Minggu, 05 Februari 2017

Ar Rahman Ar Rahim


Ar Rahman Ar Rahim




Di sore ini, berkawan desiran angin yang berhembus begitu syahdu. Dedaunan yang senantiasa menyebut asmaNYA. Seluruh makhluk semesta alam yang seolah tak pernah berhenti tuk berdzikir dan mengagungkan pencipta.Takjub memang, jikalau melihat tanah-tanah yang terhampar luas diantara daratan pijakan semesta, ikan-ikan yang berenang pun berlomba memujiNya, pergerakan udara yang tak kalah takut tuk selalu tunduk dalam ketaatan. Sedang diri ini yang diberikan sedikit kelebihan berupa akal untuk berfikir dan panca indera yang didesign dengan begitu menakjubkan, masih saja sedikit mengingatNya.  Alangkah begitu tertunduk malunya hamba yang seringkali aniaya ini. Meski begitu, Allah yang maha pengasih dan penyayang masih saja memberikan begitu banyak nikmat yang tak ternilai dan takkan pernah mampu dibayarkan dalam jangkauan akal manusia.

Maka benarlah ketika kita mengawali sebuah kebaikan seyogyanya diawali dengan melafadzkan Bismillahirrahmanirrahim yang artinya  dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan bahwasanya "Setiap perbuatan yang tidak diawali menyebut asma Allah akan terputus berkahnya". Disini kita melihat bahwa betapa penting dan utamanya menyebut asma Allah Swt guna menginternalisasikan esensi dan nilai-nilai nikmat kebaikan agar terbebas dari unsur-unsur kepada selainNya. Kita yakini bahwa tidak ada satupun kebaikan yang mampu dilakukan melainkan atas ijinNya. Nama-nama baik bagi Allah terdapat sejumlah 99 yang terangkum dalam Asmaul Husna. Dalam lafadz tasmiah, dapat dinukil setidaknya ada 2 nama Allah yang disebut yakni Ar Rahman dan Ar Rahim.

Ar rahman, dalam bahasa Indonesia berarti yang Maha Pengasih. Merupakan salah satu sifat Allah yang menunjukan kuasaNya meliputi kasih sayang Allah yang paripurna kepada semua makhluk tak terkecuali, bahkan orang-orang kafir sekalipun. Di muka bumi ini bukan saja orang beriman yang dapat hidup, orang kafir  juga dapat hidup dan bernafas dari rezeki pemberian Allah Swt. Banyak pula diantara orang kafir  yang menjadi  para ilmuwan, penemu-penemu yang jenius, konglomerat, pengusaha, politisi, senator, pemilik modal (capital) dan posisi-posisi prestise lain yang kadangkala menyilaukan mata manusia awam. Cobalah kita lihat, bahkan saat orang-orang kafir yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhanya, selalu berbuat maksiat dan tenggelam dalam kesesatan tetap mendapatkan rezeki sebagaimana mestinya. Ini menjadi salah satu bukti bahwa dalam namaNya (Ar Rahman) Allah sedang memperlihatkan bahwa Dia memiliki kasih sayang yang luas untuk semua makhluk tanpa terkecuali. Bahkan saat nabi Ibrahim meminta Allah untuk memberi rezeki khusus untuk orang beriman saja, Allah SWT dengan tegas menjelaskan bahwa kesenangan hidup itu juga diberikan kepada orang-orang kafir. tetap memberi rezeki untuk orang yang ingkar.    

Asma Allah Ar Rahim artinya Yang Maha Penyayang. Yakni kasih sayang Alah khusus untuk orang-orang yang khusus. Kasih sayang Allah (Ar Rahman) Untuk orang-orang khusus jauh lebih banyak jumlahnya baik di dunia dan di akhirat terkhusus untuk orang yang beriman dan beramal shaleh. Sebagaimana termakhtub dalam kalamNya, Allah SWT berfirman yang artinya :
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Al ahzab :43)

Ibnu Qayim Al Jauziyah dalam perspektif lain memaknai Ar-Rahman merujuk pada sifat dzakiyah yakni sifat permanen yg melekat pada Allah. Dengan kata lain, Arahman sifat kasih sayang yang sempurna dan mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah Swt.  Sehingga seringkali dalam Al Quran nama Allah diganti dengan nama Arrahman dan atau Ar rahman dan Arrahim bersanding secara sejajar. Sebagaimana  firman Allah dalam QS. Al isra: 110, yang artinya:
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu."

Sifat Ar Rahim merupakan sifat fi’liyah menunjukkan aktivitas yang menunjukkan kasih sayang, sehingga dapat dimiliki manusia dengan kadar tingkatan yang berbeda.  bisa dimiliki oleh makhluknya. Karena manusia memiliki potensi dan kemampuan untuk merepresentasikan kasih sayangnya lewat perkataan, perbuatan, dan amal-amal nyata. Rasulullah SAW adalah Salah satu makhluk yang diberi rahmat reprentasi dari sifat Ar Rahim. Allah berfirman yang artinya:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS. At Taubah : 128). 

Kasih sayang Allah itu sangat sempurna. Tidak terbatas kepentingan dan kepedihan. Allah memberi kasih sayang kepada siapapun yang Dia kehendaki dan mencabut kasih sayang dari siapapun yang kehendaki. Tidak pandang apakah mereka layak menerimanya atau tidak. Allah selalu membuka pintu rahmatNya, bahkan untuk orang-orang tersesat yang mau bertobat. Sedang ia juga menajanjikan rahmat bagi kaum yang beriman. 

Dikisahkan dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Saw dihadapan majlis ilmu para sahabat, beliau menyampaikan bahwa “bersungguh-sungguh,  bersegera dan bergembiralah karena tiada seorangpun yang akan masuk surga karena amalnya”.
Lantas sahabat bertanya , “Apakah anda juga yaa Rasulullah?”.
Betul, saya juga. Tetapi Allah telah meliputi diri saya dengan rahmatNya”, jawab Nabi. (HR. Buhari-Muslim).

Kasih sayang ibu ke anaknya hanyalah salah satu percikan kasih sayang Allah yang diturunkan ke bumi. Betapa Allah sangat menyayangi hambaNya sehingga Dia tanamkan rasa kasih sayang diantara umat manusia. Rahmat Allah terepresentasi juga dalam amal kebaikan. Hubungan antar manusia akan mendatangkan rahmatNya jika dilandasi dengan kasih sayang. Dengan begitu Orang tua akan menyayangi anaknya, istri akan mencintai suaminya, akan muncul rasa saling menjaga diantara sanak famili, tetangga, bahkan makhluk lain seperti binatang dan tumbuhan.

Suatu ketika Rasul bertemu dengan rombongan dan tawanan perang. Disana ada seorang ibu yang sedang panik mencari bayinya. Begitu dia menemukan bayinya, ia lagsung memeluk erat dan menyusui bayi tersebut. Kemudian rasul bertanya, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melempar anaknya ke kobaran api?”
Sahabat menjawab, “Demi ALLAH tidk mungkin, selama ia mampu ia akan mempertahankan bayinya dari kobaran api.”
Nabi bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hambaNya melebihi ibu ini menyayangi Anaknya”. (HR. Bukhari-Muslim)

Indonesia, negeri kita tercinta. Bangsa yang dihuni oleh mayoritas muslim yang mengakui bahwasanya tiada tuhan selain Allah. Namun amat disayangkan, bahwa selama ini masih banyak sekali permasalahan dan kasus-kasus yang menjurus pada jurang kemaksiatan. Seperti korupsi yang merajalela, LGBT yang dianggap lumrah atau biasa oleh sebagian kalangan, kejahatan seksual marak terjadi, degradasi moral merajalela, dan para pemuda bangsa yang seolah terjebak pada zona nyaman akibat ghazwul fikr yang dilancarkan barat, yahudi dan krooni-kroninya. Parahnya, masyarakat masih saja permissive dan pragmatis dalam menyikapi kemaksiatan yang terang-terangan ada di depan mata.

Belum lama ini, di akhir tahun 2016 telah terjadi kasus penistaan agama oleh salah satu oknum pejabat/pimpinan DKI Jakarta. Anehnya seolah aparat penegak hukum berlomba-lomba untuk membela dan menutupi keborokan sang oknum. Meski dari pihak penyidik mengatakan bahwa sang oknum dinyatakan sebagai tersangka, namun tetap saja tidak ditahan, dibiarkan bebas berkeliaran.  Bahkan anehya lagi baru kali ini sepanjang sejarah, ada kandidat calon gubernur DKI Jakarta yang menyandang status sebagai tersangka, terjerat kasus dugaan suap reklamasi teluk Jakarta maupun terindikasi korupsi berbagai proyek (ex: sumber waras, transjakarta dll), masih bisa berkesempatan mengikuti Pilkada. Sungguh ini adalah sebuah ironi, dengan birokrasi penegak hukum yang sangat nyata tajam ke bawah, namun tumpul ke bawah. 

Kepemimpinan menggigit agaknya mulai terlihat mencengkeram dan sangat agresif dalam menguasai sendi-sendi politik, ekonomi, sosial, agama dan stabilitas negara. Di zaman kepemimpinan ini, ulama banyak yang dilecehkan dan tidak dihargai. Masih teringat dengan jelas bahwasanya pada saat aksi bela Alqur’an pertama bulan November 2016 lalu, pemimpin negeri ini didatangi oleh para ulama shalih dari berbagai penjuru negeri. Mereka berniat untuk membuka ruang diskusi dan mencari solusi terkait kasus dugaan penistaan agama pejabat DKI Jakarta. Namun, seringkali realita menyelisih jauh dengan harapan. Sekaliber pimpinan tertinggi negeri ini kabarnya malah keluar pintu belakang istana dan enggan menemui ulama. Ini sangat menyakitkan umat islam. Saat dibandingkan dengan pasca tragedi pengeboman masjid di Papua. Presiden justru malah mengundang oknum non-muslim ke istana dan meberi mereka jamuan. Sungguh amat mencengangkan. Ironi memang, maka benarlah apa yang tersirat dalam kalamNya bahwa jika sebuah kepemimpinan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. 

Sudah sedemikian akutkah moralitas negeri ini. Mulai dari pimpinan tertinggi hingga rakyat biasa dilanda penyakit al wahn yakni cinta dunia dan takut mati. Hingga Allah SWT kirimkan bencana moral dan kemanusiaan lewat teguran-teguran kecil seperti banjir, tanah longsor, lilitan hutang, dicabutnya rasa aman dan lain sebagainya. Itu hanyalah sepenggal tanda kecil kasih sayang ALLAH agar kita kembali.

Dahulu Allah SWT langsung meluluhlantakkan negeri yang dipenuhi maksiat yang merajalela. Setidaknya allah masih memeberi kesempatan berbebnah diri. Ini Menandakan rahmat Allah lebih besar dari murkaNya. Rasulullah SAW bersabda, “ tatkala Allah menciptakan seluruh makhluk, Allah menuliskan dalam kitabNya, yang kitab itu berada di sisiNya diatas Arsy, yang isinya  adalah : Sesungguhnya rahmatku mengalahkan kemurkaanku”. HR. Tirmidzi-Muslim.

Dalam kondisi carut marut ini pun, kita harus tetap optimis dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Ujian yang saat ini melanda Indonesia dan bisa jadi berbagai belahan negeri yang lain ini adalah salah satu cara Allah untuk menyatukan barisa umat. Untuk membangkitkan potensi umat yang pernah tercerai berai akibat furu’iyah maupun yang sudah lama tidak terasah kepekaanya akibat terlampau lama terjebak pada zona nyaman. Allah akan kirimkan orang-orang terbaik di setiap masanya lewat ujian dan cobaan. Bahkan ada statement yang mengatakan bahwa Good time create weak leader, weak leader create hard time, hard time create Strong leader. Semoga bisa menjadi salah satu pemacu kita sebagai barisan muda dan umat yang dirindukan untuk senantiasa optmis menggapai kemenangan. Tak perlu putus asa atas perihal apa yang mendera umat saat ini. Karena sifat putus asa ini hanya dimiliki oleh orang2 kafir dan sesat. Allah berfirman artinya :
Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa." Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al Hijr-55-56)

Dari paparan uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Allah SWT sangat menyayangi makhlukNya. Bahkan selama nafas masih menyatu dalam raga, Dia akan senantiasa memberikan peluang rahmatNya kepada orang-orang yang sesat maupun pelaku maksiat yang mau kembali bertaubat. Maka kunci dari mensyukuri nikmat rahmat yang diberikanNya adalah dengan menjadi insan yang penyayang. Dan berdoa merupakan senjata efektif mendapatkan kasihsayangNya.  Maha benar Allah dengan segala firmanNya dan pedoman Sunnah yang diturunkanNya.
“Sayangilah yang di bumi, mka yang di langit akan menyayangimu”. (HR Tirmidzi-abu dawud).

Sebagai seorang pemuda dan khususnya umat akhir zaman yang diberi amanah oleh Allah memakai selempang hijau (kewajiban untuk berdakwah), kita memiliki peran melanjutkan estafet dakwah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw sang khatamul ambiya’ serta uswatun khasanah. Risalah islam yang menjadi uswatun khasanah. Risalah yang kita yakini menjadi pembeda kebathilan dan kebenaran. Risalah yang menjadi kunci gerbang masuk kedalam sebuah jalan yang kan membawa makhluk memasuki jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Maka Keterlibatan aktif dalam membawa pesan-pesan agama apapun profesi kita akan mndatangkan rahmatNYA. Bahwa islam adalah agama yang rahmatallil’alamiin.