MASIH ADAKAH PINTU MAAF DIHATIMU?
Apa kabar sahabatku? Masihkah iman kuat menancap dalam qolbu?,
akankah aroma-aroma kebaikan menghiasi hari hari indahmu?, akankah semangat
untuk berlomba-lomba dalam kebaikan menggelora? Sudahkah engkau meminta maaf
atas kesalahanmu terhadap orang lain atau memaafkan kesalahan orang lain yang
telah melukai hatimu tidak peduli seberapa hebat rasa sakit yang engkau
rasakan?
Manusia yang hidup pastilah pernah merasakan rasa sakit baik
menyakiti ataupun tersakiti. Benarkan ????. bahkan ada insan manusia yang
tadinya adalah sahabat yang paling akrab disetiap harinya hingga
bertahun-tahun, ketika ada salah satu diantara mereka tersakiti,dan sulit untuk
memaafkan yang bersangkutan, tak jarang perpecahan terjadi diantara mereka.
Saya ambil sebuah kisah nyata yang penulis ambil dari acara talkshow
berjudul Tak Ada Maaf Bagimu di sebuah stasiun TV. Disana kebetulan ada seorang
audience yang berkonsultasi kepada sang
narasumber terkait dengan kejadian yang ia alami dalam hidupnya. Contoh misal
ada dua sahabat, sebut saja mereka si “A” dan si “B” yang dahulunya berteman
sangat akrab sejak SMP hingga mereka kuliah, bahkan saking akrabnya hingga memasuki
dunia kerja, mereka tetap terlihat sangat kompak. Kepercayaanpun sudah
terbangun satu sama lain. Suatu ketika munculah ide untuk merintis usaha
bersama. Waktu terus berjalan hingga berbulan-bulan, dan usaha yang digelutipun
menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Sampai tiba suatu masa
dimana yang namanya sunatullah kemajuan dan kemunduran itu menyapa, usaha
tersebut dilanda krisis. Saat-saat genting seperti ini, teman yang sangat ia
percaya, menikam dari belakang. Si B dengan merasa tak berdosa, mengambil
seluruh asset dan uang dari hasil usaha yang dirintis bersama si A. dan setelah
itu si B hilang entah kemana, sejak saat itu si A merasa sangat kecewa terhadap
si B hingga ia mengatakan bahwa ia punya seribu alasan untuk tidak memaafkan si
B.
Dari sepenggal kisah diatas kalau kita teropong lebih jauh, maka kita
akan sampai pada sebuah benang simpul bahwa semua itu melibatkan ranah yang namanya
perasaan. Yaaaaa benar, semua karna ketika masuk ke ranah hati, akan susah
untuk dikembalikan ulang. Maka benarlah kata sebuah pepatah bahwasanya “paku
yang sudah menancap pada sebuah papan ataupun tembok, meski mampu untuk
dicabut,namun tetap saja kan
meninggalkan bekas berupa lubang yang tak mampu kembali seperti sedia kala.”
Memaafkan memang tak selalu mudah. Dan itu adalah normal. Yang tidak
normal adalah saat kita membiarkan perasaan dendam membabi buta. Banyak orang
yang sampai mati pun memendam dendam kesumat yang tak berkesudahan atas
kesalahan yang orang lain lakukan terlebih orang-orang terdekat, sahabat yang
telah lama dipercaya. Bagai membawa bara api yang akan terus berkobar hingga
tak sadar, bara itupun juga akan membakar dirinya sendiri. Ada seorang tokoh
dunia yang mengatakan bahwa “memaafkan adalah atribut orang-orang besar”
[1]. Maka hanya orang-orang besarlah yang memilih untuk memberi maaf dari pada
menyimpan rasa sakit hati dan dendam yang merajalela.
Dalam ajaran islam, ada surat-surat cinta dari sang pemberi cinta.
Bahwasanya Allah SWT dalam banyak kutipan kalamNYA memerintahkan untuk
memberikan maaf, bukan sekedar meminta maaf. Karena sesungguhnya orang itu akan
lebih susah untuk memaafkan daripada sekedar minta maaf, oleh karenanya
memaafkan memiliki keutaam yang sangat besar. Dia mengajarkan kepada pemeluknya
untuk belajar meraih keutamaan-keutamaan yang dijanjikanNYA. Allah swt
berfirman :
“…… dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang
memaafkan dan memperbaiki (hubungannya) maka pahala baginya disisi Allah.
Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang dzolim”[2].
Dalam hadist, banyak juga riwayat yang menunjukkan betapa banyak
keutamaan sebuah kata yakni memaafkan.Rasulullah SAW bersabda : “jika
rasa marah telah menyesakkanmu, maka hilangkanlah dengan memberi maaf.
Sesungguhnya di hari kiamat nanti aka nada suara yang memanggil : berdirilah,
siapa yang memiliki pahala disisi Allah! Tidak ada seorangpun yang berdiri,
kecuali orang-orang pemaaf. Tidakkah kamu mendengar firman Allah SWT : “siapa
yang memaafkan dan memperbaiki (hubunganya) maka pahala baginya disisi Allah”[3].
Sosok rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam hal memaafkan.
Terbukti kalau kita belajar perjuangan beliau dalam menegakkan islam (Baca: Sirah Nabawiyah) akan kau dapati
akhlakul karimah dalam setiap perkara. Bagi para pembaca budiman, pastilah
pernah mendengarnya. Kisah tentang seorang pengemis Yahudi yang sangat membensi
Rasulullah SAW. Dikisahkan bahwa pengemis yahudi yang tua renta dan buta tadi
setiap harinya duduk di sebuah sudut pasar. Di setiap harinya sang pengemis tua
selalu mengumpat dan memaki-maki Rasulullah dengan kata-kata yang kotor dan
sumpah serapah. Namun, setiap hari pula Rasulullah SAW datang untuk memberikan
sedekah dan makanan kepadanya. Bahkan beliau mengunyahkan makanan yang akan
diberikan tadi hingga teksturnya menjadi lembut dan bisa dicerna sang pengemis
tua yang kesulitan menelan makanan. Rasulullah sangat setia mendengarkan setiap
cerita dari pengemis yahudi tadi yang mengolok-olok beliau dengan senyuman,
tanpa menyangkal sedikitpun. Pengemis tua tadi tidak tahu kalau selama ini yang
menyuapinya adalah Rasulullah Muhamad SAW, orang yang selama ini selalu ia
maki-maki. Hingga tiba suatu masa dimana Rasulullah SAW wafat, dan kegiatan
memberi makan sang pengemis tua tadi digantikan oleh Abu Bakar Ash Shidiq. Dan
seperti biasa, sang pengemis masih saja mengumpat rasulullah hingga membuat
hati Abu Bakar geram dan menyuapinya dengan sedikit kesal. Hal itu menyadarkan
sang pengemis buta bahwa orang (Abu Bakar) yang datang sekarang bukanlah orang
yang biasa datang sebelumnya (Rasulullah). Abu bakarpun menceritakan bahwa
orang yang selama ini menyuapi dia
setiap hari dan selalu ia olok-olok dengan kata-kata kotor adalah Muhammad SAW.
Akhirnya pecah tangis sang pengemis tua yahudi nan buta tadi, begitu menyesal
atas apa yang ia perbuat. Dan akhirnya atas kemuliaan dan kelembutan hati sang
rasul yang selama ini telah diberikan padanya, ia akhirnya masuk islam.
Allahuakbar…….
Nah, dari kisah inspiratif tersebut kita belajar bahwa rasulullah SAW
mengajarkan kepada kita untuk membalas keburukan dengan kebaikan. Menanggapi
umpatan dengan amalan-amalan penuh cinta, selalu berinisiatif untuk memberi
maaf bahkan meski sang pembuat salah belum meminta maaf kepada kita. Waahhhhhh
luar biasa sekali akhlak dan perbuatan sang sosok panutan yang memberi rahmat
bagi seluruh alam ini yaahhhh…… jadi, mulai dari sekarang yuk belajar untuk
saling memaafkan………^_^
Referensi :
[1] Untaian
nasihat Mahatma Gandi
[2] QS. Asy
Syura:40
[3] A’lamuddin
hal.337
Tidak ada komentar:
Posting Komentar