Senin, 18 Juli 2016

Sudut Desa 7 Warna (Inspired a harmony from our KKN’s story)

Sudut Desa 7 Warna
(Inspired a harmony from our KKN’s story)



Gemerincing air begitu meneduhkan pandangan, menentramkan hati. Burung-burung berterbangan dengan cerianya kesana-kemari seolah ikut bermain menikmati panorama pagi hingga hari-hari di sebuah sudut desa. Pemdangan yang masih sangat hijau beserta jalan setapak cukup masyur untuk menyambut betapa asrinya keteduhan disana. Lahan hijau membentang luas bak permadani nan subur yang menjadi sumber-sumber penghidupan insan nan arif.

Sekilas begitulah sedikit panorama yang tergambar di sebuah desa yang sangat terkenang dalam hati penulis. Sebenarnya penulis bukanlah sosok melankolis yang pandai merangkai kata-kata akan bahasa puitisnya, heheeh. Maklumlah kalaupun menulis, ini juga karena masih penulis hijau (red-pemula). Ada kisah-kisah super inspiratif yang mau saya share lewat tulisan ini. Betapa indah memeluk mesra sebuah desa yang pernah menjadi tempat pijakan kaki kami ber 7 mengukir perjuangan bersama dan meretas episode-episode unik (Tantri (penulis), Fela, Edi , Arka, ispri, abdan dan fitno) selama 1 bulan lamanya. Yah kami adalah kawan satu team yang terbilang sangat kompak sedari awal bahkan sampai sekarang,,,, hahaha.


Kisah ini bermula saat saya dan kawan-kawan menjalankan sebuah misi  rutin kampus  yang biasa dijalani oleh mahasiswa tingkat akhir (semester 7) yaitu KKN (Kuliah Kerja Nyata). Disini kami dididik untuk mengaplikasikan apa yang kami dapat di perkuliahan. Utamanya di bidang pertanian, teknologi pangan, dan peternakan yang menjadi disiplin ilmu kami ber-7. Disamping itu, juga merupakan ajang bagi universitas untuk mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi :
1.     Pendidikan
2.     Penelitian
3.     Pengabdian

Kkn merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk melaksanakan Tri Dharma yang ke tiga yakni pengabdian. Sebagai mahasiswa yang memang bisa terbilang cukup idealis, awalnya ada beberapa kekhawatiran yang melanda diantaranya  akankah program yang dibawa relevan dan benar-benar dibutuhkan di lokasi KKN, pembiayaan yang efektif dan efisien, manajemen konflik, kerja sama tim yang solid, penerimaan masyarakat terhadap kami akan seperti apa itu, ohhh rasanya kalau membayangkan kehidupan masyarakat perkotaan sekarang yang cenderung hedonis dan apatis seolah membuat kami dihantui momok di siang bolong,, hiihihi (lebay dikit).

Hari pertama rombongan mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta, almamater tercinta dilepas oleh pihak kampus di hadapan para pegawai kantor kelurahan Desa Banyusidi. Ada sambutan dari pak lurah beserta wejangan terkait adab bermasyarakat disana. Disela-sela sambutan ada kejadian lucu. Dimana salah satu rekan saya bernama Fitno dari NTT datang terlambat dan dikerjai oleh teman-teman bahwa ia diminta maju kedepan. Alhasil ia pun maju dan senyam-senyum polos karna tersipu malu. Sontak gelegar tawa kami pun langsung menggema di ruangan itu. Haahhaha. Padahal ia tidak disuruh maju, hanya karna keusilan dan kejahilan kami saja yang kemudian berupaya menciptakan suasana gokil. Menyuruh ia maju ke depan dengan dalih atas perintah dari dosen. Hhiihihhi. Pelepasan selesai dan kami siap diangkut menggunakan mobil ELF kampus ke lokasi tujuan KKN masing-masing.

Lokasi KKN kami terletak desa Banyusidi, kecamatan pakis, kabupaten magelang, jawa tengah. Lokasi KKN menyebar per Dusun. Tepatnya juga di sekitar kaki gunung mebabu, jadi tidaklah heran kalau lokasinya sangat dingin dan membuat kami yang terbiasa hidup di Yogya dengan cuaca yang panas harus menyesuaikan diri selama beberapa hari disana. Bahkan penulis pribadi sempat kehilangan suara merdunya hingga 6 hari lamanya, karna berubah jadi suara yang serak-serak parau.heehe. Ada setidaknya 10 Dusun yang menjadi lokasi mengabdi yaitu : Babadan, Banyunganti, Ngadirojo, Sibantheng, Sikendil, Ngepoh Lor, Nglarangan, Ngelo dan 2 lainnya penulis lupa ^_^). Alhasil kelompok kami mendapatkan desa yang luar biasa arifnya yaitu BABADAN Tercinta ^_^. Sebuah desa yang terbilang masih cukup kecil karna hanya terdiri dari 75 KK dan diapit oleh hutan-hutan dan perbukitan. Yuhuuuu let’s grab it fast.

Sampai di lokasi kami masih malu-malu, langsung diungsikan di rumah Yuli (saudara pak kadus Waluyo) terlebih dahulu. Karena saat ini dari hari senin sampai kamis pak kadus Babadan sedang melangsungkan pesta pernikahan besar-bersaran. Waaaaaa….. baru juga sampai dan meletakkan tas, kami tidak menyangka langsung diserbu rombongan anak-anak kecil yang sangat lucu. Mereka langsung mengakrabi kami seolah sudah kenal lama. Dan langsung mengalir saja sontak tangan kami digeret kesana-kemari oleh para jagoan-jagoan kecil itu yang diantaranya bernama Risyad, Joko, Diana, Yapu, Rizki, Barno, Julie, Bibit, Novi,  dll. Ahahhaha. Bahkan mereka saling berebut untuk mengajak kami jalan-jalan berkeliling sekitar dusun. Yaaahhhh begitu menggemaskan. Saking akrabnya hingga ada beberapa rekan saya bernama Arka Dan Fitno sedikit terguncang batinya (red-melebay’kan) karena teriakan dan tarikan anak-anak yang minta digendong. Hihihi.

Baru sehari disana bahkan kami langsung disuguh dengan hidangan yang terbilang cukup mewah, maklumlah sedang berlangsung sebuah prosesi pesta pernikahan. Ada semur ayam, daging sapi serondeng, sambal goreng, tempe, tahu, telur bacem wahhhh banyak deh sampai kami bingung mau ngambil yang mana. Kami merasa waaahhh bakal gendut ini. Seminggu awal kami tidak melaksanakan proker yang menjurus ke kompetensi keahlian kami. Eitssss tapi jangan salah, kami punya proker yang tak kalah penting yakni PDKT ke warga,,, yeyeyeeyeye ceileh kaya mau ta’aruf aja. Uupssss….


Kami merasa sangat bangga sekali dengan warga disana saat melakukan awal-awal perkenalan dan langsung nimbrung ke warga, mereka sangat antusias dengan kedatangan kami, seolah kami benar-benar dianggap bagai anak sendiri oleh kaum ibu-ibu, bapak-bapak, seperti kakak oleh anak-anak kecil dan bak sahabat oleh pemuda disana. Hal sederhana yang kami lakukan adalah membantu menyiapkan hidangan untuk tamu undangan, membungkusi makanan sambil bercengkerama dengan ibu-ibu, menyiapkan minuman, mencuci piring, memotong-motong kue, menjaga dan menerima kado pernikahan (untung bukan menjaga sound-system. Xixixixi ^_^.  ).

Sebenarnya disini penulis bukan ingin bercerita panjang lebar mengenai perjalanan kisah kami per episode di sebuah desa yang selalu membuat kami rindu dan berdecak kagum itu, namun ada beberapa point yang ingin penulis share selama meniti hidup dan mengabdi disana, semoga akan memberi inspirasi baik yang sedang, belum atau telah melangsungkan KKN ataupun masyarakat secara umum. Berikut hal-hal luar biasa yang penulis dapatkan sekaligus pengalaman unik nan menggelithik, cekidot….:

v  Sebuah sudut desa yang bisa terbilang sangat jauh dari akses pembangunan yang mumpuni (jalanan terjal, setapak terbuat dari batu ditata, jauh dari akses kendaraan umum, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk keramain atau kemewahan kota) saya belajar tentang sebuah keserhanaan dan ketulusan. Sebuah perhatian dan perlakuan yang mereka berikan kepada kami sangatlah berkesan keikhlasannya. Setiap langkah kaki kami melewati warga, selalu saja ada sapa senyum dan kelembuatan ucap yang mereka berikan, entah itu ketika berpapasan di jalan, di ladang, atau sekedar di halaman rumah. Bahkan ketika tetangga kami ada yang memasak, kami diberi dan diantarkan masakan mereka yang sangat lezat khas desa tentunya….. maknyussssss……

v  Panorama alam masih sangat asri, hijau,dan terjaga kealamianya, menjadikan salah satu view yang sayang untuk dilewatkan. Sehingga terkadang di akhir pekan kami mengajak anak-anak untuk sekedar keliling hutan dan menyusuri sungai atau berjalan-jalan sendiri dengan rekan KKN untuk menyapa salah satu bukti tanda kebesaran Allah yang terbentang di desa Babadan tersebut, sambil sesekali dan bahkan berulangkali mengabadikan view dengan berphoto ria.




v  Disisi lain penulis merasa bagai flashback ke tahun 1999-an saat penulis masih kecil dimana masyarakat disana sangat menjaga guyup rukun (membangun rumah, jalan, fasilitas umum adalah dengan gotong royong tanpa harus membayar tukang atau kuli, jika ada tetangga sedusun atau lain dusun yang kesripahan (meninggal) , melahirkan, menikah dsb satu dusun langsung berangkat semua dengan menyewa mobil rombongan), masya Allah.

v  Selain itu di desa yang belum terlalu didominasi oleh pengaruh gadget, kerekatan hubungan antar warga masih terjalin kuat. Seringkali  banyak warga saling bercengkerama dan kami juga diajak untuk mengikuti agenda rutin pekanan disana seperti yasinan ibu-ibu maupun bapak-bapak, juga kumpulan pemuda. Lebih mengesankan lagi bahkan sesaat sebelum kami selesai KKN dan berpamitan untuk pulang, masyrakat banyak juga yang sengaja memasak untuk menjamu kami secara khusus di rumah mereka sebagai tanda kekeluargaan sebelum perpisahan. Huhuhuhu terharu………


v  Ada pengalaman unik juga, meskipun agak sedikit memalukan, heheeh.  Suatu ketika kami merasa lapar, kami terkadang berkunjung ke rumah warga sekitar untuk menjalin silaturahmi, maklumlah kami juga punya proker Door to door. Disetiap bertamu ke warga ada yang khas dengan hidangan mereka yaitu teh tawar dan cemilan kluthuk (sejenis keripik tempe yang sudah dihancurkan kecil-kecil). Kami juga sering ditawari dan diberi hasil panenan mereka baik itu berupa cabai, sawi, labu jepang, kubis, bayam secara cuma-cuma alias gratisssss. Memanglah benar kata Rasulullah SAW bahwa “Silaturahmi itu mampu memperpanjang umur dan  melapangkan rezeki…..”

Yang kami dapatkan manfaat langsungnya adalah silaturahmi mampu mendatangkan rezeki, terbukti kami datang dalam perut kosong lalu saat pulang perut sudah terisi kenyang, hihihihihi.
Tak jarang setiap lewat depan rumah warga, kami diminta untuk mampir dan diajak sharing-sharing. Ketika mampir di rumah warga, ibu-ibu disana langsung pergi ke dapur, jadi kami bincang-bincang sama anak-anak dan bapak-bapak di rumah tersebut, giliran kami pamit pulang, eeeeeaalahhh diminta makan, Alhamdulillah. Padahal meski kami sudah kenyang makan dirumah sebelumnya, kami tetap diminta dengan sangat untuk makan kembali, yaaahhh akhirnya kami tetap makan lagi, giihihihi. Maka tak heran  setelah pulang KKN, personil kelompok kami menjadi lebih gemuk dari sebelumya lho.

v  Bercerita tentang pengalaman eksekusi program, Setiap ada penyuluhan yang kami bawa, antusiasme warga kece badai, bahkan saat hujan turun dengan derasnya dan angin seolah mencoba keributan kesana-kemari, warga tetap datang ke acara yang kami adakan di setiap akhir pekan itu. Ada setidaknya 3 kali penyuluhan yang kami adakan :


1.  Minggu ke 2 tentang pembuatan pestisida organic daun suren untuk mengendalikan ulat yang dibawakan oleh saya dan edi purwanto dan pembuatan pakan ternak fermentasi (silase) yang dibawakan oleh abdan dan fitno. Penyuluhan ini menggunakan system plot demonstration dan diskusi yang dihadiri oleh sekitar 50 orang. Meski kami pribadi persiapannya mepet dan pas-pasan, bahkan pertanyaan yang berdatangan seputar agroteknologi ternyata di luar prediksi, hihihihi. Namun alhamdulillah lancar, dan bahkan kami merasa terpantik untuk terus belajar dari para petani ulung di desa tersebut. Maklumlah kami sebagai mahasiswa banyak menggali masalah teori atau sains dengan pengalaman praktik di lapangan yang kurang, dibandingkan para petani tangguh yang sudah malang melintang menggeluti bidang pertanian secara langsung selama bertahun-tahun lamanya.
2.  Minggu ke 3, jumlah peserta menjadi 70 orang. Kami mengadakan penyuluhan tentang pertanian organik dengan mengundang narasumber sosok pionir dan pakar desa pertanian berbasis organik yang menembus pasar skala internasional dengan pembawaan yang low profile, punya segudang prestasi dan penghargaan skala nasional, beliau adalah Bapak Pitoyo, S.P. (semoga kelak saya bisa seperti beliau). Ditambah program pembuatan nugget tempe yang yummmmiiiii (oleh Cak Arka). Sistem penyuluhan dengan diskusi, Maklumlah berawal dari kerisauan warga sekitar terkait serangan bulai yang diakibatkan oleh virus Gemini dan makin massif akibat pertanian yang kurang sehat dengan penggunaan bahan kimia berlebih, maka kami berupaya memberi pandangan terkait cara sehat dalam bercocok tanam. Sedang pembuatan nugget tempe dengan melibatkan ibu-ibu sekitar untuk praktik langsung. Hasil nuggetnya sangat ditunggu-tunggu bahkan adek-adek kecil banyak yang mengantri. Xixixxiiix.
3.  Penyuluhan terakhir kami adakan pada hari sabtu, tepat 2 hari sebelum kami selesai KKN, tentang pembuatan PGPR (Plant growth promoting rhizobacteria) menggunakan akar bamboo dan kolonjono menindaklanjuti penyuluhan minggu lalu dari Bapak Pitoyo, disini Alhamdulillah saya kembali mendapatkan kepercayaan rekan-rekan untuk menjadi narasumber dan pembuatan suplemen atau nutrisi untuk ternak menggunakan bawang putih yang dimotori oleh Abdan, Fitno, Dan Ispri. Jumlah pesertanya mencapai 60 orang.
Alhamdulillah rasanya bisa berbagi ilmu dan sharing pengalaman dengan masyarakat itu sesuatu banget (kaya lagunya Syahrini). Disini kami sebagai mahasiswa bukanlah menjadi sosok pahlawan yang kesiangan memberi mereka pencerahan, bukan, sama sekali bukan seperti itu. Namun disini lebih kepada sharing pengalaman dan ilmu. Saat masyarakat butuh ilmu sainsnya in shaa Allah kami siap memfasilitasi, pun ketika kami kurang dalam hal praktik dan pengalaman, masyarakat ikut show up untuk memberikan kami kisah-kisah pengalaman mereka. Yaaaahhhh luar biasa sekali pokoknya.

v  Ada juga kisah bersama jagoan-jagoa kecil di KKN Goes to School. Setidaknya ada 2 kali pertemuan setiap hari sabtu kami datang ke SD N 1 Banyusidi untuk sekedar berbagi dan membangkitkan kesadaran dan kecintaan anak-anak terkait bidang pertanian, peternakan, pangan, dan kebersihan. Ada 4 program yang dilaksanakan yaitu minum susu bersama, gerakan cuci tangan yang baik dan benar pada pertemuan pertama, dilanjut pertemuan minggu kedua yaitu aku cinta pertanian, serta sarapan sehat. Animo anak-anak terhadap kedatangan kami sangat heboh. Mereka teriak-teriak mengguncang kelas dengan seruan-seruan gelak tawa, permainan, dan instruksi kami. Waaahhhhhh sangat seruuuu.


Guru-guru disana juga tak kalah ramah-tamahnya, terlihat antusias menyambut kedatangan dan program yang kami bawa. Mereka juga sempat bercerita tentang kondisi sekolah, yahhh meskipun di sebuah sekolah yang terletak di sudut desa terpencil itu memang jauh dari fasilitas yang memadai, bahkan ruang komputerpun tak ada, penunjang kegiatan ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan minat dan bakat sangat minim. Namun saya berharap semoga ditengah keterbatasan itu kelak kan muncul sang generasi jagoan masa depan yang menjadi sosok pionir terdepan bagi perkembangan dan kemajuan desa nan arif tersebut. Aamiin…

v  Para pemuda disana sangat terbuka dan bersahabat dengan kami, sering mereka main ke tempat pak dusun tempat kami tinggal untuk sekedar ngopi dan cerita bareng, juga PS’an.hihhi. tapi karena saya dan mbak Fela tidak bisa main PS, jadi kami akhirnya memutuskan untuk melakukan aktivitas lain kalau sudah berurusan dengan PS. Kebanyakan bekerja sebagai petani, salah satu point yang membuat saya sangat appreciate karna di tengah zaman seperti ini yang rata-rata anak muda malu untuk jadi petani, tapi mereka sangat bangga menjadi petani bahkan banyak juga yang sukses dengan usahanya, hingga untung jutaan rupiah dan mampu membuat penghidupan lebih baik, terbukti banyak bangunan yang sudah bertembok dan mentereng. Komoditas andalan disana adalah cabai baik cabai rawit merah ataupun cabai merah.


Meski saya juga merasa cukup miris, karena berdasarkan cerita dari masyarakat pada saat panen raya (On-season) harga komoditas pertanian bisa jadi anjlok contoh misal kubis pernah jatuh di harga Rp. 400,00/kg dan buncis dihargai Rp 500,00/kg yang dibeli oleh para tengkulak. sungguh bukanlah harga yang pantas untuk menghargai jerih payah petani, untuk kembali modal pun itu sudah tak cukup. Namun pada saat Off season malah jarang yang mengusahakan komoditas tersebut.

v  Anak-anak disana yang polos dan menggemaskan. Ya Allah mereka adalah karunia indah yang turut mewarnai hari-hari kami, ada salah satu anak dari kakek mantan kepala dusun itu yang bernama Yapu (panggilan akrab), dia memang secara fisik agak kurang untuk gadis seusianya (11 tahun), ia harusnya sudah kelas 6 SD namun karna keadaan akhirnya ia tidak sekolah, kalau ingin dimasukkan SLB, aksesnya sangat jauh. Yapu ini sangat dekat dengan saya, bahkan tiap pagi dia selalu datang ke kamar dan memanggil-manggil saya. Ia terkadang sedikit menyebalkan karena suka mengambil barang-barang kami seperti make up, HP, buku, peralatan jilbab atau main laptop tanpa ijin, selalu ikut kami pergi kemanapun, ngamuk kalau gak diajak naik motor, juga sering nimbrung ketika kami makan meskipun ia punya saus tar-tar (ingus) yang selalu mengalir dan mengakibatkan kami kurang selera untuk makan. hehhehe.


Namun disisi lain kami juga merasa iba terhadapnya, dan saat ia tidak nakal ia adalah gadis yang baik dan anggun, hanya karna kurang peran pendidikan dan kasih sayang saja, saya kira ia terlihat memberontak. Yapu memberikan kami panggilan yang unik, nama yang sering ia panggil adalah saya yang namanya kemudian berubah dari Tantri menjadi Yuri, Fela menjadi Ila, Fitno dipanggil Ito, Ispri disebut Ipi, Arka dipanggilnya Ika, Edi dipanggil Didi, dan yang terakhir Abdan disebutnya sebagai Adan. Yahh karena efek lidahnya agak cedal sehingga ia tidak melafalkan sesuatu secara jelas. Terlepas dari apapun itu, Yapu cukup membuat KKN kami berasa nano-nano. Hahaha.

v  Ada point yang khas terkait anak-anak yang dengan berbagai karakter innocent dan menggemaskan, terkadang membuat saya rindu untuk kembali bercengkerama dengan mereka. Dimana di saat sore menjelang saya biasa datang ke TPA untuk  membantu mengajar ngaji disana diselingi beberapa tepuk nyanyian islami, hafalan hadist dan surah-surah. Dan di malam harinya setelah magrib berjamaah kami biasa bertemu untuk les gratis. Sengaja habis magrib agar anak-anak berkurang perhatian dan waktunya untuk nonton sinetron Anak Jalanan, yaahh maklumlah hampir satu desa baik dari kalangan orang tua, remaja bahkan hingga anak-anak mereka menjadi penggemar sinetron yang satu ini, sampai-sampai kaos mereka dan topik bahasan juga menyangkut Anak jalanan (gubrakkk). Ada satu hal lagi lho, rekan saya yang bernama Abdan dan Edi Pur juga diklaim oleh mereka mirip salah satu pemeran sinetron itu (dilihat dari mana coba? dari pucuk monas pakai sedotan bampet kali ya, ahahaha).

v  Hal menarik yang pernah anak-anak di desa tersebut ketika kami tanyai, pengen jadi apa kira-kira mereka di masa depan. Dan jawaban mereka sontak membuat saya cukup terkesima sekaligus terharu. Jawaban anak-anak polos tersebut memang beraneka macam ada yang pengen jadi pemain sepak bola, dokter, guru, ada juga yang masih bingung pengen jadi apa, dan hal yang sederhana dari mereka adalah ada yang ingin menjadi mahasiswa KKN seperti saya dan kawan-kawan yang saat itu mengabdi disana. Seperti saya dan teman-teman. Masya Allah, rasanya saya ingin sekali merengkuh mereka dengan motivasi dan pemahaman bahwa cita-cita mereka sangat mulia dan harus optimis untuk diperjuangkan. Bagaimana tidak, mereka tinggal di sebuah tatanan masyarakat yang rata-rata adalah lulusan SD dan SMP saja, kalaupun ada yang lanjut SMA/K itupun hanya segelintir saja. Karena disana memang kesadaran akan pendidikan bagi generasi muda memang masih kurang. Semoga saja kelak ke depan ketika saya memiliki kesempatan untuk silaturahmi kesana lagi suatu saat  nanti, adek-adek kecil itu tumbuh menjadi para pemuda yang baik dan bermanfaat, dan akan muncul pionir yang mampu memberi wajah baru bagi peradaban masyarakat tersebut. Aamiin.


Nah tadi sudah penulis kasih beberapa gambaran unik dan berkesan terkait pengalaman bersama masyarakat di Dusun Babadan, rasanya ada yang kurang ketika tidak ditutup dengan mengenali pengalaman kondisi internal. KKN rupanya mengajarkan kepada kami nilai plus-plus yang sangat banyak. Plus rejekinya, plus gemuknya, plus kelucuan anak-anaknya, plus megenali potensi masyarakat, plus pengalaman dan tak kalah penting juga plus memahami karakter tim per individu yang menjadikan kami kelompok dengan segudang proker namun tetap solid. Yeeeyeyey. Ternyata memang benar manakala kita menceburkan diri hidup bersama dan berinteraksi secara lebih intens dengan orang lain maka akan banyak kita dapati sisi lain yang tidak kita ketahui sebelumnya dari mereka. Yaaahhh begitulah ada beberapa karakter dari teman-teman yang sangat unik, :


*      Cak Arka (ketua kelompok)
Arka jati laksana memiliki perawakan  yang tinggi, dengan kulit berwarna lebih gelap dibanding yang lain, kata warga sih wajahnya mirip salah satu penduduk Babadan yang merantau. Kupikir dulu Arka adalah sosok yang tidak banyak bicara, gak asyik dan datar-datar saja. Ternyata setelah mengenalnya selama 1 mingguan baru kupahami bahwa dia adalah sosok yang berwawasan luas dengan gaya yang membuka pikiran kami tanpa ada unsur pemaksaan atas sudut pandang yang ia pakai, ia layaknya Cak Nun salah da’i kondang asal Yogya yang dikenal kekhasanya akan filosofi hidup dan kesederhanaan. Oleh karenanya kami memanggil Arka dengan sebutan Cak Arka karena memang ia sering membawakan pandangan-pandangan yang ia dapat dari kajian cak Nun tersebut. Baru ku tahu juga kalau jika  sedang ada masalah atau sedikit ngambek, maka ia pasti kan diam hingga beberapa waktu, ditanya pun akan menjawab sepatah atau dua patah kata saja, dengan berhias muka yang sangat datar. Namun dibalik itu ia orang yang bertanggung jawab, mau berkorban, distribusi perannya merata dan memiliki kepemimpinan yang bagus dalam mengelola keanggotaan, sangat paham kondisi anggota kalau sedang stress atau konflik, ia pasti langsung mengajak kami serombongan keluar untuk sekedar jalan-jalan hunting durian, makan, ngopi sejenak merefresh pikiran.

*      Mister Syakura (mister baper)
Nama aslinya Abdan Syakura, perawakanya paling kurus dengan kulit coklat dan tinggi yang sedang. Dia adalah partner yang paling aktif dan akrab membantu prokerku selama KKN, orang yang sering aku ejek dengan lelucon-lelucon cerita yang pernah ia ceritakan kepadaku terkait masa kecilnya (katanya sih dulu diwaktu kecil perawakanya gemuk/ tidak seperti sekarang, bekulit putih dan hampir jadi bintang iklan susu). Kalau ketemu di kampus dia sosok yang tidak banyak bicara, formalis, kaku, ditambah muka yang serius kayak kurang piknik. Hihihihi piece. Dibalik itu semua ia adalah sosok yang ternyata “Baper” karena sedikit-sedikit bawa perasaan, hahaaha meskipun sering pasrah kalau dibully, paling banyak ngelucu alay hingga mengundang gelak tawa, tanggung jawab dan terbuka untuk membantu sesama, paling peka kalau ada yang lagi badmood, serta laki-laki yang paling disukai anak-anak karena sangat bersabahabat.

*      Miss Fhela (ibu asrama)
Mbak fela adalah satu-satunya partner perempuanku. Dia memang sosok yang agak gemuk, kulit berwarna coklat dan ada sedikit lesung di pipinya ketika mengkerdipkan matanya. Dia memang sosok yang jarang bicara jika merasa bahwa lingkungan tersebut tidak nyaman untuknya. Di KKN, dia dikenal sebagai ibu asrama karena paling rajin memasakkan makanan bagi kami dan paling tegas dalam membangunkan para kaum adam yang malas bangun pagi. Hahaaha. Sosok yang sedang berhijrah ini lebih suka ketika apa yang dilakukanya ada yang mendukung dan memahami, serta bisa menerima apa adanya baru ia akan terbuka.

*      Fitno Ngambor (bapak orator)
Sosok aktivis asal NTT ini memang begitu unik, dengan gaya bicaranya bak orasi Prabowo Subianto, karna memang Prabowo adalah salah satu sosok yang ia kagumi. Sebelum KKN pun aku sudah akrab dengan Fitno dalam beberapa kesempatan. Ia adalah orang yang terbuka, wawasan luas, paling rajin traktir, ngikut keputusan forum meski kadang untuk urusan dapur seperti bantu-bantu masak dan cuci piring di awal-awal KKN agak susah memang, juga toleransi tinggi mengingat dari kami ber-7 hanya dia yang non muslim. Bahkan ia paling antusias untuk mendukung wacana yang aku tawarkan yakni wajib adzan Subuh bagi para kaum adam, karena teman-teman sering telat bangun akibat cuaca yang sangat dingin membuat nyaman untuk terus menarik selimut dan melanjutkan mimpi.

*      Edi Pung (follower)
Lelaki asal Jambi ini merupakan teman satu kelas dengan penulis karena sama-sama jurusan Agroteknologi. Pembawaan dia memang terlihat nyantai, tenang, terkadang logatnya agak kekanak-kanakan, paling demen nyari hiburan dangdut bahkan bisa dibilang jarang absen setiap ada konser, ahhaha. Dibalik itu semua ia adalah sosok yang mudah spaneng dikala pekerjaan belum kelar atau dikejar deadline tugas tertentu. Hihihi, santai ya broh^_^.

*      Kakek Ispri (Limbad muda)
Nama aslinya Isprianto, asal dari cangkringan, Yogyakarta. Dia berasal dari kampus 2 jurusan peternakan, oleh karenanya di awal KKN penulis kurang memahami karakternya. Ispri ini adalah sosok yang pendiam, kita banyak menyebutnya bagai sosok Limbad yang jikalau bicara harus menggunakan narahubung. Haha. Karena pendiam itulah ia selalu sami’na wa atho’na dengan keputusan kelompok, tanpa mempertentangkan apa pendapatnya. Yahhh lagi-lagi selain pendiam ia merupakan sosok yang ketika becanda bisa mengundang gelegar tawa kami semua karena kelucuan ucapan dia didampingi oleh ekspresi datarnya, selain itu ia paling suka membawakan kami mainan ke lokasi KKN untuk refreshing seperti catur, monopoly, PS-an, ular tangga dsb.

*      Penulis (bendahara sekaligus sekretaris negara)
Dan tibalah yang terakhir adalah penulis sendiri, jreng jreng jreng. Saya  pribadi memang sosok yang bisa dibilang tidak pendiam, juga tidak cerewet juga. Paling sering ngejar anak-anak untuk eksekusi proker. Saya adalah orang yang cukup pandai berkamuflase sehingga ketika ada masalah maka tidak akan banyak orang yang tahu karena ekspresi saya ceria seperti biasa. Diantara kami ber-7 hanya saya pribadi yang memang tidak memiliki pasangan (in shaa Allah pacaran setelah nikah ^_^). maka mereka ber-6 sempat menanyakan kriteria calon suami idamanku. Mereka lantas menawarkan anak-anak yang dianggap sholih untuk direkomendasikan mulai dari fakultas agro, psikologi, FKIP bahkan sampai Ekonomi. Lalu mereka mereka membuat program di socmed masing-masing dengan #Tantri cari jodoh, minat ping.  Waaahhh ada-ada aja tingkah laku mereka ini.


Begitulah sepenggal episode yang kami jalani bersama di jalan cinta para pejuang (mahasiswa) lewat peran-peran cinta (kontribusi KKN), semoga kelak menjadi salah satu pemantik bagi kami untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi masyarakat luas terkait kompetensi yang kami geluti saat ini. KKN Dusun Babadan memang sudah berakhir (1-29 Februari 2016). Tapi Ini bukanlah akhir, ini adalah awal untuk memulai babak yang baru. Babak untuk menyemai benih-benih kebaikan hingga kelak tumbuh pohon kebaikan yang rindang yang mampu menaungi insan manusia dari panasnya zaman, ketatnya persaingan global, dan memberi keteduhan hati yang gersang.

Salam cinta
Salam perjuangan
Atas nama cinta kita berjuang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar