bersamaku maka kembalikanlah harta itu
pada umat”. Akhirnya sang istri pun memilih untuk bersama dengan
Umar.
Ustad annis matta pernah
mengatakan dalam salah satu pidatonya bahwa: “orang
bisa saja tidak membuat pencapaian, namun setidaknya ia tidak membuat
kedzliman.”
Kita hidup di era
kapitalisme yang agaknya dalam 100 tahun terakhir ini menebar kemajuan di
berbagai negara. Namun ada 1 fakta tak terbantahkan yang dicapai oleh
kegemilangan Umar bin Abdul Aziz dan tidak mampu tercapai oleh rezim kapitalisme. Amil zakat pada saat itu
berkeliling ke seluruh Afrika untuk mencari penerima zakat namun tidak ada satupun yang menerimanya. Dan ini dicapai hanya dalam waktu 2,5 tahun.
Sejak umar di bai’at
di usia 36 tahun, lalu beliau meninggal di usia 39 tahun.
Kita bisa belajar
dari revolusi Umar Bin Abdul Aziz. Ia mendapatkan sumber energy yang luar biasa
atas ketakutanya pada neraka. Ia tidak pernah main-main dengan pilihan dan
bercanda dengan keputusan. Karena ia paham akan akibat yang ditimbulkan.
Semangat inilah yang
dibutuhkan untuk menghidupkan bangsa. Menemukan niat atau motif yang benar
untuk melangkah. Kita dikumpulkan untuk pertanggungjawaban diri pribadi kepada
Allah, dan diri pribadi di depan sejarah bangsa.
Generasi
pemuda adalah generasi pemikul beban. Bukan pemburu popularitas, apalagi
pemikul kuasa. Seberapa besar beban yang kita pikul, sebesar itu pula tempat
kita di akhirat nanti.
(Ustad Annis
Matta).
Bapak proklamator kita Ir. Soekarno menyatakan dalam pidatonya yang terkenal
sangat deklamatis dan menggebu-gebu, "Beri
aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya dan Beri aku 10
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".
Di Indonesia,
kita mengenal sosok Habibi. Tokoh masa kontemporer yang dengan kejeniusanya
mampu menciptakan pesawat terbang dan membalikkan kondisi Indonesia yang
dilanda krisis pasca Soeharto diturunkan. Saat itu di tahun 1998 rupiah bahkan
mencapai nilai paling buruk Rp 16.800 per 1 USD. Ir. Habibi yang saat itu
menggantikan posisi Soeharto sebagai presiden mampu mengatasi permasalahan
pelik negeri ini hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Berbagai gebrakan dan
kebijakan untuk mengembalikan kondisi ekonomi sosial politik ia lakukan dengan
spektakuler. Dan ini adalah representasi dari spirit anak muda. Dan ini merupakan buah dari pemikiran dan perjuangan pemuda.
Ini menjadi
bukti yang sekaligus membawa semerbak optimisme bagi kaum pemuda bahwa di
tangan merekalah nasib bangsa ini dipertaruhkan. Pemuda memiliki peran
strategis sebagai agen of change, iron
stock, social control, dll.
Lantas sebagai
generasi muda zaman kekinian, apa yang harus kita lakukan?
Ada sebuah
pepatah mengatakan bahwa sejarah adalah
perulangan dari zaman dengan modifikasi yang berbeda sesuai dengan konteks
masanya. Dalam hal ini bahkan 1/3 bagian al quran menceritakan tentang
sejarah. Artinya sebagai generasi muda kita harus kembali kepada Al Qur’an. Al quran
memberikan kita ilham bahwasanya kita perlu mengambil pelajaran dari sejarah
yang Allah gambarkan dengan pemaknaan.
Tentunya kita
perlu bekal untuk menjadi generasi yang berkualitas. Al ilmu qabla qauli wal amal (ilmu dulu sebelum poerkataan dan
perbuatan). Imam syafii bahkan pernah mengatakan bahwa: “jika engakau tidak tahan terhadap lelahnya belajar, maka engkau akan
menanggung perihnya kebodohan.”
Disini kita
melihat bagaimana islam memberikan perhatian yang penting terhadap ilmu. Seyogyanya
sebagai kaum pemuda kita bekali diri dengan ilmu yang mendekatkan ketaqwaan
pada Allah SWT. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
dalam Riwayat Bukhari dan Muslim :
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan
padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).”
yang kedua, diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni. Masa depan hanyalah milik orang-orang yang memiliki kompetensi. Lihatlah Nabi Yusuf as yang dulunya bukan siapa-siapa, namun seketika ia keluar dari penjara langsung mampu menduduki posisi strategis sebagai bendahara negara. Tidak lain karena Nabi Yusuf melakukan mobilitas vertikal dengan kompetensi yang ia miliki. Alhasil ia mampu menyelamatkan nasib ribuan rakyatnya dari bencana kelaparan akibat kekeringan yang menahun.
yang kedua, diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni. Masa depan hanyalah milik orang-orang yang memiliki kompetensi. Lihatlah Nabi Yusuf as yang dulunya bukan siapa-siapa, namun seketika ia keluar dari penjara langsung mampu menduduki posisi strategis sebagai bendahara negara. Tidak lain karena Nabi Yusuf melakukan mobilitas vertikal dengan kompetensi yang ia miliki. Alhasil ia mampu menyelamatkan nasib ribuan rakyatnya dari bencana kelaparan akibat kekeringan yang menahun.
Memperbanyak
amalan ibadah guna penguatan ruhiyah juga merupakan aspek yang vital disini. Dimana
bagunan sejarah ditopang oleh pilar-pilar ruhiyah yang sehat. Bangun budaya
solat malam (qiyamul lail), karena didalamnya ada banyak keutamaan. Ustad Adi
Hidayat Lc dalam salah satu ceramahnya menyebutkan bahwa secara ukhrawi akan
meningkatakan derajat ketaqwaan di sisi Allah. Di sisi lain akan memberikan
pencerahan berupa:
1.
Diangkat karir terbaiknya
2.
Dibimbing oleh Allah SWT dalam setiap aktivitas
3.
Diberikan solusi terbaik saat ditimpa permasalahan
4.
Ditolong oleh Allah langsung saat ada pihak-pihak yang
akan berbuat tidak baik kepada kita.
Selanjutnya adalah pembangunan karakter. Merujuk pada QS Fathir ayat 32, setidaknya ada 3 tipe
manusia:
1.
Faminhum thalimun linafsihi, Mendzalimi diri sendiri
2.
Waminhum muqtasidun, golongan pertengahan (terjebak pada comfort zone)
3.
Waminhum sabiqun
bialkhayrati biithni Allahi, berlomba dalam berbuat kebaikan (kompetitif).
Sebagai seorang
pemuda tentunya kita berharap agar dijauhkan dari kesia-siaan. Menjadi pribadi
yang handal, unggul dan bersegera dalam kebaikan merupakan modal utama dalam
menjayakan umat. Peradaban yang kokoh hanya akan mampu ditopang oleh
orang-orang yang berkualitas baik.
Para pemuda,
mari kita persiapkan diri kita sebaik mungkin, dengan berbekal ilmu dan amal. Dan
kesungguhan. Apa yang kita terima hari ini adalah hasil dari akumulasi
cita-cita dan perbuatan kita di masa lalu, dan apa yang akan kita tuai di masa
depan merupakan hasil dari keputusan dan perjuangan yang kita tanam saat ini.
maka pastikan kita tidak menanam kecuali benih-benih kebaikan, sehingga
dengannya kelak kita akan menuai limpahan karunia kegemilangan.
nb:
narasi ini disampaikan saat sesi sharing bersama KAMMI di Universitas Mercu Buana Yogyakarta, (11/10/2017). semoga yang sedikit ini mampu menjadi perenungan bagi saya pada khususnya dan semoga mampu menginspirasi sesiapa yang membacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar