PENDAPAT :
Pendidikan Indonesia dalam pandangan
saya jika dilihat dari tahun ke tahun semakin berkembang. Dilihat dari jumlah
populasi yang kian bertambah ini adalah sebuah peluang, dimana Indonesia dengan
jumlah penduduk pemuda menempati persentase terbanyak menjadi Bonus Demography. Akan tetapi apabila
peluang ini tidak mampu diberdayakan dengan baik salah satunya lewat jalur
pendidikan maka bukan tidak mungkin ini akan menjadi bencana demography bagi Indonesia. Semakin banyaknya jumlah anak
yang masuk ke bangku pendidikan baik dari strata TK samapai Perguruan tinggi
menandakan bahwa ini salah satu indicator bahwa tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya pendidikan semakin bertambah.
Akan tetapi, salah satu hal yang
amat disayangkan adalah terjadi gap
atau kesenjangan pendidikan antar berbagai wilayah. Misal daerah DKI Jakarta
memiliki kualifikasi sekolah standar internasional, standar nasional dan
berbagai akreditasi menunjang lainnya, disertai ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai dalam mendukung proses belajar mengajar sebagai salah
satu wahana dalam mengembangkan bakat kreativitas dan inovasi para siswanya
sedang di beberapa bahkan hampir mayoritas sekolah di daerah pelosok negeri ini
kondisi Sarana sekolahpun sudah tak layak, apalagi menyediakan fasilitas
pendukung yang memadai. Selain itu di daerah Jawa biasanya tiap kecamatan
minimal ada 1 sekolah baik tingkat TK-SMA, sayangnya di daerah luar jaw asana
ternyata ketika para anak-anak bangsa yang menjadi harapan masa depan negeri
ini bahkan harus rela berjalan kaki puluhan kilometer jaraknya, belum lagi
apabila datang musim hujan mereka harus lela berenang diantara sungai-sungai
yang memisahkan daerah asal mereka dengan sekolah yang akan mereka tuju hingga
basah kuyup.
Disisi lain ternyata Masih banyaknya
pandangan masyarakat yang primitive akan arti penting sebuah pendidikan. Pernah
saya mendengar sebuah pengalaman dari seorang senior saya bernama Kunto
Nurcahyoko bahwa di daerah pedalaman perbatasan Kalimantan barat dengan Malaysia
tempat dimana beliau mengabdi di bidang pendidikan, masyarakat sana memiliki
mindset bahwa” sekolah tak sekolah sama-sama semangkuk” artinya adalah baik
dengan sekolah maupun tidak, tak aka nada perubahan yang berarti dalam hidup
seseorang. Mereka tetap harus berusaha dan bekerja mencari makan untuk bertahan
hidup dan mencari obat ketika sakit. Oleh karena itu dibanding membuang- buang
waktu untuk sekolah lebih baik bekerja mencari uang.
Akses ke pendidikan juga lumayan
susah bagi sebagian besar orang. Untuk kebutuhan makan sehari-hari saja susah
apalagi untuk melanjutkan pendidikan. Bagi sebagian besar orang memilih untuk
terus menuntaskan pendidikan sampai jenjang tinggi adalah hal yang butuh
perjuangan besar. Meskipun pemerintah memiliki program Wajib Belajar 9 Tahun,
nyatanya juga banyak anak usia sekolah yang tidak sanggup menyelesaikan
pendidikan sampai jenjang SMP bahkan ada pula yang harus putus sekolahnya di
tingkat SD. Meskipun uang SPP mendapat bantuan dari pihak pemerintah, nyatanya
pihak sekolah tetap membankan uang pembangunan yang tidak sedikit jumlahnya
uang seragam, buku-buku pelajaran, tabungan dll yang pastinya mau atau tidak
mau orang tua harus tetap mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan
tersebut. Karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan dan lebih mementingkan
untuk membantu orang tua tak jarang anak-anak rela bekerja, berjualan, atau
mengamen agar tetap bisa meraih sesuap nasi dan meninggalkan bangku pendidikan.
Salah satunya di Yogyakarta yang katanya dikenal sebagai kota pelajar, nyatanya
masih banyak anak yang tidak berkesempatn melanjutkan pendidikan ke tingkat
SMP, SMA apalagi perguruan tinggi.
Harapan terbesar saya dalam bidang
pendidikan adalah saya ingin agar negeri Indonesia tercinta ini menjadikan
peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi agenda utama pembangunan,
karena salah satu hal yang mendukung adanya perkembangan bidang pendidikan
adalah adanya kebijakan yang available dan
menjadi support system bagi
pendayagunaan akses pendidikan yang mudah bagi warga masyarakat. Majunya Pendidikan adalah cerminan kemajuan
sebuah bangsa, begitupun mundurnya pendidikan akan menjerumuskan sebuah bangsa
pada lubang kebodohan dan kemiskinan.
Saya ingin agar seluruh masyarakat
Indonesia memiliki paradigm bahwa pendidikan adalah kunci utaa dalam
peningkatan kualitas hidup mereka. Saya menekankan paradigma terlebih dahulu
karena paradigm seseorang akan sangat mempengaruhi pilihan hidup yang akan
mereka pilih. Jika mereka menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama maka
apapun kesulitan, tantangan, dan beban yang harus dijalani maka niscaya
masyarakat akan tetap bersemangat dalam menggapai impian lewat jalur pendidikan
tersebut.
Salah satu kunci negara maju adalah
mengalokasikan dana yang lebih besar pada proyek pembangunan SDM. Salah satunya
di Singapura mengalokasikan minimal Rp 4 trilyun per tahun dari anggaran negara
dialokasikan guna pendidikan. Makanya mereka sangat gencar dengan program
Singapura Education Service Centre (SESC). Harapannya adalah Indonesia
setidaknya mencontoh kebijakan positif negara-negara maju untuk diterapkan
disini. Semoga kelak minimal sudah ada program wajib belajar 9 tahun yang
benar-benar gratis terutama bagi warga yang benar-benar membutuhkan.
Minimal kelak satu desa ada 1 instansi pendidikan tingkat TK (taman kanak-kanak), SD (sekolah Dasar), dan SMP
(Sekolah Menengah Pertama) dan setidaknya ada 1 SMK/SMA/MA tiap kecamatan.
Kemudahan dalam jarak terutama untuk daerah-daerah terpencil sangat menjadi
tumpuan harapan mengingat jarak yang terlalu jauh ditambah tidak adanya
fasilitas transportasi yang memadai dan iklim yang tidak menentu menjadi
hambatan tersendiri bagi mereka-mereka yang kini membutuhkan uluran tangan
hangat kita.
Pembangunan infrastruktur seperti
jalan dan gedung-gedung sekolah beserta perbaikan fasilitas yang mendukung
sangatlah prestisius. Setidaknya di era globalisasi ini sudah tidak ada lagi
generasi yang tidak melek teknologi, buta huruf dan angka. Salah satunya adalah
dengan tersedianya fasilitas berupa komputer-komputer dan internet untuk wahana
latihan siswa di pelosok negeri, agar pengembangan wawasan dan ilmu mereka
semakin bertambah. Tidak seperti katak dalam tempurung, namun mereka mampu
mengubah dunia dengan keilmuan yang mereka miliki. Sehingga tidak ada alasan
karena tidak berpendidikan lantas mereka menjadi tukang sapu, tukang parker,
penarik becak, ojek, atau pembantu rumah tangga dsb. Bukan karena pekerjaan tersebut tidak mulia, akan tetapi agar para
generasi muda ini kelak menjadi sosok yang mampu berkontribusi bagi negeri ini
dalam memainkan peran yang lebih besar dalam perkembangan zaman.
Saya juga bermimpi agar kelak di
negeri ini tercipta minimal satu orang per pelosok desa yang mampu melanjutkan
pendidikan ke luar negeri, sebagai salah satu inspirasi bagi masyarakat agar
mereka semakin terpacu dalam meraih sebuah impian. Agar mereka belajar bahwa KETERBATASAN BUKANLAH SUATU ALASAN,
KELEMAHAN BUKANLAH PENGHALANG, DAN IMPIAN HARUS TERUS DIPERJUANGKAN. Semoga
kelak akan tercetak para pemimpin muda Indonesia dari berbagai pelososk
nusantara yang menjadi promotor kebangkitan Indonesia. Tercipta para dokter,
wirausahawan, politisi, pakar hukum, petani, peternak, sastrawan, ahli
teknologi, pejabat negara maupun daerah, peneliti muda dan sebagainya yang
handal, kompeten, hebat, dan memiliki dedikasi yang tinggi bagi Indonesia
tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar