Kamis, 12 April 2018

Catatan Perjalanan


Menikah


Kini rindu itu telah menemukan pemiliknya. Kepada siapa harus berandar. Dengan landasan apa ia harus menguatkan janji yang telah terikrarkan. Dan kemana pertemuan ini harus bermuara.
(Tantri Ay Nahra)

Ada kutipan sajak dari seorang penulis populer, Tere Liye yang berbunyi kurang lebih seperti ini :
Jadilah orang-orang yang ketika tiba waktunya, bisa mengatakan:
“Aku mencintaimu bahkan sebelum kita bertemu”. Dan kita menerima jawabannya, “Aku bertahun-tahun mencarimu bahkan sebelum aku tahu apa yang kucari”.
Dan semua orang mengucapkan selamat berbahagia, menempuh hidup baru, semoga langgeng sampai aki-nini.

Sajak tersebut agaknya tepat untuk mewakili apa yang terjadi antara aku dan kamu. Iyaaa kamu........... suamiku. Namamu yang selama ini tak pernah terdengar dalam benaku. Dirimu yang tak pernah ku tahu.  Kehidupanmu yang tak pernah bersinggungan sama sekali dengan kehidupanku. Saat Tiba Waktunya. Diperkenankan Duduk Bersanding Bersama
. Daannnnnnn seketika semuanya melebur. Menjadi satu. Saling berpadu. Dan orang-orang seolah ikut merasakan kala haru dan bahagia berpadu. Meski kala itu, hati mulai berdebar tak menentu. Wajah pun  tersipu malu. Bahkan untuk saling  menatap bola mata saja rasanya tak mampu.

Kala itu, sebuah tempat suci nan agung sebagai simbol sebuah peradaban menjadi permulaan dari rahasia takdirNya. Masmuja (Masjid Mujahidin) menjadi saksi awal kita jumpa. Sebuah fenomena yang unik sekaligus konyol. Iyaaa,,,,,,,,tersebab tragedi pencarian sandal jepit kala itu membuatku harus bertatap muka dengamu untuk pertama kalinya.

Dan waktu terus mengalir begitu cepatnya. Bulan demi bulan agaknya berlalu begitu cepat. Semua berjalan sebagimana biasanya, tanpa terfikir apapun tentangmu. Rutinitas harian dengan seabrek agenda menjadi kesibukan yang mewarnai hari-hariku. Hingga tiba waktunya, takdir itu “meminta” untuk menentukan pilihan. Ditengah kebimbangan dan kegamangan yang ada. Kupasrahkan semua pada sang Maha Penggenggam Hati. Hingga akhirnya Dialah yang membimbing untuk memilih pada sebaik-baik keputusan.

“Keputusan yang mendatangkan penyesalan adalah manakala kita menolak tawaran kebaikan yang datang dari seorang laki-laki sholih yang ingin menjaga kemuliaan agamanya dengan jalan menikahi kita. Sementara kita sesungguhnya ridha pada agama dan akhlaknya. Maka, tunggulah datangnya fitnah di muka bumi ini.”

Menikah di tahun 2017 adalah sebuah resolusi yang tak pernah ada dalam benaku. Bayang-bayang yang mendominasi saat itu adalah tekad yang kuat untuk melanjutkan jejak-jejak studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun kala Allah memberikan tawaran kebaikanYA, istikharah-lah yang jadi jawab atas segala tanda tanya.

Aku mulai berfikir bahwa kita tak pernah tahu apa skenario indah yang dipersiapkan Allah SWT untuk kita. Bisa jadi apa yang terbaik dalam pandangan kita belum tentu merupakan hal terbaik dalam pandangan Allah. Oleh karenanya, dalam sujud panjang di penghujung malam itu, tiada hentinya ku pasrahkan apapun hanya padaNya. Ku pinta agar Allah membimbing semuanya. Semoga apa yang menjadi keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk masa depan dunia dan akhirat.

Tak butuh waktu lama untuk mengenalmu. Perkenalan singkat (taaruf) dibersamai ustad/ah yang memahami kondisi kita dan ilmu agama menjadi mediatornya.  Kefaqihan akan ilmu agama, pembawaan yang sederhana dan ghadul bashar, serta kemuliaan akhlak yang terpancar agaknya menjadi alasan pendorong yang kuat. Tiada hal lain yang diandalkan selain petunjuk dariNya yang meneguhkan hati ini untuk memilihmu. Yahh meski hanya singkat. kurang dari 3 bulan saja, Bismillah,,,,, menikah.

Jatuh cinta itu bukanlah syarat sebuah pernikahan. Ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa menikah dengan orang yang dicintai adalah sebuah pilihan. Namun mencintai orang yang kita nikahi adalah sebuah kewajiban. Dan sebaik-baik pernikahan adalah yang dibangun atas landasan karena agamanya. Maka denganya dan bersamanya engkau akan beruntung dan bahagia.

Menikah adalah sebuah Megaproyek peradaban. Darinya kita akan membangun cinta menuju pada janahNya. Maka pastikan sedari awal proses yang kita lalui tidak bermula kecuali dengan jalur yang baik-baik saja. Karena Pernikahan adalah bentuk penghambaan. Pernikahan adalah konsep penyempurnaan agama. Pernikahan adalah sunah yang dicintai Rasul Kita. Pernikahan adalah ibadah yang lamanya sepanjang masa. Maka semoga menyatunya aku dengan kamu menjadi kita merupakan bentuk pertautan yang akan bermuara pada ridhoNya.

Bawen, 5 Rabi'ul Akhir 1439 H/ 23 Desember 2017
Regards, Tantri & Betano



Tidak ada komentar:

Posting Komentar