Rabu, 10 April 2013

Laporan Botani Huka (Gnetum sp)



LAPORAN BOTANI
HUKA
(Gnetum sp)




Disusun Oleh:
NAMA
:
TANTRIATI
NIM
:
12011025




PROGRAM KEAHLIAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2013


HALAMAN PENGESAHAN
 

Laporan yang berjudul “ HUKA (Gnetum sp.) ini telah diterima dan diteliti pada :
Tanggal           :
Oleh                :                                                                                                


Yogyakarta,15 Januari 2013

Dosen Pembimbing                                                                             Penyusun


  DRA.UMUL AIMAN, M.Si                                                            (TANTRIATI)




Laporan ini dibuat  untuk Memenuhi persyaratan terselesaikannya Tugas Akhir Mata Kuliah Botani dan syarat mengikuti Responsi Botani.



Program Studi Agroteknologi
Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatdan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan Botani.
Laporan ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan agar dapat mengikuti responsi Mata Kuliah Botani dan lulus pada Mata kuliah Botani fakultas Agroindustri universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Penulis menyadari  bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan yang berasal dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Dra.Umul Aiman,M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah botani.
2.      Pengelola Laboratorium Botani  Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
3.      Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis senantiasa menerima saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini.


Yogyakarta,  15 Januari 2013
                                                                                                                         Penyusun


                                                                                                                        (Tantriati)



DAFTAR ISI

Halaman Judul       ……………………………………………………………..     i
Halaman Pengesahan.         ……………………………………………………    ii
Kata Pengantar       ……………………………………………………………    iii
Daftar Isi                 ……………………………………………………………    iv
I. Pendahuluan         ……………………………………………………………    1
A.    Latar Belakang        ............……………………………………………………    1
B.     Tujuan          ............ …………………………………………………………....    1
II.Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………    2
A.    Mengenal Huka         ..........…………………………………………………….   2
B.     Nutrisi dan Pemanfaatan Huka/Melinjo    .......... …………………………….   12
C.    Perbanyakan Tanaman Huka/Melinjo       ............…………………………….   15
Daftar Pustaka          ……………………………………………………………    21
Lampiran       ……………………………………………………………………    22



BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan sejarahnya Huka atau melinjo berasal dari Semenanjung Malaysia. Daerah distribusinya kini memebentang dari daerah Assam sampai Kepulauan Fiji (Markgraf, 1954). Namun ada beberapa yang beranggapan bahwa melinjo berasal dari Indonesia. Tanaman ini oleh pendatang dibawa dari Ambonia ke Penang pada tahun 1809, kemudian dibawa masuk lagi ke Indonesia (Hunter,1909).
Di Indonesia melinjo merupakan tanaman yang tersebar di mana-mana, banyak ditemukan di pekarangan rumah pedesaan dan halamn-halaman rumah penduduk di kota. Ada yang sengaja ditanam, banyak yang tumbuh tanpa perawatan sebagai tanaman sela diantara tanaman-tanaman lainyya.
Nama tanaman ini ternyata diberbagai daerah di Indonesia bermacam-macam yakni belinjo, melinjo, maninjau, bagor, so, ttrangkil, dan tangkil sako, dan Huka menunjukkan penyebarannya yang cukup luas. Meskipun tanaman ini sudah lama dikenal orang dan dimanfaatkan, tetapi baru akhir-akhir ini dibudidayakan secara khusus.

Untuk memperjelas deskripsi tanaman ini maka ditulislah laporan singkat ini tenteng klasifikasi, morfologi, dan anatomi tentang tanaman melinjo untuk mempermudah dalam mengenali tanaman ini utamanya dalam pembelajaran.


B.  Tujuan
1.   Untuk mengenal tanaman huka/ melinjo terkait klasifikasi, struktur morfologi, dan anatomi tanaman.
2.   Mengetahui kandungan nutrisi yang terkandung dalam huka/melinjo dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.   Mengetahui teknik perbanyakan tanaman huka.



                                                                                                                              

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL HUKA

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8WLprmO_jQJmkFlPnXOAMucuAe-K6aIUTNDD6mQA8UQtIrqkqsPMnAz249AMrncxQGF_fz294NOYIoTW6sJH22NzyqMoumnbSv3X2TQnzVPPio-3CJcChHCmjJaWip7M_eEmebH0rstg/s320/Gnetum+gnemon+2.jpg

A.  Klasifikasi
Divisio                    : Spermatophyta
Subdivisio              : Gymnospermae
Classis                    : Gnetinae
Ordo                       : Gnetales
Familia`                  : Gnetaceae
Genus                     : Gnetum
Spesies                    : Gnetum gnemon
Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik, melanesia, dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), Khalet (Bahasa Kamboja), muling (Aceh), peesae (Pattani Malay), dae (Kwara'ae), phakmiang (Thailand) dan bét, rau bép, rau danh atau gắm (Vietnam) dan di daerah Sulawesi sendiri sering dikenal sebagai Huka. Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya. Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan liana, melinjo berbentuk pohon.

B.  Morfologi Tanaman
Habitus        :
Habitus dari tanaman Gnetum gnemon berupa pohon dengan ketinggian mencapai ±15 meter.
Akar            :
Sistem perakaran pada Gnetum gnemon adalah sistem perakaran tunggang (radix primaria)
Batang         :
Batang dari Gnetum gnemon berkayu, berbentuk bulat (teres), permukaan rata (laevis) dengan sistem percabangan simpodial.
Daun           :
Daun dari  Gnetum gnemon adalah daun tunggal terdiri dari tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bentuk helaian daun oblongus, ujung daun acuminatus, tepi daun integer dan yulang daun menyirip (penninervis). Duduk daun berhadapan  (folia opposita) tanpa stipula. Daun, jika dipatahkan atau disobek memperlihatkan serabut daun yang menonjol.                      
Bunga          :
Bunganya uniseksualis dioecus, terdapat pada bulir dalam percabangan dichasium. Terletak pada ketiak daun (axillaris), terdapat brachtea pada tiap karangan. Bunga jantan terdiri dari benang sari yang di atasnya terdapat sebaris ovulum yang steril. Bunga betina dalam karangan bulir dengan ovulum yang sebagian fertile yang dibungkus oleh perigonium yang berdaging.
Biji              :   
Biji dari Gnetum gnemon diselubungi oleh selaput luar yang kerad yang disebut integumen luar dan selaput dalam yang disebut integument dalam dan juga diselubungi oleh tenda bunga (perigonium) yang berdaging dan akhirnya berwarna merah jika bijinya telah masak.
C.   Deskripsi botani
Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.
Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 - 100 Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah.
Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek).
Gnetum gnemon merupakan satu-satunya contoh yang saya ambil untuk membuat peri kehidupan dari kelas Gnetopsida. Merupakan tumbuhan yang habitusnya pohon dengan batang yang berkayu serta pola percabangan monopodial. Daunnya jenis tunggal dengan tepi yang rata, duduk daunnya berhadapan serta sudah memiliki pola pertulangan daun. Merupakan tumbuhan yang berumah dua dimana strobilus jantan dan betina terpisah, letak keduanya adalah sama-sama aksilaris. Jumlah mikrosporofi dan makrosporofil banyak dan berkarang. Keterbukaan bijinya sudah hampir tertutup.









Anatomi Batang Gnetum                                   Morfologi Gnetum gnemon
1, branch with male inflorescences; 2, part of male inflorescence; 3, male flower; 4, branch with female inflorescence and infructescence; 5, female inflorescence; 6, seed
Redrawn and adapted by W. Wessel-Brands
Keprimitifan suatu spesies jika dilihat dari hasil pengamatan adalah yang jumlah skornya paling sedikit. Namun pada dasarnya keprimitifan/kemajuan suatu spesies dilihat dari pola percabangannya, keterbukaan bijinya habitusnya atau lebih tepatnya sifatnya lebih mendekati tumbuhan berbiji terbuka. Artinya semakin mendekati sifat tumbuhan berbiji terbuka maka Pinophyta ini sudakh semakin maju. Selain itu juga sifatnya sudah jauh dari tumbuhan paku. Tumbuhan yang sudah memiliki kemajuan adalah yang sudah mempunyai pola pertulangan daun seperti pada Gnetum, namun jika dilihat dari keterbukaan bijinya, Gnemon memiliki biji yang hampir tertutup yang artinya sudah maju, Jenis kelamin juga berpengaruh dari penilaian maju atau tidaknya tumbuhan ini, yang berjenis kelamin ganda atau berumah satu dianggap lebih primitive daripada yang berumah satu. Untuk penentuan skor keprimitifan/kemajuan tersebut tergantung dari aspek yang diamati, makin besar kemiripannya dengan tumbuhan berbiji tertutup maka poin yang diberikan besar tapi jika lebih mendekati tumbuhan paku maka skornya kecil. Dari hasil pengamatan kami yang paling maju perkembangannya adalah spesies dari familia Gnetaceae yakni Gnetum gnemon karena memiliki skor paling tinggi dan jika dilihat morfologisnya spesies ini sudah mirip seperti tumbuhan berbiji tertutup.
D.  Fisiologi
Pohon berumah dua yang selalu hijau dan berbatang lurus, tinggi dapat mencapai 5-10 m. Daun berhadapan, berbentuk jorong, urat daun sekunder saling bersambungan. Perbungaan majemuk soliter dan aksiler, melingkar di tiap nodus, panjang bunga 3-6 cm. Terdapat 5 - 8 bunga betina di tiap nodus, berbentuk bola. Buah seperti buah kacang, berbentuk jorong, bagian ujungnya runcing pendek, ketika masak warna buah berangsur-angsur akan berubah dari kuning, merah hingga keunguan. Satu biji dalam satu buah, buah besar dan kulit tengahnya keras berkayu.
E.  Ekologi
Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat / lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl. Lahan yang akan ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar matahari, lubang tanam berukuran 60 X 60 X 75 cm, dengan jarak tanam 6 - 8 m.
Melinjo dapat ditemukan di daerah yang kering sampai tropis. Untuk tumbuh dan berkembang, melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi tinggi atau iklim khusus. Melinjo dapat beradaptasi dengan rentang suhu yang luas. Hal inilah yang menyebabkan melinjo sangat mudah untuk ditemukan di berbagai daerah kecuali daerah pantai karena tumbuhan ini tidak dapat tumbuh di daerah yang memiliki kadar garam yang tinggi.
Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat dijumpai di hutan dan perkebunan saja. Di beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung.
Habitat : Melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan pada ketinggian hingga 1200 m. Tempat-tempat beriklim kering umumnya membudidayakan tanaman ini. Tidak ada syarat tertentu terhadap faktor kualitas dan kedalaman tanah, namun kadar ikat air pada tanah atau irigasi perlu dilakukan selama musim kering.
Distribusi/Penyebaran : Melinjo ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara (meskipun merupakan tumbuhan asli dari Jawa dan Sumatra) dan tersebar hingga mencapai sebelah utara Assam dan sebelah timur Fiji.
F.   Syarat Tumbuh
Pohon melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan, pada ketinggian sampai 1200 m dpl.; umum dijumpai di pinggiran sungai di Niugini. Lahan yang mengalami musim kering yang nyata tampaknya disenangi untuk pembudidayaan melinjo, barangkali karena panennya dapat sekaligus pada lingkungan yang demikian itu. Rupa-rupanya tidak ada persyaratan khusus mengenai kualitas tanah dan kedalamannya, tetapi diperlukan retensi kelembapan yang memadai, demikian juga air rembesan atau irigasi, untuk menjembatani musim kemarau. Pohon melinjo dianjurkan untuk program penghijauan wilayah.
Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl.[2] Lahan yang akan ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar matahari, lubang tanam berukuran 60 X 60 X 75 cm, dengan jarak tanam 6 - 8 m.[2]
Melinjo dapat ditemukan di daerah yang kering sampai tropis. Untuk tumbuh dan berkembang, melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi tinggi atau iklim khusus.  Melinjo dapat beradaptasi dengan rentang suhu yang luas. Hal inilah yang menyebabkan melinjo sangat mudah untuk ditemukan di berbagai daerah kecuali daerah pantai karena tumbuhan ini tidak dapat tumbuh di daerah yang memiliki kadar garam yang tinggi.
Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat dijumpai di hutan dan perkebunan saja. Di beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung.
G. Perkecambahan Biji Melinjo
Perkecambahan yang lama dari biji mlinjo itu sebabnya terletak pada embrionya (lembaganya).Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji melinjo lepas pohon setelah masak (berkulit merah)  belum memiliki embrio yang sempurna.Embrio baru di wujudkan oleh sekelompok sel yang belum diferensiasi.Perkembangan embrio trejadi di luar pohon.Ini banyak terjadi pada tanaman dari Gymnospermae yang tidak di lindungi oleh daging buah. Buah melinjo sebenarnya adalah biji,dan yang tampak merah setelah tua itu adalah kulit luarnya.waktu lama yang di perluakn untuk berkecambah itu sebenarnya adalah waktu yang di perlukan biji untuk menyempurnakan embrionya.Bila perkecambahn embrio bisa lebih cepat maka perkecambahan akan lebih cepat terjadi dan lebih serentak sehingga di peroleh bibit yang seragam tumbuhnya.Hasil penelitian di alboratorim menunjukan sebab musabab lamanya perkecambahan embrio.Pembentukan embrio sudah dapat di percepat dengan perlakuan tertentu.
Seperti penjelasan di atas perkembangbiakan tunbuhan melinjo secara generatif masih mendapat hambatan. Hambatan ini disebabkan biji melinjo yang telah tua dan gugur dari pohon induknya membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah, bila disemai pada substrat tanah. Lamanya waktu yang dibutuhkan biji melinjo untuk berkecambah, diduga karena tahap-tahap perkembangan bakal embrio tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Bakal biji setelah dipolinasi memperlihatkan, bahwa polen telah berada dalam rongga polen, demikian juga set telur telah dibentuk setelah dua minggu dipolinasi. Polen menempel dan mulai berkecambah pada jaringan nucleus yang berdegenerasi pada minggu ketiga dan keempat. Pada minggu ketiga juga ditemukan endosperm telah dibentuk di bagian khalaza kantung embrio dan memenuhi seluruh kantung embrio pada minggu keenam. Bakal embrio stadium dua inti ditemukan pada minggu keempat dan kelima setelah dipolinasi. Bakal embrio stadium dua inti ini adalah hasil pembelahan zigot yang pada tahap awal pembelahan hanya inti zigot yang membelah.Bakal embrio ini akan membentuk tonjolan yang memanjang berbentuk tabung ke arah horizontal atau ke arah khalaza kantung embrio. Tonjolan ini dinamakan suspensor primer dan mulai dibentuk pada tepi endosperm bagian mikropil pada minggu keenam setelah dipolinasi. Selanjutnya suspensor primer membentuk percabangan dan menyusup ke dalam endosperm pada minggu ketujuh. Suspensor primer selanjutnya membentuk percabangan yang banyak dan tersebar di bagian tengah dan tepi endosperm sejak minggu kedelapan hingga minggu ke- 15 setelah dipolinasi.
Embrio Gnetum gnemon membentuk hypocotyl, yang bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu. Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia.
Bakal biji (ovule) dalam tanaman melinjo ini terdapat 3 lapisan pelindung yaitu :
1.        Perianth merupakan lapisan luar dan berdaging (fleshy)
2.        Integumen luar merupakan lapisan bagian tengah
H.  Organ Reproduksi

Sporofit Gnetum gnemon bersifat Dioceous sehingga organ reproduksi jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Organ reproduksi terorganisasi dalam strobili. strobili tersusun atas perbungaan panikula atau fasikula pada ketiak daun. Strobili juga tumbuh dalam ketiak pasangan daun sisik yang tersuun dekusata. Daun sisik ini bergabung pada bagian dasarnya membentuk brakte.
Reproduksi Generatif Pada G.gnemon menggunakan organ reproduksi yang disebut konus atau strobilus. Strobilus pada G.gnemon ada dua yaitu strobilus jantan dan strobilus betina.


1.Strobilus jantan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVfoPHcgtyQ2J9_hH5oNlZ0i-iWMVP4BqUeH8iOpLjZLBdza3Eu9qkQGEU4CThKuNvLOEYLGhRKI3sPBapsKvQ7JnLm_2l98DEBAWigTNyTeXUJN4k-E1Fyw8A9E_d6HKgeBwUd0paH3g/s320/gnetum.jpg
      
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3pnnor09XU9DC7_OFDGbiSTAKT9NJauisVskc5Wy87sNZlEePZE_Dj-wHXJ6UVC2C82dJhnLC4SDNjJ_CJE6l4SnjbbpjL2MDtBfscnpTftrtxJDX9f4wiUFoR_d-Vd90JRL9L-AU3gY/s200/bunga+jantan+gnetum.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7SWFQGre8kUF_HTgzasAximBp02qODeykJ5UzuNXO0fauMy72MoDh5zkyku3QbmHXcYIt0hyphenhyphenmRD6f4JJ0weTArEpfqbhyphenhyphen8nc2kSyP_MYKFXuSwXup7xYvxpxU9gQDzr0KATFGHGxO0u8/s200/gnetales.jpg
Gambar. Flos Masculus Gnetum gnemon
Terdiri dari sumbu memanjang yang jelas buku dan ruasnya. Strobilus muda memiliki ruas yang sangat pendek. Pada buku ini mendukung brakte yang berbntuk sisik, tersusun menggerombol. Brakte buku bergabung membentuk struktur yang disebut kupula atau Collar. Jumlah kupula sesuai dengan jumlah buku pada aksis, biasanya bervariasi antara 10-20. Tiap kupula mendukung 3-6 lingkaran bunga jantan. Tiap lingkaran mendukung sejumlah bunga jantan. Bunga jantan dalam lingkaran tersusun berseling. diatas lingkaran bunga jantan terdapat satu lingkaran yang bunga betina yang abortif. Pada Gnetum gnemon 2 atau 3 kupula pada ujung strobilus, terdiksi dan steril. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap.
2.    Strobilus betina
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyZ85jENpbCmwfFwKjQCnuwjhi28zUJ7nv2XHdxktoBs1JNvt2rUCp_m6bTjJqEMITaJWj8iX12Urr6GwldOszx0G9BiTs7nl9mZpkBiKacg0Ezo2Xd8rZWy5ER5SEZgKnuX922Z3k8C4/s200/melinjo.jpg
Gambar.Flos Fuminus Gnetum gnemom
Strobilus betina mempunyai organisasi yang sama dengan strobilus jantan dengan tiap lingkaran terdiri dari 4-10 ovul diatas tiap kupula. Tidak semua ovul akan berkembang menjadi biji, hanya beberapa ovul yang mengalami kematangan. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
Fertilisasi
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap kemudian serbuk sari jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) buluh serbuk membelah menjadi inti tabung dan inti spermatogen. Inti spermatogen membelah lagi menjadi dua inti sperma yang membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
waktu penyerbukan kulit/pembungkus yang berbentuk pipa yang panjang mengeluarkan cairan pada puncak kulminasinya, yang menjaga butir pollen, yang dibawa oleh angin, atau mungkin sampai taraf tertentu oleh serangga, dan oleh penguapan ini ditarik ke atas puncak nucellus, jika disorganisasi parsial sel telah menimbulkan suatu tidak beraturan pollen-chamber
Pollen-Tube, berisi dua generatif dan satu inti vegetatif, menembus dinding dari megaspore dan kemudian menjadi menggembung yang akhirnya dua nucleus generatif keluar dari tabung dan sumbu dengan dua nucleus di dalam 1/2 dari megaspora yang subur.Sebagai hasil dari fertilisasi , nucleus yang fertil dari megaspore dikelilingi oleh suatu dinding sel, dan terbentuk zigot, yang mungkin melekat pada dinding dari megaspore atau berakhir pada suatu tabung pollen mereka kemudian tumbuh di dalam tabung panjang atau proembryos, cara mereka tumbuh ke arah prothallus dan secepatnya embrio dibentuk di akhir dari tabung proembryo.
Hanya Satu embrio yang menjadi dewasa. Embrio Gnetum membentuk hypocotyl, yang bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu. Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia
Bakal biji (Ovule)
Pada Gnetum gnemon bakal bijinya terdiri dari 3 lapisan pelindung yaitu (1)Perianth, merupakan lapisan paling luar dan berdaging(fleshy),(2) Integumen luar, merupakan lapisan bagian tengah,(3)Integumen dalam, merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.
Biji
Kulit biji pada Gnetum gnemon dapat dibedakan menjadi 3 antara lain
o Sarcotesta
Merupakan kulit biji terluar dan biasanya berdaging. Tersusun atas epidermis dengan lapisan kutikula, parenkim yang homogen, sklereid dengan dinding lignin, dan serat.
o Sklerotesta
Merupakan kulit biji bagian tengah dan keras. Lapisan ini mempunyai berbagai bentuk.
o Endotesta
Merupakan kulit biji bagian dalam. Tersusun atas parenkim, dan bersifat tipis seperti membran (membranous)












NUTRISI DAN PEMANFAATAN HUKA/MELINJO

1.    Kandungan Nutrisi
Penelitian yang sudah dilakukan pada melinjo menujukkan bahwa melinjo menghasilkan senyawa antioksidan.Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi prorotein tinggi, 9-10 persen dalam tiap biji melinjo. Protein utamanya berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif untuk menghabisi radikal bebas yang menjadi penyebab berbagai macam penyakit.
Selain itu melinjo juga merupakan antimikroba alami. Itu artinya protein melinjo juga bisa dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri.Peptida yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan punya potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif.
Di Jepang dilakukan penelitian dan dilaporkan bahwa melinjo termasuk tumbuhan purba yang secara evolusi dekat dengan tanaman Ginkgo biloba yang ada di Jepang.
Ginkgo adalah spesies pohon hidup tertua, yang telah tumbuh selama 150-200 juta tahun dan dipercaya sebagai tonik otak karena memperkuat daya ingat. Daun Ginkgo juga punya khasiat antioksidan kuat dan berperan penting dalam oksidasi radikal bebas penyebab penuaan dini dan pikun.
Sampai saat ini, doktor biokimia dari Osaka Prefecture University, Jepang telah mengisolasi dua jenis protein yang menunjukkan aktivitas antioksidan tinggi. Dari seluruh bagian tumbuhan melinjo yang pernah diekstraknya, mulai dari daun, kulit batang, akar, sampai biji, ditemukan protein paling potensial adalah dari biji. Riset menunjukkan aktivitas antioksidan dari kandungan fenolik ini setara dengan antioksidan sintetik BHT (Butylated Hydroxytolune).
Selain itu melinjo juga merupakan antimikroba alami. Itu artinya protein melinjo juga bisa dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Peptida Gg-AMP yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan punya potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri gram positif dan negatif..
Biji dan daun Gnetum gnemon mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu biji juga mengandung tanin.


Kandungan Gizi buah Melinjo/Huka 100 gr



Jumlah per Porsi
Kalori 47
dari Lemak 0.90


% Nilai harian*
Total Lemak 0.10 g
0.2 %
  Lemak Jenuh 0.000 g
0.0 %
Kolesterol 0 mg
0.0 %
Sodium 0 mg
0.0 %
Total Karbohidrat 11.80 g
3.9 %
  Diet Serat 2.4 g
9.6 %
Protein 0.90 g
1.8 %


  Vitamin C
88.3 %
  Vitamin B1 Thiamin
6.0 %
  Vitamin B2 Riboflavin
2.4 %
  Vitamin B3 Niasin
1.5 %
  Vitamin B5 Asam Pantotenat acid
2.5 %
  Vitamin B6
3.0 %
  Kalsium
4.0 %
  Besi
0.6 %
  Kalium
5.2 %
  Fosfor
1.4 %
  Magnesium
2.5 %
  Seng
0.7 %
  Tembaga
2.5 %
  Mangan
1.5 %
  C Sistein
1.9 %
  F Fenilalanin
3.5 %
  I Isoleusin
1.8 %
  K Lisin
2.2 %
  L Leusin
0.8 %
  M Metionin
3.8 %
  T Treonin
1.4 %
  Tirosin
1.8 %
  V Valin
2.2 %
  W Triptofan
3.2 %
* Nilai Persen harian berdasarkan diet 2.000 kalori. Nilai harian Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kebutuhan kalori Anda.
2.    Pemanfaatan Melinjo
Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Daun mudanya (disebut sebagai so dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem). Bunga (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga menjadi bahan baku emping..Kulitnya bisa dijadikan abon kulit melinjo.
a.    Meningkatkan daya tahan tubuh :
Saat menyebut melinjo, sebagian besar orang mungkin lebih mengenalnya sebagai bahan baku emping dengan rasa khasnya yang pahit. Ada orang yang berpantang melinjo karena takut terkena asam urat. Padahal kandungan melinjo bisa meningkatkan daya tahan tubuh
b.    Peneliti dari Universitas Jember, Tri Agus Siswoyo, menilai bahwa aktivitas antioksidan biji melinjo setara dengan vitamin C. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi protein tinggi, 9-10 persen, dalam tiap biji melinjo.Protein utamanya sangat efektif untuk menghabisi radikal bebas penyebab berbagai macam penyakit, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyempitan pembuluh darah, dan penuaan dini.
c.    Potensi besar yang terkandung di dalam sebutir biji melinjo atau Gnetum gnemon itu membuat Tri yakin melinjo adalah sumber protein fungsional yang cocok dijadikan suplemen makanan nutrasetikal (bahan pangan berkhasiat untuk kesehatan), termasuk untuk mencegah dan mengobati penyakit. Apalagi biji melinjo mudah diperoleh.
d.   Suplemen murah
Diakui hingga saat ini memang belum ada studi resmi tentang penggunaan protein biji melinjo sebagai sumber antioksidan. Padahal, jika pemanfaatan peptida antioksidan dari hidrolisis biji Gnetum gnemon ini berhasil, akan tersedia suplemen nutrasetikal yang murah dan bisa jadi alternatif yang aman.
Berbeda dengan di dalam negeri, Jepang sudah melirik potensi antioksidan dari biji famili Gnetaceae ini. Hasil penelitian Tri tentang isolasi dan karakterisasi peptida antioksidan dari biji melinjo ini membuatnya menjadi salah satu penerima dana riset dari Indonesia Toray Science Foundation, sebuah yayasan yang dibentuk perusahaan tekstil dan serat sintetis terbesar di Jepang.

3.     Komoditi Ekspor Indonesia

Gnemon adalah tanaman asli Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik barat termasuk Fiji, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, dan Vanuatu. Pohon itu tumbuh di hutan hujan dataran rendah pada ketinggian di bawah 1700 m. Jenis ini banyak dibudidayakan di berupa kebun dan kebun.
Indonesia adalah negara yang menjadikan biji melinjo sebagai komoditi ekspor dalam jumlah yang cukup besar.[5] Melinjo akan dipanen dan menghasilkan buah setelah 5- 6 tahun setelah penanaman biji.[5] Di daerah Sumatera Barat setiap tahunnya dilaporkan menghasilkan 20.000- 25.000 buah melinjo dan produksi bijinya mencapai 80- 100 kg per pohon per tahun.



PERBANYAKAN TANAMAN MELINJO/HUKA

A.Pembibitan
       Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif( dengan biji) dan dengan cara vegetatif (cangkokan,okulasi,penyambungan,stek).Masing- masing cara tersebut tentunya mengandung kebaikan dan kelemahan yang secara lengkap akan diuraikan berikut ini
1.    Secara Generatif
Dengan cara generatif,yakni melalui perkecambahan biji,akan diperoleh bibit tananman melinjo dalam jumlah besar sehingga dapat menunjang pengembangan tanaman melinjo secara besar- besaran.
   Kebaikan dari cara generatif ini adalah :
a.       Pertumbuhan tanaman dapat kuat, karena sistem perakarannya dalam (berakar tunggang ) sehinga lebih tahan terhadap kekeringan.
b.      Masa hidup atau umur tanaman lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari pengembambangan vegetatif
Kelemahan dari cara generatif itu sendiri adalah :
a.       Tanaman yang diperoleh sering berubah atau tidak sama dengan sifat-sifat tanaman induknya.
b.      Untuk dapat berproduksi membutuhkan waktu yang lama yakni setelah tanaman berumur 5-7 tahun
c.       Jenis Kelamin tanaman tidak bisa diketahui sebelum tanaman itu berunga,sehingga dapat mengurangi efektifitas pengembangan secara besar- besaran dalam kaitannya dengan jumlah hasil produksi biji melinjo yang diharapkan sebanyak-banyaknya.

       Masalah utama pada pengembangan secara genertif ini adalah banyak keluhan mengenai “lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah”.Bahkan ada yang berpendapat bahwa biji melinjo tidak mau tumbuh,karena kurang sabar menanti setelah beberapa bulan biji tidak tumbuh ,kemudian biji dibuang.
       Biji melinjo pada umumnya mulai berkecambah 6 bulan setelah ditanam(disemai),dan presentasinya sangat rendah yakni 1% -2%.Makin lama,persentasi yang berkecambah makin naik,biasanya hampir semua biji berkecambah,hanya beberapa saja yang baru berkecambah setelah sekian lama berada persemaian,kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio,hanya memiliki endosperm ( Bower,1889).
       Perkembangan Biji melinjo selain makan waktu lama juga tidak serentak (maksudnya bertahap) sehingga diperolelah bibit yang umur dan pertumbuhannya tidak seragam. Karena lama dipersemaian , biji dapat terserang mikroorganisme,sehingga bibit yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan.
       Bahwa perkecambahan biji dimulai 6 bulan setelah disemai,itu tidaklah mutlah,karena perkembangan embrio dan biji yang telah masak ternyata bervariasi sewakrtu lepas dari pohon.Dapat terjadi biji berkecambah selama 3-4 bulan di pesemaian,tetapi  hal ini jarang sekali terjadi dan presentasenya sangat rendah yakni kurang dari 1%.
       Banyak orang berpendapat bahwa  lamanya waktu yang diperlukan biji melinjo untuk berkecambah disebabkanoleh suatu dormasi (masa tidur), yakni dormasi kulit keras dari kulit melinjo.Pendapat ini tidak benar .Kontraksi kulit melinjo memungkinkan airn dengan mudah masuk kedalam biji dan kecambah tanpa kesukaran dapat keluar dari biji.Jadi,adanya anjuran utuk merusak kulit biji melinjo sebelum disemai adalah kurang cepat.
       Perkecambahan yang lama dari biji melinjo itu sebabnya terletak pada embrionya (lembaganya). Hasil pengamatan menunjukan bahwa biji melinjo setelah lepaspohon karena telah masak (berkulit merah), belum memiliki embrio yang sempurna. Embrio baru diwujudkan oleh sekelompok sel yang belum mengalami diferensi( pembelahan fungsi). Perkembangan embrio berlangsung diluar pohon. Ini banyak terjadi pada tanaman dari Gymnospermae (berbiji terbuka) yang tidak dilindungi oleh daging buah. Buah melinjo  sebenarnya adalah biji, dan, yang tampak merah setelah itu adalah biji,dan yang tampak merah setelah tua itu adalah luarnya.
       Waktu lama yang diperlukan untuk berkecambah itu sebenarnya adalah waktu yang diperlukan biji untuk menyempurbakan embrionya.Bila perkembangan embrio dapat dipercepat ,maka perkecambahan akan lebih cepat terjadi dan serentak,sehingga dapat diperoleh bibit yang lebih seragam tumbuhnya.Hasilpenelitian di laboratorium menunjukan sebab musabab lamanya.Hasil penelitian dilaboratorium menunjukkan sebab musabab lamanya perkembangan embrio.Pembentukan embrio sudah dapat dipercaya dengan perlakuan tertentu.Langkah selanjutnya adalah menemukan cara praktis yang sederhana sehinnga dapat dilakukan oleh masyarakat.(Titi Sudarti,1990).

a.       Pengumpulan dan Pemilihan biji
Mengumpulkan biji melinjo secukupnya menurut kebutuhan, kemudian dipilih yang kualitasnya  baik yaitu:
1)   Bila masih ada kulit luarnya,dipilih yang warnanya merah tua.Bila sudah tidak ada kulitnya,dipilih biji yang warna kulit luarnya hitam kecoklat –coklatan dan mengkilat.
2)   Ukuran bijinya besar dan tidak cacat serta sehat ( tidak terserang  hama dan penyakit)

b.      Pembuatan Petak Tanah Persemaian
            Dipilih tanah dengan ukuran 2x6 m yang tidak tergenang air, gembur dan cukup terkena sinar matahari. Tanah ini diolah atau dicangkuli sedalam 10-15 cm, kemudian ditaburi sedikit abu dapur/ kapur ,atau obat pembasmi hama misalnya dengan menyiramkan larutan formalir 4% sebanyak 10 liter larutan permeter persegi tanah persemaian;kemudian ditutup selama 24 jam dengan plastik atau daun pisang.Hal ini dilakukan untuk mensterilkan tanah persemaian.

c.       Penanaman pada Persemaian
      Letakkan biji melinjo yang sudah tidak ada kulit luarnya ke dalam tanah persemaian,dengan posisi yang agak runcing dibenamkan 9ditaruh bagian bawah)  sedalam 2-3 cm.Jarak antar biji yang disemai 10 – 15 cm.Lantas biji melinjo yang sudah tertanam dalam persemaian itu ditutup dengan tanah gembur yang dicampuri kompos dengan ketebalan 3-4 cm,selanjutnya ditutup dengan daun pisang yang sudah tua tetapi belum kering dan daun kelapa yang belum kering pula.Lakukan penyimpanan setiap hari dengan air secukupnya (tidak menggenang),dan setelah 9 bulan,biji.- biji melinjo sudah mulai berkecambah.Setelah berdaun sebanyak 4-5 pasang,bibit dapat dipindahkan pada keranjang bibit atau kantong plastik yang sebelumnya sudah diisi dengan tanah gembur ,subur, dan dicampurkan pupuk kandang yang sudah jadi (siap pakai).Cara memindahkan bibit dari persemaian jangan dengan cara dicabut begitu saja,supaya akar-akar tidak rusak, maka tanah disekitar bibit digali secukupnya,kemudian bibit diangkat bersama tanahnya dan dipindahkan pada keranjang atau plastik tersebut.Bibit –bibit dalam keranjang atau plastik tersebut ditaruh pada tempat yang agak terlindung (tidak terkena sinar matahari tarik sepanjang hari),dan dipelihari terutama dilakukan penyiraman dan jangan sampai terdapat tanaman pengganggu.Setelah daun-daun bibit  bertambah banyak berarti sudah siap untuk ditanam di lapangan.

2.    Secara Vegetatif
               Pengembangan tanaman melinjo juga dapat dilakukan dengan cara vegetatif,yaitu melalui cangkokan ,okulasi ,sambungan ,dan stek. Cara- cara ini pun memiliki kebaikan dan kelemahannya.Namun secara umum pengembangan dengan cara vegetatif ini bertujuan :
·      Mendapatkan sifat tanaman yang sama dengan induknya
·      Mendapatkan sifat tanaman yang pendek
          Masing – masing cara pengembangan vegetatif ini akan diketengahkan :
a.    Mencangkok
Tanaman melinjo termasuk tanaman yang mudah dicangkok hingga cara ini merupakan cara yang praktis, dan beberapa bulan saja sudah tumbuh perakarannya serta cepat bisa dipisahkan dari pohon induknya. Namun ada kebaikan dan kelemahannya.
Kebaikannya adalah:
·      Sifat dari tanaman cangkokan itu sama benar dengan tanaman induknya, termasuk sudah diketahiu jenis kelaminnya.
·      Tanaman bisa cepat berproduksi yaitu hanya membutuhkan waktu 3-4 tahun asal dirawat dengan baik.
Kelemahannya adalah:
·      Perakarannya dangkal karena tidak memiliki akar tunggang, sehingga lebih mudah tumbang atau kurang tahan terhadap kekeringan.
·      Pengembangan tanamanmelinjo secara besr-besaran sulit bisa diperbanyak secara besar-besaran.
                        Mencangkok tanaman melinjo pada dasarnya sama seperti mencangkok tanaman yang lainnya. Alat yang diperlukan berupa pisau yang tajam dan bersih, serabut kelapa atau kantong plastik sebagai pembungkus, dan tali plastik rafia. Media yang digunakan adalah tanah gembur yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang sudah jadi.
                   Langkah-langkah mencangkok:
1.    Pilihlah pohon melinjo yang memiliki sifat baik yaitu sehat, menghasilkan tinggi dan biji besar-besar.
2.    Memilih cabang yang akan dicangkok yaitu cabang yang sehat, pertumbuhan rantingnya merata dan besarnya kira-kira sebesar jari kiaki orang dewasa.
3.    Cabang yang terpilih disayat melingkar, jarak antar sayatan bagian atas dan bawah sekitar 5-6 cm. Kulit bagian sayatan ini dikupas pada bagian kayunya, dan lapisan kambiumnya dihilangkan.
4.    Bagian luka ditutup dengan tanah gembur yang sudah dicampurkan dengan pupuk kandangatau kompos secukupnya. Agar media bisa menempel terlebih dahulu dibasahi dengan air dan dibalut memakai sabut kelapa atau plastik yang diikat dengan tali rafia. Plastiknya diberi lubang kecil-kecil untuk tempat masuknya air agar media tetap lembab. Lebih baiknya lagi jika pencangkokan dilakukan saat musim penghujan sehingga tidak perlu menyirami cangkokan.
     Tanaman melinjo termasuk tanaman yang mudah dicangkok dan mudah tumbuh perakarannya. Dalam waktu 3-4 bulan cabang yang dicangkok dapat dipotong atau dipisahkan dari induknya dengan cara digergaji. Setelah dipotong jangan langsung ditanam di lapangan namun dipindahkan ke pot besar atau keranjang terlebih dahulu agar tidak mengalami stagnasi. Namun sebelumnya daun dari bibit cangkokan perlu dikurangi banyak terlebih dahulu agar tidak mengalami penguapan sehingga 
     Bibit cangkokan tidak mengalami kekeringan yang mematikan. Bibit cangkokan sebaiknya diletakkan dalam tempat yang teduh namun tetap mendapatkan penyinaran dari pagi sampai agak siang, dan menjaga agar tanah dalam keranjang tidak sampai kering. Setelah beberapa bulan akan bertambah tunas-tunas dan daun-daun baru sehingga sudah mungkin untuk ditanam di lapangan.
b.    Penyambungan
Cara pengembangan secara vegetatif yang lain adalah dengan menyambung ,yaitu menempelkan bagian tanaman yang dipilih (berasal dari pohon induk ) sebagai batang atas (entrys) kepada bagian tanaman yang lain  sebagai batang bawah (onder stam),untuk membentuk satu tanaman bersama (kombinasi).
Ragam penyambungan itu ada banyak sekali, tetapi pada pokoknya dapat dibagi dua yaitu :
1.    Penyambungan Pucuk ( enten, grafting),termasuk disini adalah model penyusuan (inarching,approach grafting)
2.    Penyambungan mata atau biaasa disebut okulasi
            Pengembangan tanaman dengan penyambungan ini bertujuan:
1.    Mempetahankan atau memperoleh sifat-sifat baik dari pohon induk
2.    Memperoleh kebaikan batang bawah yang pada umumnya digunakan bibit yang berasal dari biji ,sehingga perakarannya dalam dan kuat.
3.    Mengubah jenis kelamin tanaman yang diinginkan sehingga nantinya dapat menghasilakan biji dalam jumlah dan mutu yang baik
4.    Memperpendek tanaman sehingga mempermudah dalam pemetikan (pemungutan bijinya)
Cara melakukan okulasi :
1.      Terlebih dahulu menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji,yaitu bibit yang sudah berumur 1-2 tahun(kira-kira batangnya sebesar jari tangan sampai sebesar ibu jari kaki)
2.      Mata tempel diambil perlahan –lahan dengan mengupas kulit sekitar mata dari induk yang benar-benar bagus (sehat dan produktif),demikian pula tanaman yang akan ditempeli (batang bawah) dikupas kulitnya 15-30 cm dari permukaan tanah.
3.      Setelah mata ditempelkan ,kemudian ditutup dengan tali rafia dengan mata tunas tetap terbuka .beberapa hari kemudian okulasi dikatakan berhasil bila mata tunas tetap segar,tetapi bila menjadi kering maka okulasi mengalami kegagalan dan perlu diulang
4.      Apabila okulasi berhasil maka tali rafia dibuka kemudian batang disebelah atas okulasi dirundukkan (jangan cepat-cepat dipotong seluruhnya agar mata tunas dapat cepat tumbuh)
5.      Kalau tunas-tunas tersebut sudah memiliki beberapa daun (sudah mampu berasimilasi)maka bagian batang atas yang dirundukan dipotong habis.
            Melakukan okulasi pada tanaman melinjo termasuk mudah,karena kulit batangnya mudah dikupas. Dengandemikian pengambilan mata tunas sangat mudah yaitu dengan mengupas kulit yang mengandung mata tunas secara melingkar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan okulasi adalah :
1)   Menjaga kelembaban udara di tempat perlakuan tetap tinggi
2)   Jangan terlalu banyak terkena pancaran teriknya sinar matahari secara langsung
3)   Jangan dilakukan pada musim hujan yang lebat karena mata tunas mudah rusak

c.    Stek Batang
          Cara lain dalam pengembangan vegetatif yaitu dengan stek;maksudnya mengusahakan perakaran dari batang tanaman melinjo yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk ditanam.Tujuan mnggunakan cara ini adalah:
1)   Diproleh bibit tanaman meelinjo yang sifatnya sama dengan pohon induknya
2)   Diperoleh bibit tanaman yang  jumlahnya bsar

          Cara melakukan : Mmbuat bedengan untuk pesemaian ditempat yang melindung dengan ukuran sejukupnya.Mdia persemaian trdiri dari campuran pasir,tanah,pupuk kandang atau kompos yang sbelumnya disterilkan lebih dahulu dengan larutan formaline 4% sebanyak 10 liter larutan per meter persgi tanah persmaian.
          Kemudian disiapkan sungkep ( kerudung) dari plastik bening.Bentuk sungkep melengkung seperti tudung saji dengan ukuran sama dengan ukuran panjang lebarnya bedengan prsemaian dan tingginya sekitar 0,75 m
          Dipilih cabang tanaman melinjo yang akan disetek yaitu cabang yang sehat dan berumur sekitar 1 tahun. Panjang stek antara 10-20 cm,dngan pemotongan cabang bagian bawah tepat dibawah tunas.Kemudian potongan   - potongan stek dicelupkan ke dalam  bubuk rooton setelah dibasahi lebih dahulu dngan air untuk mempercepat pertumbuhan akar.Selanjunya potongan-potongan stek tersebut tanaman pada bedengan persemaian dengan jarak tanaman 5 x 5 cm,dan kemudian ditutup dengan sungkep plastik.Penyiraman dilakukan setiap hari.Bila stek sudah mulai tumbuh akarnya ( dalam waktu sekitar 2 bulan) dan sudah kuat perakarannya,maka sudah dapat dipindahkan ke dalam kantong palstik yang nantinya bila sudah kuat dapat segera dipindahkan ke lapangan.Cara pengembangan dengan stek ini lebih praktis untuk menyediakan bibit tanaman yang banyak.Namun keberhasilannya memang belum memuaskan.Hal ini dapat diatasi dengan menggunakanbahan stek asal tunas air,yaitu tunas yang keluar dari batang pohon dekat tanah.Jaringan tunas air itu lebih meristematis karena sifatnya Juvenil.Untuk memacu keluarnya akar juga dapat digunakan zat pengatur tumbuh misalnya IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan INA (Indole Naphtalene Acid.

























DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonymous.1986.Budidaya Melinjo.BIP Aceh
2.      Anonymous.1986.Cara Budidaya Melinjo dan Pembuatan Emping.Dinas Perkebunan DIY
3.      Anonymous.(84-85).Beberapa Cara Perbanyakan Vegetatif.BIP Ungaran.Jawa Tengah
4.      Cadiz RT , Florido HB. 2001. Bago : Gnetum gnemon Linn. Research Information system 13
5.      Departemen Pertanian.1986.Melinjo dan Empingnya.Proyek Informasi Pertanian DIY
6.      Heald,F.D.1943.Introduction to Plant Pathology.McGraw Hill Book Company Inc New York
7.      Maheswari,P., and  V.vasil.Gnetum.Council of Scientific and Industrial Research New Delhi
8.      Manner HI, Elevitch. 2006. Gnetum gnemon. [www.traditionaltree.org]. [5 Jun 2010].
9.      Sudarti,T.1990.Seputar Tanaman Melinjo 1 & 2.Kedaulatan Rakyat.Yogyakarta.25-26 Januari 1990
10.  Tjandra D. 2007. Antioksidan dari Biji Melinjo. [5 Jun 2010].
11.  Tjitrosoepomo, Gembong. 2004.Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: GMU Press








LAMPIRAN
Gambar 1. Tanaman Melinjo (Gnetum sp.)
                         
Gambar 2. Biji Melinjo
Gambar 3. Daun Melinjo

                          https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVfoPHcgtyQ2J9_hH5oNlZ0i-iWMVP4BqUeH8iOpLjZLBdza3Eu9qkQGEU4CThKuNvLOEYLGhRKI3sPBapsKvQ7JnLm_2l98DEBAWigTNyTeXUJN4k-E1Fyw8A9E_d6HKgeBwUd0paH3g/s320/gnetum.jpg
Gambar 4. Bagian-bagian Melinjo
1, branch with male inflorescences                                                           Gambar 5. Flos Masculus
2, part of male inflorescence
3, male flower
 4, branch with female inflorescence
and infructescence
5, female inflorescence
6, seed
Redrawn and adapted by W. Wessel-Brands
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqHm-6SriOXKQF9eKHb2K-l0u-GoEx-NQjZIDMEmzs56rR0Xd3EgxorDMfSq7X2MghGZ9VKchpVqJ5-Zzbcky6HcCg59Kxe64WX3EB7thKLbLwsSO-chjfplhS8_Jdz40SvTPyUBqfCk8/s200/Gnetum_gnemon.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyZ85jENpbCmwfFwKjQCnuwjhi28zUJ7nv2XHdxktoBs1JNvt2rUCp_m6bTjJqEMITaJWj8iX12Urr6GwldOszx0G9BiTs7nl9mZpkBiKacg0Ezo2Xd8rZWy5ER5SEZgKnuX922Z3k8C4/s200/melinjo.jpg

Gambar 6. Flos Fuminus (Bunga Betina)


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM5oXtA3FSL_1sR0i9UfWZFbrB5L2KGgDM9k_59pBFRsloc1jCAd6CuXIYKW1Cgpe7OPMPz7QuOydCQ8XKYHw04DeHXK85afbhVhym3BumFZkcDnA7x0UE7xKS2nRufKCfOz33odnAV1s/s200/Gnetum+gnemon02.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGh_2Ra2tpZcSUz675j9deun35wQ0yYvf4S1aevbJkW6RiHiIzTwf5dsOcSg4sBoc-N0LAp8k_uLoQ5-RuW2iZ45XZ-wvnjyTF4rfaZHmWp-5YrhOYdk1HBNbkHp_BS-hSN6k3OTutCd8/s200/gnetum_gnemon01.jpg
  

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3pnnor09XU9DC7_OFDGbiSTAKT9NJauisVskc5Wy87sNZlEePZE_Dj-wHXJ6UVC2C82dJhnLC4SDNjJ_CJE6l4SnjbbpjL2MDtBfscnpTftrtxJDX9f4wiUFoR_d-Vd90JRL9L-AU3gY/s200/bunga+jantan+gnetum.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7SWFQGre8kUF_HTgzasAximBp02qODeykJ5UzuNXO0fauMy72MoDh5zkyku3QbmHXcYIt0hyphenhyphenmRD6f4JJ0weTArEpfqbhyphenhyphen8nc2kSyP_MYKFXuSwXup7xYvxpxU9gQDzr0KATFGHGxO0u8/s200/gnetales.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcjLTSK4tkHQjmfmbkKNs8L1x9H2nqYtznYiRA0iTRK8W41vNwYGmYbIGItugSSVmXYIeKFxCZh-sMv7ehgHl27z971hAx7U6smJC6gCrQN8rhgJxkaWHMr_hbkEAbPR9jaYZEvYnoYD8/s200/tanaman+melinjo.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivnGgw1_38Bx5L9gxM4zkZifsgd3XwjnlFBAY2XGnriZjGnl4G-qW6pLBnBjZFDJC095OK20E9uzR2-Y4SFnYC9DH1SPuiqvf4aWl4DwhJbGywDQtyIJtM9UxbxYoPQbO3kg-FrmURers/s200/Gnetum+gnemon+jantan.jpeg
Gambar 7. Flos Masculus (Bunga Jantan)