Minggu, 17 Juli 2016

masih adakah pintu maaf dihatimu?

MASIH ADAKAH PINTU MAAF DIHATIMU?



Apa kabar sahabatku? Masihkah iman kuat menancap dalam qolbu?, akankah aroma-aroma kebaikan menghiasi hari hari indahmu?, akankah semangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan menggelora? Sudahkah engkau meminta maaf atas kesalahanmu terhadap orang lain atau memaafkan kesalahan orang lain yang telah melukai hatimu tidak peduli seberapa hebat rasa sakit yang engkau rasakan?

Manusia yang hidup pastilah pernah merasakan rasa sakit baik menyakiti ataupun tersakiti. Benarkan ????. bahkan ada insan manusia yang tadinya adalah sahabat yang paling akrab disetiap harinya hingga bertahun-tahun, ketika ada salah satu diantara mereka tersakiti,dan sulit untuk memaafkan yang bersangkutan, tak jarang perpecahan terjadi diantara mereka.

Saya ambil sebuah kisah nyata yang penulis ambil dari acara talkshow berjudul Tak Ada Maaf Bagimu di sebuah stasiun TV. Disana kebetulan ada seorang audience yang berkonsultasi kepada sang narasumber terkait dengan kejadian yang ia alami dalam hidupnya. Contoh misal ada dua sahabat, sebut saja mereka si “A” dan si “B” yang dahulunya berteman sangat akrab sejak SMP hingga mereka kuliah, bahkan saking akrabnya hingga memasuki dunia kerja, mereka tetap terlihat sangat kompak. Kepercayaanpun sudah terbangun satu sama lain. Suatu ketika munculah ide untuk merintis usaha bersama. Waktu terus berjalan hingga berbulan-bulan, dan usaha yang digelutipun menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Sampai tiba suatu masa dimana yang namanya sunatullah kemajuan dan kemunduran itu menyapa, usaha tersebut dilanda krisis. Saat-saat genting seperti ini, teman yang sangat ia percaya, menikam dari belakang. Si B dengan merasa tak berdosa, mengambil seluruh asset dan uang dari hasil usaha yang dirintis bersama si A. dan setelah itu si B hilang entah kemana, sejak saat itu si A merasa sangat kecewa terhadap si B hingga ia mengatakan bahwa ia punya seribu alasan untuk tidak memaafkan si B.

Dari sepenggal kisah diatas kalau kita teropong lebih jauh, maka kita akan sampai pada sebuah benang simpul bahwa semua itu melibatkan ranah yang namanya perasaan. Yaaaaa benar, semua karna ketika masuk ke ranah hati, akan susah untuk dikembalikan ulang. Maka benarlah kata sebuah pepatah bahwasanya “paku yang sudah menancap pada sebuah papan ataupun tembok, meski mampu untuk dicabut,namun  tetap saja kan meninggalkan bekas berupa lubang yang tak mampu kembali seperti sedia kala.”

Memaafkan memang tak selalu mudah. Dan itu adalah normal. Yang tidak normal adalah saat kita membiarkan perasaan dendam membabi buta. Banyak orang yang sampai mati pun memendam dendam kesumat yang tak berkesudahan atas kesalahan yang orang lain lakukan terlebih orang-orang terdekat, sahabat yang telah lama dipercaya. Bagai membawa bara api yang akan terus berkobar hingga tak sadar, bara itupun juga akan membakar dirinya sendiri. Ada seorang tokoh dunia yang mengatakan bahwa memaafkan adalah atribut orang-orang besar” [1]. Maka hanya orang-orang besarlah yang memilih untuk memberi maaf dari pada menyimpan rasa sakit hati dan dendam yang merajalela.

Dalam ajaran islam, ada surat-surat cinta dari sang pemberi cinta. Bahwasanya Allah SWT dalam banyak kutipan kalamNYA memerintahkan untuk memberikan maaf, bukan sekedar meminta maaf. Karena sesungguhnya orang itu akan lebih susah untuk memaafkan daripada sekedar minta maaf, oleh karenanya memaafkan memiliki keutaam yang sangat besar. Dia mengajarkan kepada pemeluknya untuk belajar meraih keutamaan-keutamaan yang dijanjikanNYA. Allah swt berfirman :
“…… dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya) maka pahala baginya disisi Allah. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang dzolim”[2].

Dalam hadist, banyak juga riwayat yang menunjukkan betapa banyak keutamaan sebuah kata yakni memaafkan.Rasulullah SAW bersabda : “jika rasa marah telah menyesakkanmu, maka hilangkanlah dengan memberi maaf. Sesungguhnya di hari kiamat nanti aka nada suara yang memanggil : berdirilah, siapa yang memiliki pahala disisi Allah! Tidak ada seorangpun yang berdiri, kecuali orang-orang pemaaf. Tidakkah kamu mendengar firman Allah SWT : “siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubunganya) maka pahala baginya disisi Allah”[3].

Sosok rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam hal memaafkan. Terbukti kalau kita belajar perjuangan beliau dalam menegakkan islam (Baca: Sirah Nabawiyah) akan kau dapati akhlakul karimah dalam setiap perkara. Bagi para pembaca budiman, pastilah pernah mendengarnya. Kisah tentang seorang pengemis Yahudi yang sangat membensi Rasulullah SAW. Dikisahkan bahwa pengemis yahudi yang tua renta dan buta tadi setiap harinya duduk di sebuah sudut pasar. Di setiap harinya sang pengemis tua selalu mengumpat dan memaki-maki Rasulullah dengan kata-kata yang kotor dan sumpah serapah. Namun, setiap hari pula Rasulullah SAW datang untuk memberikan sedekah dan makanan kepadanya. Bahkan beliau mengunyahkan makanan yang akan diberikan tadi hingga teksturnya menjadi lembut dan bisa dicerna sang pengemis tua yang kesulitan menelan makanan. Rasulullah sangat setia mendengarkan setiap cerita dari pengemis yahudi tadi yang mengolok-olok beliau dengan senyuman, tanpa menyangkal sedikitpun. Pengemis tua tadi tidak tahu kalau selama ini yang menyuapinya adalah Rasulullah Muhamad SAW, orang yang selama ini selalu ia maki-maki. Hingga tiba suatu masa dimana Rasulullah SAW wafat, dan kegiatan memberi makan sang pengemis tua tadi digantikan oleh Abu Bakar Ash Shidiq. Dan seperti biasa, sang pengemis masih saja mengumpat rasulullah hingga membuat hati Abu Bakar geram dan menyuapinya dengan sedikit kesal. Hal itu menyadarkan sang pengemis buta bahwa orang (Abu Bakar) yang datang sekarang bukanlah orang yang biasa datang sebelumnya (Rasulullah). Abu bakarpun menceritakan bahwa orang  yang selama ini menyuapi dia setiap hari dan selalu ia olok-olok dengan kata-kata kotor adalah Muhammad SAW. Akhirnya pecah tangis sang pengemis tua yahudi nan buta tadi, begitu menyesal atas apa yang ia perbuat. Dan akhirnya atas kemuliaan dan kelembutan hati sang rasul yang selama ini telah diberikan padanya, ia akhirnya masuk islam. Allahuakbar…….

Nah, dari kisah inspiratif tersebut kita belajar bahwa rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk membalas keburukan dengan kebaikan. Menanggapi umpatan dengan amalan-amalan penuh cinta, selalu berinisiatif untuk memberi maaf bahkan meski sang pembuat salah belum meminta maaf kepada kita. Waahhhhhh luar biasa sekali akhlak dan perbuatan sang sosok panutan yang memberi rahmat bagi seluruh alam ini yaahhhh…… jadi, mulai dari sekarang yuk belajar untuk saling memaafkan………^_^

Referensi :
[1] Untaian nasihat Mahatma Gandi
[2] QS. Asy Syura:40

[3] A’lamuddin hal.337

Tidak ada komentar:

Posting Komentar