Sudut Desa 7 Warna
(Inspired a harmony from our KKN’s story)
Gemerincing air
begitu meneduhkan pandangan, menentramkan hati. Burung-burung berterbangan
dengan cerianya kesana-kemari seolah ikut bermain menikmati panorama pagi
hingga hari-hari di sebuah sudut desa. Pemdangan yang masih sangat hijau
beserta jalan setapak cukup masyur untuk menyambut betapa asrinya keteduhan
disana. Lahan hijau membentang luas bak permadani nan subur yang menjadi
sumber-sumber penghidupan insan nan arif.
Sekilas
begitulah sedikit panorama yang tergambar di sebuah desa yang sangat terkenang
dalam hati penulis. Sebenarnya penulis bukanlah sosok melankolis yang pandai
merangkai kata-kata akan bahasa puitisnya, heheeh. Maklumlah kalaupun menulis,
ini juga karena masih penulis hijau (red-pemula).
Ada kisah-kisah super inspiratif yang mau saya share lewat tulisan ini. Betapa indah memeluk mesra sebuah desa
yang pernah menjadi tempat pijakan kaki kami ber 7 mengukir perjuangan bersama
dan meretas episode-episode unik (Tantri (penulis), Fela, Edi , Arka, ispri,
abdan dan fitno) selama 1 bulan lamanya. Yah kami adalah kawan satu team yang terbilang sangat kompak sedari
awal bahkan sampai sekarang,,,, hahaha.
Kisah ini
bermula saat saya dan kawan-kawan menjalankan sebuah misi rutin kampus
yang biasa dijalani oleh mahasiswa tingkat akhir (semester 7) yaitu KKN
(Kuliah Kerja Nyata). Disini kami dididik untuk mengaplikasikan apa yang kami
dapat di perkuliahan. Utamanya di bidang pertanian, teknologi pangan, dan
peternakan yang menjadi disiplin ilmu kami ber-7. Disamping itu, juga merupakan
ajang bagi universitas untuk mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
meliputi :
1.
Pendidikan
2.
Penelitian
3.
Pengabdian
Kkn merupakan
salah satu sarana bagi mahasiswa untuk melaksanakan Tri Dharma yang ke tiga
yakni pengabdian. Sebagai mahasiswa yang memang bisa terbilang cukup idealis,
awalnya ada beberapa kekhawatiran yang melanda diantaranya akankah program yang dibawa relevan dan
benar-benar dibutuhkan di lokasi KKN, pembiayaan yang efektif dan efisien,
manajemen konflik, kerja sama tim yang solid, penerimaan masyarakat terhadap
kami akan seperti apa itu, ohhh rasanya kalau membayangkan kehidupan masyarakat
perkotaan sekarang yang cenderung hedonis dan apatis seolah membuat kami dihantui
momok di siang bolong,, hiihihi (lebay
dikit).
Hari pertama
rombongan mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta, almamater tercinta dilepas
oleh pihak kampus di hadapan para pegawai kantor kelurahan Desa Banyusidi. Ada
sambutan dari pak lurah beserta wejangan terkait adab bermasyarakat disana.
Disela-sela sambutan ada kejadian lucu. Dimana salah satu rekan saya bernama
Fitno dari NTT datang terlambat dan dikerjai oleh teman-teman bahwa ia diminta
maju kedepan. Alhasil ia pun maju dan senyam-senyum polos karna tersipu malu.
Sontak gelegar tawa kami pun langsung menggema di ruangan itu. Haahhaha.
Padahal ia tidak disuruh maju, hanya karna keusilan dan kejahilan kami saja
yang kemudian berupaya menciptakan suasana gokil. Menyuruh ia maju ke depan
dengan dalih atas perintah dari dosen. Hhiihihhi. Pelepasan selesai dan kami
siap diangkut menggunakan mobil ELF kampus ke lokasi tujuan KKN masing-masing.
Lokasi KKN kami
terletak desa Banyusidi, kecamatan pakis, kabupaten magelang, jawa tengah.
Lokasi KKN menyebar per Dusun. Tepatnya juga di sekitar kaki gunung mebabu,
jadi tidaklah heran kalau lokasinya sangat dingin dan membuat kami yang
terbiasa hidup di Yogya dengan cuaca yang panas harus menyesuaikan diri selama
beberapa hari disana. Bahkan penulis pribadi sempat kehilangan suara merdunya
hingga 6 hari lamanya, karna berubah jadi suara yang serak-serak parau.heehe.
Ada setidaknya 10 Dusun yang menjadi lokasi mengabdi yaitu : Babadan,
Banyunganti, Ngadirojo, Sibantheng, Sikendil, Ngepoh Lor, Nglarangan, Ngelo dan
2 lainnya penulis lupa ^_^). Alhasil kelompok kami mendapatkan desa yang luar
biasa arifnya yaitu BABADAN Tercinta ^_^. Sebuah desa yang terbilang masih
cukup kecil karna hanya terdiri dari 75 KK dan diapit oleh hutan-hutan dan
perbukitan. Yuhuuuu let’s grab it fast.
Sampai di lokasi
kami masih malu-malu, langsung diungsikan di rumah Yuli (saudara pak kadus Waluyo)
terlebih dahulu. Karena saat ini dari hari senin sampai kamis pak kadus Babadan
sedang melangsungkan pesta pernikahan besar-bersaran. Waaaaaa….. baru juga sampai
dan meletakkan tas, kami tidak menyangka langsung diserbu rombongan anak-anak
kecil yang sangat lucu. Mereka langsung mengakrabi kami seolah sudah kenal
lama. Dan langsung mengalir saja sontak tangan kami digeret kesana-kemari oleh
para jagoan-jagoan kecil itu yang diantaranya bernama Risyad, Joko, Diana,
Yapu, Rizki, Barno, Julie, Bibit, Novi, dll. Ahahhaha. Bahkan mereka saling berebut
untuk mengajak kami jalan-jalan berkeliling sekitar dusun. Yaaahhhh begitu
menggemaskan. Saking akrabnya hingga ada beberapa rekan saya bernama Arka Dan
Fitno sedikit terguncang batinya (red-melebay’kan)
karena teriakan dan tarikan anak-anak yang minta digendong. Hihihi.
Baru sehari disana
bahkan kami langsung disuguh dengan hidangan yang terbilang cukup mewah, maklumlah
sedang berlangsung sebuah prosesi pesta pernikahan. Ada semur ayam, daging sapi
serondeng, sambal goreng, tempe, tahu, telur bacem wahhhh banyak deh sampai
kami bingung mau ngambil yang mana. Kami merasa waaahhh bakal gendut ini.
Seminggu awal kami tidak melaksanakan proker yang menjurus ke kompetensi
keahlian kami. Eitssss tapi jangan salah, kami punya proker yang tak kalah
penting yakni PDKT ke warga,,, yeyeyeeyeye ceileh kaya mau ta’aruf aja.
Uupssss….
Kami merasa
sangat bangga sekali dengan warga disana saat melakukan awal-awal perkenalan
dan langsung nimbrung ke warga, mereka sangat antusias dengan kedatangan kami,
seolah kami benar-benar dianggap bagai anak sendiri oleh kaum ibu-ibu,
bapak-bapak, seperti kakak oleh anak-anak kecil dan bak sahabat oleh pemuda
disana. Hal sederhana yang kami lakukan adalah membantu menyiapkan hidangan
untuk tamu undangan, membungkusi makanan sambil bercengkerama dengan ibu-ibu,
menyiapkan minuman, mencuci piring, memotong-motong kue, menjaga dan menerima
kado pernikahan (untung bukan menjaga sound-system.
Xixixixi ^_^. ).
Sebenarnya
disini penulis bukan ingin bercerita panjang lebar mengenai perjalanan kisah
kami per episode di sebuah desa yang selalu membuat kami rindu dan berdecak
kagum itu, namun ada beberapa point yang ingin penulis share selama meniti
hidup dan mengabdi disana, semoga akan memberi inspirasi baik yang sedang,
belum atau telah melangsungkan KKN ataupun masyarakat secara umum. Berikut
hal-hal luar biasa yang penulis dapatkan sekaligus pengalaman unik nan menggelithik,
cekidot….:
v Sebuah sudut
desa yang bisa terbilang sangat jauh dari akses pembangunan yang mumpuni
(jalanan terjal, setapak terbuat dari batu ditata, jauh dari akses kendaraan
umum, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk keramain atau kemewahan kota) saya
belajar tentang sebuah keserhanaan dan ketulusan. Sebuah perhatian dan perlakuan
yang mereka berikan kepada kami sangatlah berkesan keikhlasannya. Setiap
langkah kaki kami melewati warga, selalu saja ada sapa senyum dan kelembuatan
ucap yang mereka berikan, entah itu ketika berpapasan di jalan, di ladang, atau
sekedar di halaman rumah. Bahkan ketika tetangga kami ada yang memasak, kami diberi
dan diantarkan masakan mereka yang sangat lezat khas desa tentunya….. maknyussssss……
v Panorama alam masih
sangat asri, hijau,dan terjaga kealamianya, menjadikan salah satu view yang sayang untuk dilewatkan.
Sehingga terkadang di akhir pekan kami mengajak anak-anak untuk sekedar
keliling hutan dan menyusuri sungai atau berjalan-jalan sendiri dengan rekan KKN
untuk menyapa salah satu bukti tanda kebesaran Allah yang terbentang di desa
Babadan tersebut, sambil sesekali dan bahkan berulangkali mengabadikan view dengan berphoto ria.
v Disisi lain penulis
merasa bagai flashback ke tahun
1999-an saat penulis masih kecil dimana masyarakat disana sangat menjaga guyup
rukun (membangun rumah, jalan, fasilitas umum adalah dengan gotong royong tanpa
harus membayar tukang atau kuli, jika ada tetangga sedusun atau lain dusun yang
kesripahan (meninggal) , melahirkan,
menikah dsb satu dusun langsung berangkat semua dengan menyewa mobil
rombongan), masya Allah.
v Selain itu di
desa yang belum terlalu didominasi oleh pengaruh gadget, kerekatan hubungan
antar warga masih terjalin kuat. Seringkali banyak warga saling bercengkerama dan kami
juga diajak untuk mengikuti agenda rutin pekanan disana seperti yasinan ibu-ibu
maupun bapak-bapak, juga kumpulan pemuda. Lebih mengesankan lagi bahkan sesaat
sebelum kami selesai KKN dan berpamitan untuk pulang, masyrakat banyak juga
yang sengaja memasak untuk menjamu kami secara khusus di rumah mereka sebagai
tanda kekeluargaan sebelum perpisahan. Huhuhuhu
terharu………
v Ada pengalaman
unik juga, meskipun agak sedikit memalukan, heheeh. Suatu ketika kami merasa lapar, kami
terkadang berkunjung ke rumah warga sekitar untuk menjalin silaturahmi,
maklumlah kami juga punya proker Door to
door. Disetiap bertamu ke warga ada yang khas dengan hidangan mereka yaitu
teh tawar dan cemilan kluthuk
(sejenis keripik tempe yang sudah dihancurkan kecil-kecil). Kami juga sering
ditawari dan diberi hasil panenan mereka baik itu berupa cabai, sawi, labu
jepang, kubis, bayam secara cuma-cuma alias gratisssss. Memanglah benar kata
Rasulullah SAW bahwa “Silaturahmi itu
mampu memperpanjang umur dan melapangkan
rezeki…..”
Yang kami
dapatkan manfaat langsungnya adalah silaturahmi mampu mendatangkan rezeki,
terbukti kami datang dalam perut kosong lalu saat pulang perut sudah terisi
kenyang, hihihihihi.
Tak jarang
setiap lewat depan rumah warga, kami diminta untuk mampir dan diajak sharing-sharing.
Ketika mampir di rumah warga, ibu-ibu disana langsung pergi ke dapur, jadi kami
bincang-bincang sama anak-anak dan bapak-bapak di rumah tersebut, giliran kami
pamit pulang, eeeeeaalahhh diminta
makan, Alhamdulillah. Padahal meski kami sudah kenyang makan dirumah
sebelumnya, kami tetap diminta dengan sangat untuk makan kembali, yaaahhh
akhirnya kami tetap makan lagi, giihihihi.
Maka tak heran setelah pulang KKN, personil
kelompok kami menjadi lebih gemuk dari sebelumya lho.
v Bercerita
tentang pengalaman eksekusi program, Setiap ada penyuluhan yang kami bawa,
antusiasme warga kece badai, bahkan saat hujan turun dengan derasnya dan angin
seolah mencoba keributan kesana-kemari, warga tetap datang ke acara yang kami
adakan di setiap akhir pekan itu. Ada setidaknya 3 kali penyuluhan yang kami
adakan :
1.
Minggu ke 2 tentang pembuatan pestisida organic daun
suren untuk mengendalikan ulat yang dibawakan oleh saya dan edi purwanto dan
pembuatan pakan ternak fermentasi (silase) yang dibawakan oleh abdan dan fitno.
Penyuluhan ini menggunakan system plot demonstration dan diskusi yang dihadiri
oleh sekitar 50 orang. Meski kami pribadi persiapannya mepet dan pas-pasan,
bahkan pertanyaan yang berdatangan seputar agroteknologi ternyata di luar
prediksi, hihihihi. Namun
alhamdulillah lancar, dan bahkan kami merasa terpantik untuk terus belajar dari
para petani ulung di desa tersebut. Maklumlah kami sebagai mahasiswa banyak
menggali masalah teori atau sains dengan pengalaman praktik di lapangan yang
kurang, dibandingkan para petani tangguh yang sudah malang melintang menggeluti
bidang pertanian secara langsung selama bertahun-tahun lamanya.
2.
Minggu ke 3, jumlah peserta menjadi 70 orang. Kami
mengadakan penyuluhan tentang pertanian organik dengan mengundang narasumber
sosok pionir dan pakar desa pertanian berbasis organik yang menembus pasar
skala internasional dengan pembawaan yang low
profile, punya segudang prestasi dan penghargaan skala nasional, beliau
adalah Bapak Pitoyo, S.P. (semoga kelak
saya bisa seperti beliau). Ditambah program pembuatan nugget tempe yang
yummmmiiiii (oleh Cak Arka). Sistem penyuluhan dengan diskusi, Maklumlah
berawal dari kerisauan warga sekitar terkait serangan bulai yang diakibatkan
oleh virus Gemini dan makin massif akibat pertanian yang kurang sehat dengan
penggunaan bahan kimia berlebih, maka kami berupaya memberi pandangan terkait
cara sehat dalam bercocok tanam. Sedang pembuatan nugget tempe dengan
melibatkan ibu-ibu sekitar untuk praktik langsung. Hasil nuggetnya sangat ditunggu-tunggu
bahkan adek-adek kecil banyak yang mengantri. Xixixxiiix.
3.
Penyuluhan terakhir kami adakan pada hari sabtu, tepat 2
hari sebelum kami selesai KKN, tentang pembuatan PGPR (Plant growth promoting
rhizobacteria) menggunakan akar bamboo dan kolonjono menindaklanjuti penyuluhan
minggu lalu dari Bapak Pitoyo, disini Alhamdulillah saya kembali mendapatkan
kepercayaan rekan-rekan untuk menjadi narasumber dan pembuatan suplemen atau
nutrisi untuk ternak menggunakan bawang putih yang dimotori oleh Abdan, Fitno,
Dan Ispri. Jumlah pesertanya mencapai 60 orang.
Alhamdulillah rasanya bisa berbagi ilmu dan sharing
pengalaman dengan masyarakat itu sesuatu banget (kaya lagunya Syahrini). Disini kami sebagai mahasiswa bukanlah
menjadi sosok pahlawan yang kesiangan memberi mereka pencerahan, bukan, sama
sekali bukan seperti itu. Namun disini lebih kepada sharing pengalaman dan
ilmu. Saat masyarakat butuh ilmu sainsnya in shaa Allah kami siap
memfasilitasi, pun ketika kami kurang dalam hal praktik dan pengalaman, masyarakat
ikut show up untuk memberikan kami
kisah-kisah pengalaman mereka. Yaaaahhhh luar biasa sekali pokoknya.
v Ada juga kisah
bersama jagoan-jagoa kecil di KKN Goes to School. Setidaknya ada 2 kali
pertemuan setiap hari sabtu kami datang ke SD N 1 Banyusidi untuk sekedar berbagi
dan membangkitkan kesadaran dan kecintaan anak-anak terkait bidang pertanian,
peternakan, pangan, dan kebersihan. Ada 4 program yang dilaksanakan yaitu minum
susu bersama, gerakan cuci tangan yang baik dan benar pada pertemuan pertama,
dilanjut pertemuan minggu kedua yaitu aku cinta pertanian, serta sarapan sehat.
Animo anak-anak terhadap kedatangan kami sangat heboh. Mereka teriak-teriak
mengguncang kelas dengan seruan-seruan gelak tawa, permainan, dan instruksi kami.
Waaahhhhhh sangat seruuuu.
Guru-guru disana
juga tak kalah ramah-tamahnya, terlihat antusias menyambut kedatangan dan
program yang kami bawa. Mereka juga sempat bercerita tentang kondisi sekolah,
yahhh meskipun di sebuah sekolah yang terletak di sudut desa terpencil itu
memang jauh dari fasilitas yang memadai, bahkan ruang komputerpun tak ada,
penunjang kegiatan ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan minat dan bakat
sangat minim. Namun saya berharap semoga ditengah keterbatasan itu kelak kan
muncul sang generasi jagoan masa depan yang menjadi sosok pionir terdepan bagi
perkembangan dan kemajuan desa nan arif tersebut. Aamiin…
v Para pemuda
disana sangat terbuka dan bersahabat dengan kami, sering mereka main ke tempat
pak dusun tempat kami tinggal untuk sekedar ngopi dan cerita bareng, juga
PS’an.hihhi. tapi karena saya dan mbak Fela tidak bisa main PS, jadi kami
akhirnya memutuskan untuk melakukan aktivitas lain kalau sudah berurusan dengan
PS. Kebanyakan bekerja sebagai petani, salah satu point yang membuat saya
sangat appreciate karna di tengah
zaman seperti ini yang rata-rata anak muda malu untuk jadi petani, tapi mereka
sangat bangga menjadi petani bahkan banyak juga yang sukses dengan usahanya,
hingga untung jutaan rupiah dan mampu membuat penghidupan lebih baik, terbukti
banyak bangunan yang sudah bertembok dan mentereng. Komoditas andalan disana
adalah cabai baik cabai rawit merah ataupun cabai merah.
Meski saya juga
merasa cukup miris, karena berdasarkan cerita dari masyarakat pada saat panen
raya (On-season) harga komoditas
pertanian bisa jadi anjlok contoh misal kubis pernah jatuh di harga Rp.
400,00/kg dan buncis dihargai Rp 500,00/kg yang dibeli oleh para tengkulak.
sungguh bukanlah harga yang pantas untuk menghargai jerih payah petani, untuk
kembali modal pun itu sudah tak cukup. Namun pada saat Off season malah jarang yang mengusahakan komoditas tersebut.
v Anak-anak disana
yang polos dan menggemaskan. Ya Allah mereka adalah karunia indah yang turut
mewarnai hari-hari kami, ada salah satu anak dari kakek mantan kepala dusun itu
yang bernama Yapu (panggilan akrab), dia memang secara fisik agak kurang untuk
gadis seusianya (11 tahun), ia harusnya sudah kelas 6 SD namun karna keadaan
akhirnya ia tidak sekolah, kalau ingin dimasukkan SLB, aksesnya sangat jauh.
Yapu ini sangat dekat dengan saya, bahkan tiap pagi dia selalu datang ke kamar
dan memanggil-manggil saya. Ia terkadang sedikit menyebalkan karena suka
mengambil barang-barang kami seperti make up, HP, buku, peralatan jilbab atau
main laptop tanpa ijin, selalu ikut kami pergi kemanapun, ngamuk kalau gak
diajak naik motor, juga sering nimbrung ketika kami makan meskipun ia punya
saus tar-tar (ingus) yang selalu mengalir dan mengakibatkan kami kurang selera
untuk makan. hehhehe.
Namun disisi
lain kami juga merasa iba terhadapnya, dan saat ia tidak nakal ia adalah gadis
yang baik dan anggun, hanya karna kurang peran pendidikan dan kasih sayang
saja, saya kira ia terlihat memberontak. Yapu memberikan kami panggilan yang
unik, nama yang sering ia panggil adalah saya yang namanya kemudian berubah
dari Tantri menjadi Yuri, Fela menjadi Ila, Fitno dipanggil Ito, Ispri disebut
Ipi, Arka dipanggilnya Ika, Edi dipanggil Didi, dan yang terakhir Abdan
disebutnya sebagai Adan. Yahh karena efek lidahnya agak cedal sehingga ia tidak
melafalkan sesuatu secara jelas. Terlepas dari apapun itu, Yapu cukup membuat
KKN kami berasa nano-nano. Hahaha.
v Ada point yang
khas terkait anak-anak yang dengan berbagai karakter innocent dan menggemaskan, terkadang membuat saya rindu untuk
kembali bercengkerama dengan mereka. Dimana di saat sore menjelang saya biasa
datang ke TPA untuk membantu mengajar
ngaji disana diselingi beberapa tepuk nyanyian islami, hafalan hadist dan
surah-surah. Dan di malam harinya setelah magrib berjamaah kami biasa bertemu
untuk les gratis. Sengaja habis magrib agar anak-anak berkurang perhatian dan
waktunya untuk nonton sinetron Anak Jalanan, yaahh maklumlah hampir satu desa
baik dari kalangan orang tua, remaja bahkan hingga anak-anak mereka menjadi
penggemar sinetron yang satu ini, sampai-sampai kaos mereka dan topik bahasan juga
menyangkut Anak jalanan (gubrakkk).
Ada satu hal lagi lho, rekan saya yang bernama Abdan dan Edi Pur juga diklaim
oleh mereka mirip salah satu pemeran sinetron itu (dilihat dari mana coba? dari pucuk monas pakai sedotan bampet kali ya,
ahahaha).
v Hal menarik yang
pernah anak-anak di desa tersebut ketika kami tanyai, pengen jadi apa kira-kira
mereka di masa depan. Dan jawaban mereka sontak membuat saya cukup terkesima
sekaligus terharu. Jawaban anak-anak polos tersebut memang beraneka macam ada
yang pengen jadi pemain sepak bola, dokter, guru, ada juga yang masih bingung
pengen jadi apa, dan hal yang sederhana
dari mereka adalah ada yang ingin menjadi mahasiswa KKN seperti saya dan
kawan-kawan yang saat itu mengabdi disana. Seperti saya dan teman-teman.
Masya Allah, rasanya saya ingin sekali merengkuh mereka dengan motivasi dan
pemahaman bahwa cita-cita mereka sangat mulia dan harus optimis untuk
diperjuangkan. Bagaimana tidak, mereka tinggal di sebuah tatanan masyarakat
yang rata-rata adalah lulusan SD dan SMP saja, kalaupun ada yang lanjut SMA/K
itupun hanya segelintir saja. Karena disana memang kesadaran akan pendidikan
bagi generasi muda memang masih kurang. Semoga saja kelak ke depan ketika saya
memiliki kesempatan untuk silaturahmi kesana lagi suatu saat nanti, adek-adek kecil itu tumbuh menjadi
para pemuda yang baik dan bermanfaat, dan akan muncul pionir yang mampu memberi
wajah baru bagi peradaban masyarakat tersebut. Aamiin.
Nah tadi sudah penulis kasih beberapa gambaran unik dan berkesan
terkait pengalaman bersama masyarakat di Dusun Babadan, rasanya ada yang kurang
ketika tidak ditutup dengan mengenali pengalaman kondisi internal. KKN rupanya mengajarkan kepada kami nilai
plus-plus yang sangat banyak. Plus rejekinya, plus gemuknya, plus kelucuan
anak-anaknya, plus megenali potensi masyarakat, plus pengalaman dan tak kalah
penting juga plus memahami karakter tim per individu yang menjadikan kami
kelompok dengan segudang proker namun tetap solid. Yeeeyeyey. Ternyata memang benar manakala kita menceburkan diri
hidup bersama dan berinteraksi secara lebih intens dengan orang lain maka akan
banyak kita dapati sisi lain yang tidak kita ketahui sebelumnya dari mereka.
Yaaahhh begitulah ada beberapa karakter dari teman-teman yang sangat unik, :
Cak Arka (ketua kelompok)
Arka jati
laksana memiliki perawakan yang tinggi,
dengan kulit berwarna lebih gelap dibanding yang lain, kata warga sih wajahnya
mirip salah satu penduduk Babadan yang merantau. Kupikir dulu Arka adalah sosok
yang tidak banyak bicara, gak asyik dan datar-datar saja. Ternyata setelah
mengenalnya selama 1 mingguan baru kupahami bahwa dia adalah sosok yang
berwawasan luas dengan gaya yang membuka pikiran kami tanpa ada unsur pemaksaan
atas sudut pandang yang ia pakai, ia layaknya Cak Nun salah da’i kondang asal
Yogya yang dikenal kekhasanya akan filosofi hidup dan kesederhanaan. Oleh
karenanya kami memanggil Arka dengan sebutan Cak Arka karena memang ia sering
membawakan pandangan-pandangan yang ia dapat dari kajian cak Nun tersebut. Baru
ku tahu juga kalau jika sedang ada
masalah atau sedikit ngambek, maka ia pasti kan diam hingga beberapa waktu,
ditanya pun akan menjawab sepatah atau dua patah kata saja, dengan berhias muka
yang sangat datar. Namun dibalik itu ia orang yang bertanggung jawab, mau
berkorban, distribusi perannya merata dan memiliki kepemimpinan yang bagus
dalam mengelola keanggotaan, sangat paham kondisi anggota kalau sedang stress
atau konflik, ia pasti langsung mengajak kami serombongan keluar untuk sekedar
jalan-jalan hunting durian, makan,
ngopi sejenak merefresh pikiran.
Mister Syakura (mister baper)
Nama aslinya
Abdan Syakura, perawakanya paling kurus dengan kulit coklat dan tinggi yang
sedang. Dia adalah partner yang paling aktif dan akrab membantu prokerku selama
KKN, orang yang sering aku ejek dengan lelucon-lelucon cerita yang pernah ia
ceritakan kepadaku terkait masa kecilnya (katanya sih dulu diwaktu kecil
perawakanya gemuk/ tidak seperti sekarang, bekulit putih dan hampir jadi
bintang iklan susu). Kalau ketemu di kampus dia sosok yang tidak banyak bicara,
formalis, kaku, ditambah muka yang serius kayak kurang piknik. Hihihihi piece. Dibalik itu semua ia
adalah sosok yang ternyata “Baper” karena sedikit-sedikit bawa perasaan,
hahaaha meskipun sering pasrah kalau dibully, paling banyak ngelucu alay hingga
mengundang gelak tawa, tanggung jawab dan terbuka untuk membantu sesama, paling
peka kalau ada yang lagi badmood,
serta laki-laki yang paling disukai anak-anak karena sangat bersabahabat.
Miss Fhela (ibu asrama)
Mbak fela adalah
satu-satunya partner perempuanku. Dia memang sosok yang agak gemuk, kulit
berwarna coklat dan ada sedikit lesung di pipinya ketika mengkerdipkan matanya.
Dia memang sosok yang jarang bicara jika merasa bahwa lingkungan tersebut tidak
nyaman untuknya. Di KKN, dia dikenal sebagai ibu asrama karena paling rajin
memasakkan makanan bagi kami dan paling tegas dalam membangunkan para kaum adam
yang malas bangun pagi. Hahaaha. Sosok yang sedang berhijrah ini lebih suka
ketika apa yang dilakukanya ada yang mendukung dan memahami, serta bisa
menerima apa adanya baru ia akan terbuka.
Fitno Ngambor (bapak orator)
Sosok aktivis
asal NTT ini memang begitu unik, dengan gaya bicaranya bak orasi Prabowo
Subianto, karna memang Prabowo adalah salah satu sosok yang ia kagumi. Sebelum
KKN pun aku sudah akrab dengan Fitno dalam beberapa kesempatan. Ia adalah orang
yang terbuka, wawasan luas, paling rajin traktir, ngikut keputusan forum meski
kadang untuk urusan dapur seperti bantu-bantu masak dan cuci piring di
awal-awal KKN agak susah memang, juga toleransi tinggi mengingat dari kami
ber-7 hanya dia yang non muslim. Bahkan ia paling antusias untuk mendukung
wacana yang aku tawarkan yakni wajib adzan Subuh bagi para kaum adam, karena
teman-teman sering telat bangun akibat cuaca yang sangat dingin membuat nyaman
untuk terus menarik selimut dan melanjutkan mimpi.
Edi Pung (follower)
Lelaki asal
Jambi ini merupakan teman satu kelas dengan penulis karena sama-sama jurusan
Agroteknologi. Pembawaan dia memang terlihat nyantai, tenang, terkadang
logatnya agak kekanak-kanakan, paling demen nyari hiburan dangdut bahkan bisa
dibilang jarang absen setiap ada konser, ahhaha.
Dibalik itu semua ia adalah sosok yang mudah spaneng dikala pekerjaan belum kelar atau dikejar deadline tugas tertentu. Hihihi, santai ya broh^_^.
Kakek Ispri (Limbad muda)
Nama aslinya
Isprianto, asal dari cangkringan, Yogyakarta. Dia berasal dari kampus 2 jurusan
peternakan, oleh karenanya di awal KKN penulis kurang memahami karakternya.
Ispri ini adalah sosok yang pendiam, kita banyak menyebutnya bagai sosok Limbad
yang jikalau bicara harus menggunakan narahubung. Haha. Karena pendiam itulah
ia selalu sami’na wa atho’na dengan keputusan kelompok, tanpa mempertentangkan apa
pendapatnya. Yahhh lagi-lagi selain pendiam ia merupakan sosok yang ketika
becanda bisa mengundang gelegar tawa kami semua karena kelucuan ucapan dia
didampingi oleh ekspresi datarnya, selain itu ia paling suka membawakan kami
mainan ke lokasi KKN untuk refreshing seperti
catur, monopoly, PS-an, ular tangga dsb.
Penulis (bendahara sekaligus sekretaris negara)
Dan tibalah yang
terakhir adalah penulis sendiri, jreng jreng jreng. Saya pribadi memang sosok yang bisa dibilang tidak
pendiam, juga tidak cerewet juga. Paling sering ngejar anak-anak untuk eksekusi
proker. Saya adalah orang yang cukup pandai berkamuflase sehingga ketika ada
masalah maka tidak akan banyak orang yang tahu karena ekspresi saya ceria
seperti biasa. Diantara kami ber-7 hanya saya pribadi yang memang tidak
memiliki pasangan (in shaa Allah pacaran
setelah nikah ^_^). maka mereka ber-6 sempat menanyakan kriteria calon
suami idamanku. Mereka lantas menawarkan anak-anak yang dianggap sholih untuk
direkomendasikan mulai dari fakultas agro, psikologi, FKIP bahkan sampai
Ekonomi. Lalu mereka mereka membuat program di socmed masing-masing dengan #Tantri
cari jodoh, minat ping. Waaahhh ada-ada
aja tingkah laku mereka ini.
Begitulah sepenggal episode yang kami
jalani bersama di jalan cinta para pejuang (mahasiswa) lewat peran-peran cinta
(kontribusi KKN), semoga kelak menjadi salah satu pemantik bagi kami untuk
menjadi insan yang bermanfaat bagi masyarakat luas terkait kompetensi yang kami
geluti saat ini. KKN Dusun Babadan memang sudah berakhir (1-29 Februari 2016). Tapi
Ini bukanlah akhir, ini adalah awal untuk memulai babak yang baru. Babak untuk
menyemai benih-benih kebaikan hingga kelak tumbuh pohon kebaikan yang rindang
yang mampu menaungi insan manusia dari panasnya zaman, ketatnya persaingan
global, dan memberi keteduhan hati yang gersang.
Salam cinta
Salam perjuangan
Atas nama cinta kita berjuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar