Selasa, 15 Maret 2016

MEMAKNAI CINTA



MEMAKNAI CINTA



Cinta  dalam  bahasa  Arab  disebut  Al-Mahabbah  yang  berarti  kasih  sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dari kehidupannya. Perasaan cinta itu biasanya mendorong seseorang untuk mencintai sesuatu yang dicintainya dengan penuh gairah, kasih sayang dan lembut. Seseorang yang sedang jatuh cinta biasanya akan dilanda perasaan tak menentu, gundah, takut, rindu, kagum, rela,berharap  dan pastinya selalu teringat-ingat yang dicintainya di setiap waktu bahkan tiap menit ataupun detikpun tak pernah terlepas dari bayang-bayangnya. Namun ternyata dalam realita kehidupan manusia teramat sering salah dalam mengartikan esensi dari cinta. Cinta yang harusnya dapat membawa berkah berubah jadi musibah manakala kita tidak paham akan tujuan kita mencintai sesuatu sesuai porsinya.
Seseorang yang sudah memproklamirkan diri bahwa tiada tuhan selain Allah seharusnya sudah berkomitmen menempatkan Allah sebagai kedudukan cinta tertinggi. Semua tanda-tanda cinta tersebut selayaknya diberikan kepada Allah. Termasuk selalu mengingatNYA di setiap hembusan nafas, rasa kagum terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, takut akan siksaNYA, menerima segala ketetapan yang telah digariskan, senantiasa mengharap ampunan dan ridho Allah dan bertasbih memuji namaNYA. Refleksi cinta adalah tunduk patuh, menurut,taat akan perintah Allah dan menjauhkan diri dari segala laranganNya termasuk sikap menjauhkan diri dari maksiat. Sebagai seorang mukmin sepantasnya kita tidak hanya mewujudkan rasa cinta kita kepada Allah sebagai ahli ibadah saja namun kita juga harus menegakkan kalimah Allah di setiap aspek kehidupan. Firman Allah :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yanag beriman amat sangat cintanya kepada Allah...” (QS.2:165)
Islam merupakan agama fitrah yang juga mengakui adanya fenomena cinta yang melekat sebagai fitrah manusia.Allah telah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya tentang prioritas dalam cinta. Prioritas cinta diklasifikasikan menjadi 3 yaitu prioritas tertinggi, menengah, dan terendah.
1.    Prioritas tertinggi
Cinta yang menduduki posisi ini adalah kecintaan kita sebagai manusia (Hamba Allah) untuk menomorsatukan cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, dan berjihad di jalanNya diatas rasa cinta terhadap siapapun dan apapun bahkan dirinya sendiri. Cinta pada Allah ini dapat ditumbuhkan dengan menumbuhkan kesadaran betapa kasah sayang Allah telah melingkupi tiap detik waktu di kehidupan kita sehingga akan menghasilkan refleksi menghambakan diri padaNya. Kemudian cinta kepada Rasulullah SWT berwujud sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat) terhadap perintah rasul, berendah hati, mendahulukan, melindungi dan kasih sayang kepada beliau. Contoh salah satu generasi sahabat ini adalah mahabbaturrasul yang mewarnai hati Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Yang membuatnya mendahulukan, melindungi dan tak membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya, walaupun harus menahan sakit kakinya karena tersengat kalajengking hingga mengucurkan darah (peristiwa Hijrah). Jihad di jalan Allah juga merupakan suatu kewajiban untuk menegakkan dien panji islam di muka bumi ini.
2.    Prioritas menengah
Cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Perasaan cinta ini biasanya timbul akibat adanya sesuatu yang mengikat seperti pertalian aqidah, kekeluargaan, persahabatan, atau hubungan kekerabatan.
3.    Prioritas terendah
Cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan jihad fisabilillah. Cinta yang seperti ini biasanya akan mendatangkan ketidakberkahan dalam hidup dan bencana akibat dilandasi dengan hawa nafsu belaka. Sesungguhnya mencintai keluarga, kerabat, harta benda itu merupakan fitrah manusia. Namun hal ini akan jadi bencana manakala seseorang tak mampu menempatkan rasa cinta tersebut sesuai pada porsinya. Termasuk dalam kategori cinta terendah ini adalah mencintai sesuatu selain Allah sehingga menyekutukanNya, mencintai musuh-musuh Allah padahal Allah telah memperingatkan kita dalam QS. Al-Mumtahanah (60):1. Cinta berdasarkan hawa nafsu sebagaimana cintanya Zulaikha istri Al Azis kepada Nabi Yusuf as.
Tak diragukan lagi bahwa jika para pemuda Islam, kapan dan di mana saja, lebih mengutamakan cintanya kepada Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka di muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar