Saya pernah mengunjungi beberapa
daerah di Jawa tengah, jawa barat, Jakarta dan solo. Terkait dengan dunia
pendidikan saya rasa di daerah pulau jawa masih lebih baik dibanding dengan
daerah luar jawa. Ada banyak sekolah yang sudah memiliki fasilitas memadai
dalam mendukung proses belajar melajar untuk mencetak para generasi yang hebat
dan kompetitif. Namun ada beberapa hal juga yang perlu disoroti ketika saya
pernah pergi ke Jakarta, utamanya di daerah pinggiran. Saya melihat ada sebuah
fenimena yang cukup ironi. Diantara kolong jembatan itu anak-anak tinggal
dengan kondisi yang sebenarnya jauh dari kata layak. Anak-anak usia sekolah SD
banyak yang pagi-pagi sudah berangkat ngamen atau sekedar berinteraksi dengan
timbunan sampah yang menjadi salah satu akses mereka dalam mengumpulkan
pundi-pundi rupiah. Amat disayangkan juga karena mereka yang harusnya
bersekolah ternyata harus putus karena orang tua sakit-sakitan, ada juga yang
tak mampu karena banyak anak dan penghasilan minim hanya untuk makan dan itupun
kadang masih serba kekurangan.
Ada sebuah sekolah yang tidak jauh
dari perkampungan kumuh itu, yaitu sebuah bangunan kecil dari kayu yang
selayaknya hanya mampu menampung 15 orang oleh seorang wanita paruh baya yang
hatinya tergerak dan terpanggil akan kondisi pendidikan anak-anak kurang
beruntung di daerah tersebut. Dengan berbekal kepedulian, keberanian dan ilmu
yang dimiliki beliau membuka kesempatan bagi anak-anak yang putus sekolah tapi
masih mau belajar untuk dididik disana. Itupun tidak setiap hari biasanya hanya
berlangsung 2 kali dalam 1 minggu. Namun melihat semangat dan antusias para
anak-anak polos ini dalam menntut ilmu merupakan sebuah panggilan semangat
tersendiri untuk terus berupaya mengajar dan menitipkan sebuah harapan mereka
akan keoptimisan meraih masa depan yang lebih baik kelak.
Sedangkan pengalaman saya ketika ke
Bandung, utamanya ke ITB ketika mengikuti sebuah ajang lomba kompetensi siswa
tingkat nasional sewaktu SMK Kelas 3 tahun 2012, saya melihat pemandangan yang
berbeda dari biasanya. Disana saya melihat ada sebuah harapan besar dari mata
para mahasiswa ITB akan semangat untuk melakukan perubahan kea rah yang lebih
maju lewat dunia pendidikan. Dan itulah salah satu alasan yang menjadi motivasi
saya untuk melanjutkan pendidikan dengan berupaya keras mencari beasiswa agar
meskipun saya berasal dari keluarga miskin yang serba terbatas namun tidak akan
sekali-kali aku menyerah pada cita-citaku. Dan Alhamdulillah saya mendapat
juara 3 LKS SMK Bidang Agronomi tingkat nasional. Akhirnya saya ketika diminta
mengisi acara motivasi di tingkat pendidikan SMP banyak hal inspirasi yang saya
sampaikan pada anak-anak dari pengalaman hidup saya. Bahwa keterbatasan
haruslah menjadi pemacu semangat perjuangan, dan asal kita berupaya
sungguh-sungguh maka insya Allah kita akan mendapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar