Ar Rahman Ar Rahim
Di
sore ini, berkawan desiran angin yang berhembus begitu syahdu. Dedaunan yang
senantiasa menyebut asmaNYA. Seluruh makhluk semesta alam yang seolah tak
pernah berhenti tuk berdzikir dan mengagungkan pencipta.Takjub memang, jikalau
melihat tanah-tanah yang terhampar luas diantara daratan pijakan semesta,
ikan-ikan yang berenang pun berlomba memujiNya, pergerakan udara yang tak kalah
takut tuk selalu tunduk dalam ketaatan. Sedang diri ini yang diberikan sedikit
kelebihan berupa akal untuk berfikir dan panca indera yang didesign dengan
begitu menakjubkan, masih saja sedikit mengingatNya. Alangkah begitu
tertunduk malunya hamba yang seringkali aniaya ini. Meski begitu, Allah yang
maha pengasih dan penyayang masih saja memberikan begitu banyak nikmat yang tak
ternilai dan takkan pernah mampu dibayarkan dalam jangkauan akal manusia.
Maka benarlah ketika kita mengawali sebuah kebaikan seyogyanya diawali dengan melafadzkan Bismillahirrahmanirrahim yang artinya dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan bahwasanya "Setiap perbuatan yang tidak diawali menyebut asma Allah akan terputus berkahnya". Disini kita melihat bahwa betapa penting dan utamanya menyebut asma Allah Swt guna menginternalisasikan esensi dan nilai-nilai nikmat kebaikan agar terbebas dari unsur-unsur kepada selainNya. Kita yakini bahwa tidak ada satupun kebaikan yang mampu dilakukan melainkan atas ijinNya. Nama-nama baik bagi Allah terdapat sejumlah 99 yang terangkum dalam Asmaul Husna. Dalam lafadz tasmiah, dapat dinukil setidaknya ada 2 nama Allah yang disebut yakni Ar Rahman dan Ar Rahim.
Ar
rahman, dalam bahasa Indonesia berarti yang Maha Pengasih. Merupakan salah satu
sifat Allah yang menunjukan kuasaNya meliputi kasih sayang Allah yang paripurna
kepada semua makhluk tak terkecuali, bahkan orang-orang kafir sekalipun. Di
muka bumi ini bukan saja orang beriman yang dapat hidup, orang kafir juga
dapat hidup dan bernafas dari rezeki pemberian Allah Swt. Banyak pula diantara
orang kafir yang menjadi para ilmuwan, penemu-penemu yang
jenius, konglomerat, pengusaha, politisi, senator, pemilik modal (capital) dan
posisi-posisi prestise lain yang kadangkala menyilaukan mata manusia awam.
Cobalah kita lihat, bahkan saat orang-orang kafir yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhanya, selalu berbuat maksiat dan tenggelam dalam kesesatan tetap
mendapatkan rezeki sebagaimana mestinya. Ini menjadi salah satu bukti bahwa
dalam namaNya (Ar Rahman) Allah sedang memperlihatkan bahwa Dia memiliki kasih
sayang yang luas untuk semua makhluk tanpa terkecuali. Bahkan saat nabi Ibrahim
meminta Allah untuk memberi rezeki khusus untuk orang beriman saja, Allah SWT
dengan tegas menjelaskan bahwa kesenangan hidup itu juga diberikan kepada
orang-orang kafir. tetap memberi rezeki untuk orang yang ingkar.
Asma
Allah Ar Rahim artinya Yang Maha Penyayang. Yakni kasih sayang Alah khusus
untuk orang-orang yang khusus. Kasih sayang Allah (Ar Rahman) Untuk orang-orang
khusus jauh lebih banyak jumlahnya baik di dunia dan di akhirat terkhusus untuk
orang yang beriman dan beramal shaleh. Sebagaimana termakhtub dalam kalamNya,
Allah SWT berfirman yang artinya :
“Dialah yang memberi
rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia
Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Al ahzab :43)
Ibnu
Qayim Al Jauziyah dalam perspektif lain memaknai Ar-Rahman merujuk pada sifat dzakiyah yakni
sifat permanen yg melekat pada Allah. Dengan kata lain, Arahman sifat kasih
sayang yang sempurna dan mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. Sehingga
seringkali dalam Al Quran nama Allah diganti dengan nama Arrahman dan atau Ar
rahman dan Arrahim bersanding secara sejajar. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al isra: 110, yang artinya:
Katakanlah:
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu."
Sifat
Ar Rahim merupakan sifat fi’liyah menunjukkan
aktivitas yang menunjukkan kasih sayang, sehingga dapat dimiliki manusia dengan
kadar tingkatan yang berbeda. bisa dimiliki oleh makhluknya. Karena
manusia memiliki potensi dan kemampuan untuk merepresentasikan kasih sayangnya
lewat perkataan, perbuatan, dan amal-amal nyata. Rasulullah SAW adalah Salah
satu makhluk yang diberi rahmat reprentasi dari sifat Ar Rahim. Allah berfirman
yang artinya:
“Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS. At Taubah :
128).
Kasih
sayang Allah itu sangat sempurna. Tidak terbatas kepentingan dan kepedihan.
Allah memberi kasih sayang kepada siapapun yang Dia kehendaki dan mencabut
kasih sayang dari siapapun yang kehendaki. Tidak pandang apakah mereka layak
menerimanya atau tidak. Allah selalu membuka pintu rahmatNya, bahkan untuk
orang-orang tersesat yang mau bertobat. Sedang ia juga menajanjikan rahmat bagi
kaum yang beriman.
Dikisahkan
dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Saw dihadapan majlis ilmu para sahabat,
beliau menyampaikan bahwa “bersungguh-sungguh, bersegera
dan bergembiralah karena tiada seorangpun yang akan masuk surga karena amalnya”.
Lantas
sahabat bertanya , “Apakah
anda juga yaa Rasulullah?”.
“Betul, saya juga.
Tetapi Allah telah meliputi diri saya dengan rahmatNya”, jawab Nabi. (HR.
Buhari-Muslim).
Kasih
sayang ibu ke anaknya hanyalah salah satu percikan kasih sayang Allah yang
diturunkan ke bumi. Betapa Allah sangat menyayangi hambaNya sehingga Dia
tanamkan rasa kasih sayang diantara umat manusia. Rahmat Allah terepresentasi
juga dalam amal kebaikan. Hubungan antar manusia akan mendatangkan rahmatNya
jika dilandasi dengan kasih sayang. Dengan begitu Orang tua akan menyayangi
anaknya, istri akan mencintai suaminya, akan muncul rasa saling menjaga
diantara sanak famili, tetangga, bahkan makhluk lain seperti binatang dan
tumbuhan.
Suatu
ketika Rasul bertemu dengan rombongan dan tawanan perang. Disana ada seorang
ibu yang sedang panik mencari bayinya. Begitu dia menemukan bayinya, ia lagsung
memeluk erat dan menyusui bayi tersebut. Kemudian rasul bertanya, “Apakah menurut kalian
ibu ini akan tega melempar anaknya ke kobaran api?”
Sahabat
menjawab, “Demi
ALLAH tidk mungkin, selama ia mampu ia akan mempertahankan bayinya dari kobaran
api.”
Nabi
bersabda, “Sungguh
Allah lebih sayang kepada hamba-hambaNya melebihi ibu ini menyayangi Anaknya”.
(HR. Bukhari-Muslim)
Indonesia,
negeri kita tercinta. Bangsa yang dihuni oleh mayoritas muslim yang mengakui
bahwasanya tiada tuhan selain Allah. Namun amat disayangkan, bahwa selama ini
masih banyak sekali permasalahan dan kasus-kasus yang menjurus pada jurang
kemaksiatan. Seperti korupsi yang merajalela, LGBT yang dianggap lumrah atau
biasa oleh sebagian kalangan, kejahatan seksual marak terjadi, degradasi moral
merajalela, dan para pemuda bangsa yang seolah terjebak pada zona nyaman akibat ghazwul fikr yang
dilancarkan barat, yahudi dan krooni-kroninya. Parahnya, masyarakat masih saja
permissive dan pragmatis dalam menyikapi kemaksiatan yang terang-terangan ada
di depan mata.
Belum
lama ini, di akhir tahun 2016 telah terjadi kasus penistaan agama oleh salah
satu oknum pejabat/pimpinan DKI Jakarta. Anehnya seolah aparat penegak hukum
berlomba-lomba untuk membela dan menutupi keborokan sang
oknum. Meski dari pihak penyidik mengatakan bahwa sang oknum dinyatakan sebagai
tersangka, namun tetap saja tidak ditahan, dibiarkan bebas berkeliaran. Bahkan
anehya lagi baru kali ini sepanjang sejarah, ada kandidat calon gubernur DKI
Jakarta yang menyandang status sebagai tersangka, terjerat kasus dugaan suap
reklamasi teluk Jakarta maupun terindikasi korupsi berbagai proyek (ex: sumber
waras, transjakarta dll), masih bisa berkesempatan mengikuti Pilkada. Sungguh
ini adalah sebuah ironi, dengan birokrasi penegak hukum yang sangat nyata tajam
ke bawah, namun tumpul ke bawah.
Kepemimpinan
menggigit agaknya mulai terlihat mencengkeram dan sangat agresif dalam
menguasai sendi-sendi politik, ekonomi, sosial, agama dan stabilitas negara. Di
zaman kepemimpinan ini, ulama banyak yang dilecehkan dan tidak dihargai. Masih
teringat dengan jelas bahwasanya pada saat aksi bela Alqur’an pertama bulan
November 2016 lalu, pemimpin negeri ini didatangi oleh para ulama shalih dari
berbagai penjuru negeri. Mereka berniat untuk membuka ruang diskusi dan mencari
solusi terkait kasus dugaan penistaan agama pejabat DKI Jakarta. Namun,
seringkali realita menyelisih jauh dengan harapan. Sekaliber pimpinan tertinggi
negeri ini kabarnya malah keluar pintu belakang istana dan enggan menemui
ulama. Ini sangat menyakitkan umat islam. Saat dibandingkan dengan pasca
tragedi pengeboman masjid di Papua. Presiden justru malah mengundang oknum
non-muslim ke istana dan meberi mereka jamuan. Sungguh amat mencengangkan.
Ironi memang, maka benarlah apa yang tersirat dalam kalamNya bahwa jika sebuah
kepemimpinan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.
Sudah
sedemikian akutkah moralitas negeri ini. Mulai dari pimpinan tertinggi hingga
rakyat biasa dilanda penyakit al wahn yakni
cinta dunia dan takut mati. Hingga Allah SWT kirimkan bencana moral dan
kemanusiaan lewat teguran-teguran kecil seperti banjir, tanah longsor, lilitan
hutang, dicabutnya rasa aman dan lain sebagainya. Itu hanyalah sepenggal tanda
kecil kasih sayang ALLAH agar kita kembali.
Dahulu
Allah SWT langsung meluluhlantakkan negeri yang dipenuhi maksiat yang
merajalela. Setidaknya allah masih memeberi kesempatan berbebnah diri. Ini
Menandakan rahmat Allah lebih besar dari murkaNya. Rasulullah SAW bersabda, “ tatkala Allah
menciptakan seluruh makhluk, Allah menuliskan dalam kitabNya, yang kitab itu
berada di sisiNya diatas Arsy, yang isinya adalah : Sesungguhnya
rahmatku mengalahkan kemurkaanku”. HR. Tirmidzi-Muslim.
Dalam
kondisi carut marut ini pun, kita harus tetap optimis dan tidak berputus asa
dari rahmat Allah. Ujian yang saat ini melanda Indonesia dan bisa jadi berbagai
belahan negeri yang lain ini adalah salah satu cara Allah untuk menyatukan
barisa umat. Untuk membangkitkan potensi umat yang pernah tercerai berai akibat
furu’iyah maupun yang sudah lama tidak terasah kepekaanya akibat terlampau lama
terjebak pada zona nyaman. Allah akan kirimkan orang-orang terbaik di setiap
masanya lewat ujian dan cobaan. Bahkan ada statement yang mengatakan bahwa Good time create weak
leader, weak leader create hard time, hard time create Strong leader.
Semoga bisa menjadi salah satu pemacu kita sebagai barisan muda dan umat yang
dirindukan untuk senantiasa optmis menggapai kemenangan. Tak perlu putus asa
atas perihal apa yang mendera umat saat ini. Karena sifat putus asa ini hanya
dimiliki oleh orang2 kafir dan sesat. Allah berfirman artinya :
Mereka menjawab: "Kami
menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk
orang-orang yang berputus asa." Ibrahim berkata: "Tidak ada orang
yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al
Hijr-55-56)
Dari
paparan uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Allah SWT sangat menyayangi
makhlukNya. Bahkan selama nafas masih menyatu dalam raga, Dia akan senantiasa
memberikan peluang rahmatNya kepada orang-orang yang sesat maupun pelaku
maksiat yang mau kembali bertaubat. Maka kunci dari mensyukuri nikmat rahmat
yang diberikanNya adalah dengan menjadi insan yang penyayang. Dan berdoa
merupakan senjata efektif mendapatkan kasihsayangNya. Maha benar
Allah dengan segala firmanNya dan pedoman Sunnah yang diturunkanNya.
“Sayangilah yang di
bumi, mka yang di langit akan menyayangimu”. (HR Tirmidzi-abu
dawud).
Sebagai
seorang pemuda dan khususnya umat akhir zaman yang diberi amanah oleh Allah
memakai selempang hijau (kewajiban untuk berdakwah), kita memiliki peran
melanjutkan estafet dakwah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw sang
khatamul ambiya’ serta uswatun khasanah. Risalah islam yang menjadi uswatun
khasanah. Risalah yang kita yakini menjadi pembeda kebathilan dan kebenaran.
Risalah yang menjadi kunci gerbang masuk kedalam sebuah jalan yang kan membawa
makhluk memasuki jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka
Keterlibatan aktif dalam membawa pesan-pesan agama apapun profesi kita akan
mndatangkan rahmatNYA. Bahwa islam adalah agama yang rahmatallil’alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar