Kamis, 23 Maret 2017

Pesona Bapak

PESONA BAPAK



Kau bak samudra luas tak berbatas
Kau bak pohon terindang tuk berteduh
Kau adalah bulir mutiara yg tersembunyi
Dan kau tetaplah pahlawan
Meski tanpa selempang kebesaran

Bapak,,,,,
Kau laksana cahaya diantara tabir kegundahan
Kau kibas semua ketidakmungkinan
Dengan kehangatanmu, kau rengkuh kesabaran
Dalam jiwa dan raga
Kau genggam tangan mungil itu
Kau Jaga permaisuri hatimu
Kau pertaruhkan segenap dayamu

Ribuan langkah kau susuri
Tapak gunung mudah saja kau daki
Menyusuri permadani hijau tambatan hati
Bercengkerama bahkan sebelum datangnya mentari

Pengorbananmu tak berbalas intan permata
terlampau indah digadai dunia seisinya
Tapal juang yang amat panjang
Lepas seketika  pancar keikhlasan berpendar
Dan, Hingga kini engkaulah yang paling mempesona

Dalam sederhana.

Selasa, 21 Maret 2017

Bapak dan Impian Sederhananya

Bapak dan Impian Sederhananya

Sebuah nikmat yang biasa kita terima secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, biasanya akan kita anggap sebagai sebuah hal yang biasa. Tanpa kita tahu bahwa, seiring sejalan kenyamanan itu, membuat kita kian terlena. Hingga akhirnya kadar karunia indah itu terasa begitu biasa. Tahukah engkau, seberapa sering engkau merasa sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang utuh?. Kalaupun tak utuh, masihkah engkau merasa sangat bangga memiliki kesempatan dibersamakan salah satu diantara keduanya?. Tidakkah engkau berfikir bahwasanya kini beliau hidup diantara waktu yang entah berantah dimana penghujungnya.
Kini engkau semakin bertambah usia. Tampak rambut yang dahulunya hitam berkilau kian memutih. Kulit yang pernah pernah nampak kencang nan halus, berubah keriput pucat pasi.  Kaki yang selalu gigih berjalan menyusuri ribuan kilometer jauhnya, kini tetap kau tapaki jalan yang sama bahkan di usia yang kian senja. Mata yang mampu menyibak keindahan alam yang terbentang, kini mulai sayu samar. Tangan yang dahulunya kuat merengkuh beban seluas samudra, kau sapu dengan ringannya. Seringan senyumanmu saat memapah kerewelan dan kecerobohan malaikat kecilmu. Saat pertahanan imunitas  anakmu kian melemah, sedang engkau dirundung kelelahan, dengan sigap kau usap si mungil itu dengan kehangatan. Dan engkau masih sama. Tetap senyum. Yaahhhh tanpa amarah, tanpa gundah, tanpa menyalah.  
Tangamu melepuh, kakimu penuh dengan “kapalan”. Terik matahari bukanlah alasan bagimu tuk berhenti mencari sesuap nasi demi anak istri. Hujan lebat juga tak akan pernah mampu meneduhkanmu dari mencari karunia yang halal demi setitik harapan akan hidup yang lebih baik bagi sang anak di masa depan. Bahkan saat anakmu dirundung putus asa seolah kehilangan harapan, kau menjadi tempat peraduan. Meski kau merasa hanya manusia biasa yang terbatas kelemahan. Tapi bagi anakmu, kau adalah pahlawan meski tanpa selempang kebesaran. Dorongan energi itu menjadi sebab munculnya ribuan jalan yang kau perjuangkan untuknya.
Seorang bapak ingin senantiasa tampil kuat. Barangkali bukan karena sedari awal dia benar-benar kuat. Ia hanya mencoba menguatkan diri atas deraan yang menyeruak. Ia ingin menjadi pelindung bagi 2 malaikat yang rentan dirundung lemah. Mereka tidak lain adalah anak dan istrimu. Itulah barangkali mengapa, Allah ciptakan engkau dari tulang yang kuat sedang perempuan diciptakan oleh tulang rusuk sebelah kiri yang bengkok. Sang tulang rusuk sebelah kiri itu dekat dengan hati, maka wanita butuh untuk disayangi. Tulang rusuk yang bengkok juga dekat dengan tangan, maka wanita butuh untuk dilindungi. Itulah mengapa kau gunakan sekuat kemampuan dan hatimu untuk mengasihi dan menyayangi mereka. Meski tidak sepenuhnya apa yang kau beri itu sempurna dimatanya.
Hari demi hari yang panjang kau pikul amanah berat. Seringkali perjuangan berat yang kau lalui, tersembunyi dibalik rona wajah keikhlasan. Engkau sudah cukup bahagia saat  istrimu qana’ah atas sedikitnya nafkah yang mampu kau beri pun melihat anakmu tumbuh menjadi generasi yang shalih. Disaat itulah banjir keringat atas kerasnya kehidupan yang kau lalui luluh lantak seketika. Bagimu keluarga adalah segalanya. Segala yang dengan kuat kau perjuangkan, meski hati seolah dirundung kekhawatiran diantara desir waktu yang melenakan.
Saat malaikat kecilmu masih belia, ia selalu merengek menangis untuk minta digendong diatas punggungmu. Tak jarang ia menjadi bodyguard yang sigap mengikutimu ketika engkau akan menyemai benih-benih diantara sawah yang membentang hijau sejauh mata memandang. Ia adalah orang yang selalu berlarian mengacaukan pekerjaanmu saat kau sudah berlelah-lelah diantara cangkulan-cangkulan tanah yang tersibak. Ia adalah orang yang selalu menagih hutang jikalau engkau berjanji ingin membelikanya sepeda atas prestasi ranking yang dicetaknya. Kau menjadi tempat yang paling ia suka untuk diajak bercengkerama, menumpahkan keluhan, tak jarang ia bersembunyi dibalik punggungmu saat berada dalam ketakutan.
Bapak, engkau merupakan sosok yang menghidupkan semangat dengan harapan akan impian malaikat kecilmu.  Kau selalu mencoba menepati janji itu meski banyak kesulitan yang harus ditempuh. Kau adalah penampung terluas baginya saat ia menumpahkan lautan yang memecah dipelupuk mata. Dan engkau tetap bersabar menanganinya. Engkau tetap mengusap halus pipi mungil itu. Engkau coba hibur kesedihan dunianya, engkau beri suntikan motivasi keserhanaan yang kau punya, engkau kuatkan dia dengan apa yang kau bisa.
Sepertinya  waktu telah berlari dengan kencangnya. Meninggalkan jejak-jejak indah yang tetoreh pada album lampau. Dalam desiran detik itu, perubahan-perubahan menjadi niscaya. Niscaya yang kadang terlewatkan diantara alam kesadaran. Malaikat kecil itu ikut bertumbuh. Seiring menuju usia dewasa, ia mulai meninggalkan hal-hal kecil yang ia lalui bersamamu. Pun kesempatan untukmu bercengkerama denganya kian berbatas. Kini lebih sering engkau dengar, ia punya seabrek agenda. Sedang kau yang makin menua, kian jauh dari pelupuk matanya atau sekedar meretas senyumnya.
Angan-angan panjang kebahagiaan yang anakmu ganungkan, nyatanya tak selalu liner dengan harapmu. Definitif kebahagiaanmu sebenarnya  amatlah sederhana.  Kebahagiaanmu adalah ketika  engkau mampu menanam benih terbaik saat ini yang hasil panen terbaiknya  akan dituai oleh anak cucumu di masa depan.
Dalam keserhanaan bapak, ia menyiapkan momentum indah. Bahkan saat anakmu masih kecil, engkaupun sudah berfikir memberi kontribusi akan masa depannya. Engkau tanam ratusan bibit pohon jati diantara kebun serambi desa dekat gunung yang dahulunya menjadi tempat anakmu dan teman-temanya bercengkerama dengan alam. Engkau berharap saat ia dewasa kelak, kayu itu akan menajdi salah satu peringan bebannya saat membangun rumah bersama keluarga barunya. Yahhhh berharap engkau mampu memberi sedikit ruang keteduhan bagi anak dan cucumu kelak.
Engkau yang sedari dulu hidup ditengah gempuran perjuangan, mengiginkan anak yang engkau sayangi memiliki hidup yang lebih cerah. Kau dukung dengan kerja-kerja nyata yang kau mampu dalam menyokong pendidikan terbaik baginya. Engkau rawat beberapa ekor sapi peninggalan nenek dengan totalitas. Tak jarang sepulang berkebun, kau pergunakan waktu untuk mencari pakan terbaik dibalik gunung. Kau pikul itu sendiri dengan kucuran keringat yang menjadi saksi perjalanan panjang yanga harus ditempuh. Ternak itu berupaya diberi pakan dari rumput terbaik dan minum yang teratur. Agar sapi dapat tumbuh dengan baik dan memiliki nilai jual tinggi. Meski seringkali pengorbananmu menumbuhkembangkan kualitas sapi yang tinggi, tak selalu menjanjikan nilai jual yang memuaskan. Dan sama sekali tak penah terdengar kata mengeluh.
Engkau lebih sering berada dalam kesendirian. Engkau yang mungkin berlatar pendidikan tak seberapa dengan segenap keterbatasan. Sedang anakmu kini sudah menjadi lulusan Sarjana dengan predikat terbaik yang tersandang. Engkau turut bahagia atas pencapaian pretasi yang sebenarnya tidak seberapa itu. Energi  itu mampu menyapu kerasnya kehidupan yang menyeruak. Malaikat kecil itu memiliki selangit impian yang bahkan bisa jadi engkau tidak sanggup untuk menggambarkanya. Setidaknya engkau masih sama seperti bapak yang dia kenal dahulu. Engkau dukung dia  yang memiliki letupan semangat membara. Engkau pompa optimismenya saat ia terjebak pada keputusasaan. Dukungan itu nyatanya tak pernah henti kau layangkan diantara rentetan sujud diantara malam-malam yang panjang.
Bahkan sampai saat ini engkau masih saja khawatir jikalau membebaninya.  Engku makin takut tak mampu memberikan yang terbaik untuknya,. Engkau merasa sebagai ayah yang sederhana mencoba menyempurnakan harapan indah malaikat kecil yang hampir pupus di tengah jalan itu. Ada bersitan ringan yang saat ini sebenarnya ada dalam benakmu. Engkau tekati sedikit harapan memiliki bibit kambing jantan dan betina. Engkau ingin mengurusi pakan ternak kambing dan mengembangkanya. Hingga suatu saat ketika kambing-kambing itu sudah beranak pinak dan tumbuh besar, engkau ingin anakmulah yang menuai hasil ternak maupun penjualanya.
Bapak,, akankah dia mengingat dan merindukan masa-masa itu?  ia yang kian tenggelam dalam dunia barunya, sedang engkau kian terjerembab dalam kerinduanmu tuk membersamainya. Bagimu setiap jejak bersamanya adalah kenangan indah. Akankah malaikat kecilmu itu kini masih mampu menangkap bisikan harap yang terpancar dalam binar kerinduan matamu? Akankah ia mampu menjadi pendengar setia  atas kenangan album lampau? Akankah ia menjadi sosok yang penyabar sebagaimana dulu engkau dengan kehangatan merengkuh kegundahanya? Akankah kini ia mampu menjadi pelipur lara di usai senjamu? Meski kini bibirmu mulai kelu mengungkap impian sederhana itu padanya. 

Maaf.......

MAAF


Kata yang mungkin tak cukup
Mencukupkan apa yang ingin dicukupi
Ribuan kata yang ku butuh tuk menggalinya
Sedang tidak dengan engkau

Maaf,
Teruntuk awal yang terlebih dulu kau awali
Teruntuk gores harap yang mendekap
Maaf,
Atas ketaksadaran masuk dalam ruang tergembok itu
Atas teka-teki hingga kau  terperangkap kedalamnya
Sedang ku kian terjebak pada tembok tebal tak berdinding

Maaf atas kejelasan yang tak jelas
Aku yang takut untuk memulai
Sedang kau tlah siaga disana
Haruskah ku berlari,
Menghampiri?
Ataukah berpijak pada narasi?