Selasa, 15 Maret 2016

KETERBATASAN BUKANLAH HALANGAN



PENDAPAT DAN IMPIANKU TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA :




PENDAPAT :
Pendidikan Indonesia dalam pandangan saya jika dilihat dari tahun ke tahun semakin berkembang. Dilihat dari jumlah populasi yang kian bertambah ini adalah sebuah peluang, dimana Indonesia dengan jumlah penduduk pemuda menempati persentase terbanyak menjadi Bonus Demography. Akan tetapi apabila peluang ini tidak mampu diberdayakan dengan baik salah satunya lewat jalur pendidikan maka bukan tidak mungkin ini akan menjadi bencana demography bagi Indonesia. Semakin banyaknya jumlah anak yang masuk ke bangku pendidikan baik dari strata TK samapai Perguruan tinggi menandakan bahwa ini salah satu indicator bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin bertambah.

Akan tetapi, salah satu hal yang amat disayangkan adalah terjadi gap atau kesenjangan pendidikan antar berbagai wilayah. Misal daerah DKI Jakarta memiliki kualifikasi sekolah standar internasional, standar nasional dan berbagai akreditasi menunjang lainnya, disertai ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam mendukung proses belajar mengajar sebagai salah satu wahana dalam mengembangkan bakat kreativitas dan inovasi para siswanya sedang di beberapa bahkan hampir mayoritas sekolah di daerah pelosok negeri ini kondisi Sarana sekolahpun sudah tak layak, apalagi menyediakan fasilitas pendukung yang memadai. Selain itu di daerah Jawa biasanya tiap kecamatan minimal ada 1 sekolah baik tingkat TK-SMA, sayangnya di daerah luar jaw asana ternyata ketika para anak-anak bangsa yang menjadi harapan masa depan negeri ini bahkan harus rela berjalan kaki puluhan kilometer jaraknya, belum lagi apabila datang musim hujan mereka harus lela berenang diantara sungai-sungai yang memisahkan daerah asal mereka dengan sekolah yang akan mereka tuju hingga basah kuyup.

Disisi lain ternyata Masih banyaknya pandangan masyarakat yang primitive akan arti penting sebuah pendidikan. Pernah saya mendengar sebuah pengalaman dari seorang senior saya bernama Kunto Nurcahyoko bahwa di daerah pedalaman perbatasan Kalimantan barat dengan Malaysia tempat dimana beliau mengabdi di bidang pendidikan, masyarakat sana memiliki mindset bahwa” sekolah tak sekolah sama-sama semangkuk” artinya adalah baik dengan sekolah maupun tidak, tak aka nada perubahan yang berarti dalam hidup seseorang. Mereka tetap harus berusaha dan bekerja mencari makan untuk bertahan hidup dan mencari obat ketika sakit. Oleh karena itu dibanding membuang- buang waktu untuk sekolah lebih baik bekerja mencari uang.

Akses ke pendidikan juga lumayan susah bagi sebagian besar orang. Untuk kebutuhan makan sehari-hari saja susah apalagi untuk melanjutkan pendidikan. Bagi sebagian besar orang memilih untuk terus menuntaskan pendidikan sampai jenjang tinggi adalah hal yang butuh perjuangan besar. Meskipun pemerintah memiliki program Wajib Belajar 9 Tahun, nyatanya juga banyak anak usia sekolah yang tidak sanggup menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMP bahkan ada pula yang harus putus sekolahnya di tingkat SD. Meskipun uang SPP mendapat bantuan dari pihak pemerintah, nyatanya pihak sekolah tetap membankan uang pembangunan yang tidak sedikit jumlahnya uang seragam, buku-buku pelajaran, tabungan dll yang pastinya mau atau tidak mau orang tua harus tetap mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan tersebut. Karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan dan lebih mementingkan untuk membantu orang tua tak jarang anak-anak rela bekerja, berjualan, atau mengamen agar tetap bisa meraih sesuap nasi dan meninggalkan bangku pendidikan. Salah satunya di Yogyakarta yang katanya dikenal sebagai kota pelajar, nyatanya masih banyak anak yang tidak berkesempatn melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, SMA apalagi perguruan tinggi.



IMPIAN :


Harapan terbesar saya dalam bidang pendidikan adalah saya ingin agar negeri Indonesia tercinta ini menjadikan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi agenda utama pembangunan, karena salah satu hal yang mendukung adanya perkembangan bidang pendidikan adalah adanya kebijakan yang available dan menjadi support system bagi pendayagunaan akses pendidikan yang mudah bagi warga masyarakat. Majunya Pendidikan adalah cerminan kemajuan sebuah bangsa, begitupun mundurnya pendidikan akan menjerumuskan sebuah bangsa pada lubang kebodohan dan kemiskinan.

Saya ingin agar seluruh masyarakat Indonesia memiliki paradigm bahwa pendidikan adalah kunci utaa dalam peningkatan kualitas hidup mereka. Saya menekankan paradigma terlebih dahulu karena paradigm seseorang akan sangat mempengaruhi pilihan hidup yang akan mereka pilih. Jika mereka menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama maka apapun kesulitan, tantangan, dan beban yang harus dijalani maka niscaya masyarakat akan tetap bersemangat dalam menggapai impian lewat jalur pendidikan tersebut.

Salah satu kunci negara maju adalah mengalokasikan dana yang lebih besar pada proyek pembangunan SDM. Salah satunya di Singapura mengalokasikan minimal Rp 4 trilyun per tahun dari anggaran negara dialokasikan guna pendidikan. Makanya mereka sangat gencar dengan program Singapura Education Service Centre (SESC). Harapannya adalah Indonesia setidaknya mencontoh kebijakan positif negara-negara maju untuk diterapkan disini. Semoga kelak minimal sudah ada program wajib belajar 9 tahun yang benar-benar gratis terutama bagi warga yang benar-benar membutuhkan.

Minimal kelak satu desa ada 1 instansi pendidikan tingkat TK (taman kanak-kanak), SD (sekolah Dasar), dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan setidaknya ada 1 SMK/SMA/MA tiap kecamatan. Kemudahan dalam jarak terutama untuk daerah-daerah terpencil sangat menjadi tumpuan harapan mengingat jarak yang terlalu jauh ditambah tidak adanya fasilitas transportasi yang memadai dan iklim yang tidak menentu menjadi hambatan tersendiri bagi mereka-mereka yang kini membutuhkan uluran tangan hangat kita.

Pembangunan infrastruktur seperti jalan dan gedung-gedung sekolah beserta perbaikan fasilitas yang mendukung sangatlah prestisius. Setidaknya di era globalisasi ini sudah tidak ada lagi generasi yang tidak melek teknologi, buta huruf dan angka. Salah satunya adalah dengan tersedianya fasilitas berupa komputer-komputer dan internet untuk wahana latihan siswa di pelosok negeri, agar pengembangan wawasan dan ilmu mereka semakin bertambah. Tidak seperti katak dalam tempurung, namun mereka mampu mengubah dunia dengan keilmuan yang mereka miliki. Sehingga tidak ada alasan karena tidak berpendidikan lantas mereka menjadi tukang sapu, tukang parker, penarik becak, ojek, atau pembantu rumah tangga dsb. Bukan karena pekerjaan tersebut tidak mulia, akan tetapi agar para generasi muda ini kelak menjadi sosok yang mampu berkontribusi bagi negeri ini dalam memainkan peran yang lebih besar dalam perkembangan zaman.

Saya juga bermimpi agar kelak di negeri ini tercipta minimal satu orang per pelosok desa yang mampu melanjutkan pendidikan ke luar negeri, sebagai salah satu inspirasi bagi masyarakat agar mereka semakin terpacu dalam meraih sebuah impian. Agar mereka belajar bahwa KETERBATASAN BUKANLAH SUATU ALASAN, KELEMAHAN BUKANLAH PENGHALANG, DAN IMPIAN HARUS TERUS DIPERJUANGKAN. Semoga kelak akan tercetak para pemimpin muda Indonesia dari berbagai pelososk nusantara yang menjadi promotor kebangkitan Indonesia. Tercipta para dokter, wirausahawan, politisi, pakar hukum, petani, peternak, sastrawan, ahli teknologi, pejabat negara maupun daerah, peneliti muda dan sebagainya yang handal, kompeten, hebat, dan memiliki dedikasi yang tinggi bagi Indonesia tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar