Membangkitkan Spirit Dakwah
“Dakwah akan terus berjalan,
dengan atau tanpa kita. Kalau tidak bersama kita, maka dakwah akan bersama
dengan yang lainnya. Namun jika tidak bersama dakwah lantas akan bersama dengan
siapakah kita?”
Sayyid Quthb
Begitulah kiranya petikan yang penulis ingat
dari sebuah buku berjudul Maalim fii ath
thariq (Petunjuk Jalan yang Menggetarkan Iman) karya asy Syahid Sayyid
Quthb (semoga Allah berikan tempat terbaik untuk beliau di Surga). Dialah da’i
yang tak oleng ditekan berbagai macam rintangan yang menghadang. Dia merupakan
sosok yang gigih berjuang, lewat narasi besar dan tulisan-tulisan yang
terabadikan hingga kini. Bahkan Karena saking getolnya zionis dan musuh-musuh
islam pada beliau, mereka tak segan untuk melakukan makar guna membekukan
dakwahnya. Baik menggunakan godaan duniawi (harta,
tahta, wanita) ataupun siksaan yang
teramat keji.
Dikisahkan bahwa Sayyid Quthb bahkan sampai
tak mampu berdiri dan harus diseret ke pengadilan tinggi. Sebelum akhirnya ia
mendapatkan vonis untuk dieksekusi mati.
Malam itu seorang syeikh dibawa menemuinya,
untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah sebelum dieksekusi dalam tiang
gantungan.
(Syeikh itu berkata, “Wahai Sayyid,
ucapkanlah laa ilaa ha illallah…” Sayyid Quthb hanya tersenyum lalu
berkata, “Sampai juga engkau wahai Syeikh, menyempurnakan seluruh sandiwara
ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan
kalimat laa ilaa ha illallah, sementara engkau mencari makan
dengan laa ilaa ha illallah.”)
Masya Allah, betapa gigih dan kuatnya
konsistensi beliau dalam memaknai kalimah Syahadat sehingga tak bergeming
sedikitpun. Ketahuilah bahwa sosok seperti beliau ini tidak akan pernah
dijumpai melainkan dibangun atas dasar hubungan kedekatan yang baik kepada
Allah SWT.
Berkaca pada kisah heroik asy syahid, kita
kembali memaknai bahwa Jalan dakwah itu panjang. Penuh rintangan dengan rentang
yang jauh tiada terkira. Maka denganya diperlukan tegukan kesabaran dan
keikhlasan. Amatlah indah perkataan asy syahid KH. Rahmat Abdullah :
Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah
cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai
perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi
mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.
Lagi-lagi
memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang
belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang
luluh lantak diseret-seret... Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari…
Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu…
Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu…
Yahh begitulah Dakwah. Dakwah adalah cinta
sekaligus pengorbanan. Cinta yang akan meminta segalanya darimu.
Maka benarlah bahwasanya Iman bukan hanya sekedar
pengakuan. Ia butuh butuh pembuktian lewat ujian. Yang darinya akan menunjukkan
siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang berdusta.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut [29]: 2-3).
Diantara rentetan perjalanan aktivis dakwah,
naik turunya keimanan merupakan hal yang tak terbendung. Barangkali diawal
memasuki pintu gerbang dakwah atau hijrah, akan banyak saudara yang menyertai
kita. Begitu perjalanan dimulai, dan aral perjalanan malang melintang secara bertubi-tubi.
Tiada yang kita jumpai diantara mereka kecuali hanya sedikit yang bertahan.
Berikut beberapa
penyebab kendala dalam mengarungi
dunia dakwah adalah:
Kelelahan akibat aktivitas yang begitu saja.
Sibuk dengan
program organisatoris sementara pemenuhan kebutuhan akan diri kurang. Banyak diantara
kita terobsesi akan hal-hal yang sifatnya pencapaian secara lahiriyah. Semisal sibuk
mengejar targetan proker yang perlu
diselesaikan. Akhirnya para aktivis bergerak tidak ubahnya event organizer. Sementara
pemahaman akan urgensi dilakukanya kegiatan a, b, c, dll minim sekali. Akhirnya
kadar kelelahan jauh lebih dominan dibanding peningkatan ketaqwaan. Maka selain itu perhatikanlah alokasi
waktu
Tidak seimbangnya antara aktivitas kedalam
dan keluar.
Betapa banyak,
bahkan mungkin saja kita adalah bagian
dari pelakunya. Aktivis kadang abai untuk melakukan gerak yang menyangkut
kompetensi diri. Akhirnya cenderung terjebak pada aktivitas yang sifatnya manuver
semata. Sehingga Jenuh akan ketrampilan teknis atau manajerial semata sementara
nutrisi bagi hati terabaikan.
Menyeru perubahan sementara diri
enggan untuk berubah
Dalam Al
Quran kita jumpai Peringatan keras kepada bani israel. Mereka menjadi kaum yang
teramat banyak menyuruh orang lain melakukan sesuatu sekaligus menjadi pelanggarnya.
Semoga kita terhindarkan dari menjadi calo
kebaikan. Kita mengajak orang lain untuk menaiki gerbong kebaikan, sementara
kita tidak ikut berpartisipasi di dalamnya. Hingga merelakan peluang kebaikan
tersebut jauh meninggalkan kita.
Dakwah bukan
hanya menyuruh orang lain. Lihatlah Dakwah rasul adalah tentang keteladanan. Kita
mesti terlebih dahulu berubah menjadi lebih baik. Sehingga denganya mampu
menyemaikan benih-benih kebaikan di setiap ladang amal.
Kerja infirodiyah/ Kerja sendiri
Dakwah butuh
keselarasan dan kerjasama. Oleh karenanya kita perlu untuk berjamaah. Tiada lain
untuk membentuk sebuah struktur kesebangunan yang kokoh. Bukankah Ali ra pernah
memberikan nasihat yang teramat bijak bagi kita bahwa “Kebaikan yang tidak terstruktur akan terkalahkan oleh keburukan
yang terstruktur”.
Pembagian kerja yang buruk .
Kerja-kerja
dakwah tidak bisa hanya dipikul oleh satu atau 2 orang saja. Tumpang tindih
pekerjaan, menumpuk di satu orang merupakan kondisi yang tidak ideal. Para nabi
dan rasul terdahulu bermunajad kepada Allah SWT untuk selalu dikuatkan. Amanah tak akan pernah salah memilih pundak.
Maka mintalah bukan untuk sekedar dimudahkan, akan tetapi untuk senantiasa dikuatkan. Salah seorang
kawan dari penulis pernah mengatakan bahwa Saat
beban dalam pundakmu terasa semakin berat, itu menunjukkan bahwa bahumu semakin
hari kian kuat.
Berikut beberapa
langkah sederhana, semoga bisa dijadikan sebagai alternatif solusi membangun
spirit dakwah dalam diri :
1. Istirahatlah
sejenak untuk mengembalikan energi
Jika kebetulan
engkau adalah traveller maka berjalanlah menyusuri alam raya atau tempat-tempat
yang menarik guna mendapatkan semangat baru. Namun sebenarnya pembangkit energi
terbesar adalah kembali kepada Al qur’an.
2. Sharing
Tabiat manusia
adalah ingin didengar (apalagi wanita,
hayoo ngaku ^_^). Nah sesekali sempatkan waktu untuk sharing dengan
orang-orang terdekat yang dirasa mampu menjadi pendengar yang baik dan solutif
atas apa yang kita hadapi di medan juang. Sharing setidaknya mampu membuat hati
lebih lega karena ada sosok yang diajak berbagi.
3. Jangan terjebak
pada rutinitas, temukanlah ruh dalam setiap aktivitas.
Yakinkan
dalam diri bahwa semua amalan yang kita lakukan adalah karena Allah SWT. Maka akan
kau jumpai nafas yang panjang.
4. Hargai diri
(kasih reward) untuk diri sendiri.
Kita adalah
sosok berharga. Tangkis kegundahan dengan rasa syukur.
5. Awali hari
dengan amalan yaumiyah
Contohnya bangun
budaya menegakkan salat malam, tilawah qur’an, dzikir pagi, dhuha dll sebelum
beraktivitas keluar. Dan jagalah konsistensinya. Kunci menjaga keistiqomahan
adalah pada Kemauan. Saat engkau
mengingat Allah dalam keadaan lapang, maka Allah akan mengingat dan menolongmu
dikala sempit. Yakinlah Kelelahan adalah salah satu anugerahNYA.
Kelelahan yang
kita alami saat ini akan menjadi saksi kunci di akhirat nanti. Itulah yang akan
menajdi salah satu sebab kita memiliki hak jawab saat Allah bertanya tentang 5
perkara yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra :
(1) Waktu
mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu
sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa
kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa
luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu
sebelum datang matimu.
6. Miliki targetan
Rutinitas
dunia memang tiada habisnya. Jadikanlah amalan dunia ini sebagai ladang untuk
akhirat. Disisi lain kita tidak melupakan bagian kita di dunia. Semisal kita dalam
berdakwah juga berproses untuk meningkatkan kapasitas diri (public speaking,
relasi, mematangkan karakter, melatih kepemimpinan, dll)
Yakinlah perjuangan
ini akan Allah ganti dengan kebahagiaan yang tidak terbatas. Saat engkau bergerak untuk membela dan menunaikan
hak Dien Agama Allah, maka Allah lah yang kelak akan menjamin segala macam
hajat-hajatmu (bisa dibuka ayatnya di QS. Muhamad :7)
Masalah adalah
cara Allah mentarbiyah kita. Kuncinya adalah syukur dan sabar. Bersyukurlah
Allah menunjuk anda menjadi bagian dari orang-orang terpercaya melanjutkan
estafet dakwah. Dan bersabarlah atas ujian yang datang. Sabar
itu bergerak, mencari solusi, tidak diam. Allah telah janjikan 2 kemudahan
dalam 1 kesulitan.
Sesuai firman
Allah SWT dalam Surat Al-Insyirah ayat 5-6:
Artinya : Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan
ada kemudahan. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.
Bukankah rahmat
Allah jauh lebih besar dari pada murkaNya? Lantas mengapa kita masih saja tidak
bersegera menyambut seruan kebaikan dalam membumikan kalimahNya?
nb: tulisan yang
dibuat dengan keterbatasan ilmu penulis ini semata-mata untuk menasihati diri
sendiri (pada khususnya) dan semoga bisa menjadi sarana dakwah yang bermanfaat
bagi orang lain (pada umumnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar