Senin, 16 Oktober 2017

Youth Zaman Now

Islam, Pemuda dan Peradaban


Pemuda secara umum adalah laki-laki maupun perempuan yang berusia baligh hingga kurun usia 40 tahun. Adapula yang mengatakan bahwa mereka sampai pada rentang usia 50 tahun. Artinya usia pemuda merupakan usia strategis yang diapit oleh 2 usia lemah yakni anak-anak dan masa tua. Fase Pemuda berada pada puncak potensi yang dimilikinya.  Ibarat matahari, ia bersinar di pertengahan waktu terbaiknya. Ia memancarkan cahaya dengan sangat terik dan memberikan pancaran yang sangat terang. Pemuda memiliki tanggung jawab memikul beban kejayaan umat. Sejarah mencatat yang memperjuangkan umat adalah pemuda.

Ada banyak model pemuda yang tergambar dengan berbagai mentalitasnya. Mentalitas ini merupakan implikasi dari internalisasi paradigma atas segala konsekuensi logis dari keputusan-keputusan yang diambil.

Alkisah ada 5 pemuda melakukan hal yangsama, namun uniknya mereka memiliki jawaban yang berbeda-beda atas tujuan mereka melakukan aktivitas tersebut. Mereka sama-sama sedang melakukan kerja bakti membangun sebuah gedung yang akan dijadikan sebagai sekolah. Ketika ditanya apa yang sedang mereka lakukan, berikut jawabannya: 
Pemuda yang pertama menjawab: “saya sedang mengaduk semen dan pasir”
Pemuda yang kedua menjawab: “saya sedang menyusun batu-bata”
Pemuda yang tiga menjawab: ”saya sedang mendirikan tembok”
Pemuda yang empat menjawab: saya sedang membangun  sekolah”
Pemuda yang lima menjawab: “saya sedang membangun sebuah sekolah, dan denganya saya akan membangun sebuah peradaban”.
Dari ke 5 pemuda tersebut, seyogyanya kita memiliki mentalitas seperti yang tergambar di point ke 5. Mengukir visi yang jauh kedepan.

Kaum pemuda merupakan aktor yang tak pernah absen menghiasi sejarah. Kala memperhatikan sejarah, kita jumpai banyak fase kegemilangan yang dicapai kaum muda. Sebut saja para pemuda askhabul kahfi yang diabadikan Allah dalam QS Al Kahf dimana mereka menjadi remaja yang gigih dalam mempertahankan aqidah dari penguasa dzalim. Adapula Dzulqarnain yang  dikisahkan memiliki kekuasaan sangat luas namun tetap zuhud dan amanah di puncak kejayaanya. Kita juga belajar bagaimana Nabi Khidr as memberikan pelajaran untuk bersabar dalam menuntut ilmu kepada Nabi Musa as. Juga kisah pemuda yang memiliki kebun bertabur buah nan indah, namun dikarenakan kesombonganya akan nikmat Allah, seketika Allah hancurkan seluruh apa yang ada di dalam kebun tersebut dalam sekejap.

Rasulullah memberikan perhatian yang sangat mendalam kepada anak muda. Terbukti dengan dididiknya para sahabat kala itu di rumah Arqam guna mengenyam internalisasi nilai-nilai kebaikan. Alhasil banyak generasi sahabat yang sangat terkenal sepak terjangnya hingga kini. Sebut saja generasi khulafaur rasyidin, sahabat, tabiin-tabiat yang gigih dan loyal membela kehormatan islam apapun kondisinya. Mereka memiliki mentalitas yang tangguh.

Usman Bin Affan yang terkenal sebagai konglomerat dermawan kala itu, selalu berambisi untuk menjadikan kekayaanya sebagai ladang amal. Suatu ketika Rasulullah bersabda bahwa:, “siapa yang mampu merebut sumur rumi untuk kepentingan umat maka surgalah balasan baginya”. Usman bukan hanya seorang saudagar yang kaya raya, namun ia juga seorang diplomat yang handal dan piawai. Dengan siasat cerdiknya dalam berdiplomasi ahirnya usman mampu merebut sumur rumi dari cengkeraman seorang Yahudi yang pada saat itu seenaknya menjual air dengan harga yang sangat tinggi kepada umat muslim.

Atas  jasa Usman, akhirnya umat muslim tidak perlu lagi membeli air pada orang yahudi tersebut. Usman bahkan bisa membeli kebun kurma yang luasnya berhektar-hektar yang ada disekitar sumur rumi. Hingga kini sumur itu tak pernah kering. Berikut juga dengan kebun. Kesemuanya merupakan aset usman yang masih ada hingga kini. Dikelola dan diserahkan kepada baitul maal saudi atas nama Usman Bin Affan.

Ada pula Umar Bin Khattab yang merupakan seorang negarawan. Dibawah kepemimpinanya islam mampu melakukan ekspansi hingga menguasai 2/3 dunia. Sahabat rasul Usamah bin Zaid yang merupakan anak dari Zaid bin Haritsah yang gugur pada saat menjadi panglima perang Mu’tah diangkat oleh rasulullah menjadi panglima perang pada usia 18 tahun untuk memimpin ekspedisi perang melawan Romawi di Syams.

Sejarah juga mencatat kegemilangan umat yang dipromotori oleh kaum pemuda. Siapa yang tidak kenal Muhammad Al Fatih. Ia menjadi symbol terhadap kekuatan, keimanan, pasukan, dan geopolitik. Di usianya yang masih sangat muda (21 tahun) ia sudah memimpin ekspedisi pasukan sebanyak 250.000 orang menakhlukkan Konstantinopel. Benteng dengan panjang 30.000m2 yang menjadi legenda bertahan selama 1.123 tahun mampu ia hancurkan hanya dalam waktu 4 bulan menggunakan meriam. Lebih kerenya lagi, ia memiliki strategi politik yang sangat jenius. Melihat kondisi geografis yang cukup dilematis, Ia mengawal para pasukan menyeret kapal melewati pegunungan guna melewati selat bosphorus hanya dalam waktu 1 malam.

Pada masa Bani Umayyah ada sosok revolusioner bernama Umar bin Abdul Aziz. Ia mampu menorehkan sejarah kegemilangan umat hanya dalam waktu 2,5 tahun.
Pasca  Umar Bin Abdul Aziz dilantik, ia mengatakan: “inni akhofunnaar (saya takut pada neraka).

Beliau memulai tanggung jawab dari akhir. Akhir kehidupan manusia adalah kematian. Yang mengantarkan pada 2 muara yakni surga atau neraka. Ia memiliki pandangan yang jauh kedepan. Memulai rasa takut akan neraka menjadikan Umar bersungguh-sungguh dalam mengemban amanah.

Umar Bin Abdul Aziz memiliki personality yang sangat menawan. Sampai-sampai batang leher beliau memperlihatkan bahwa beliau merupakan sosok yang terawat dengan sangat baik. ia menjadi transeden bahkan dari jauh sudah tertebak bahwa ia adalah Umar bin Abdul Aziz dari bau parfum yang digunakanya.

Begitu menjadi pemimpin, Umar memulai perubahan dari diri sendiri. Kemudian merubah keluarganya di istana selanjutnya melakukan mobilitas ke luar istana. Dikisahkan bahwa setelah dilantik, Umar lantas mengumpulkan seluruh anggota keluarganya.
Umar mengatakan bahwa: Semua harta yang kita miliki akan dikumpulkan untuk diberikan kepada baitul maal.
Istrinya sempat hampir menolak titah Umar bin Abdul Aziz. Hingga akhirnya Umar berkata: “berikan hartamu padaku, jika engkau tidak mau maka tidak ada pilihan lain bagiku selain menceraikanmu, namun jika engkau ingin bersamaku maka kembalikanlah harta itu pada umat”. Akhirnya sang istri pun memilih untuk bersama dengan Umar.

Ustad annis matta pernah mengatakan dalam salah satu pidatonya bahwa: “orang bisa saja tidak membuat pencapaian, namun setidaknya ia tidak membuat kedzliman.

Kita hidup di era kapitalisme yang agaknya dalam 100 tahun terakhir ini menebar kemajuan di berbagai negara. Namun ada 1 fakta tak terbantahkan yang dicapai oleh kegemilangan Umar bin Abdul Aziz dan tidak mampu tercapai oleh  rezim kapitalisme. Amil zakat pada saat itu berkeliling ke seluruh Afrika untuk mencari penerima zakat namun tidak ada satupun yang menerimanya.  Dan ini dicapai hanya dalam waktu 2,5 tahun. Sejak umar di baiat di usia 36 tahun, lalu beliau meninggal di usia 39 tahun. 

Kita bisa belajar dari revolusi Umar Bin Abdul Aziz. Ia mendapatkan sumber energy yang luar biasa atas ketakutanya pada neraka. Ia tidak pernah main-main dengan pilihan dan bercanda dengan keputusan. Karena ia paham akan akibat yang ditimbulkan.

Semangat inilah yang dibutuhkan untuk menghidupkan bangsa. Menemukan niat atau motif yang benar untuk melangkah. Kita dikumpulkan untuk pertanggungjawaban diri pribadi kepada Allah, dan diri pribadi di depan sejarah bangsa.
Generasi pemuda adalah generasi pemikul beban. Bukan pemburu popularitas, apalagi pemikul kuasa. Seberapa besar beban yang kita pikul, sebesar itu pula tempat kita di akhirat nanti. (Ustad Annis Matta).

Bapak proklamator kita Ir. Soekarno menyatakan dalam pidatonya yang terkenal sangat deklamatis dan menggebu-gebu, "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya dan Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Di Indonesia, kita mengenal sosok Habibi. Tokoh masa kontemporer yang dengan kejeniusanya mampu menciptakan pesawat terbang dan membalikkan kondisi Indonesia yang dilanda krisis pasca Soeharto diturunkan. Saat itu di tahun 1998 rupiah bahkan mencapai nilai paling buruk Rp 16.800 per 1 USD. Ir. Habibi yang saat itu menggantikan posisi Soeharto sebagai presiden mampu mengatasi permasalahan pelik negeri ini hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Berbagai gebrakan dan kebijakan untuk mengembalikan kondisi ekonomi sosial politik ia lakukan dengan spektakuler. Dan ini adalah representasi dari spirit anak muda. Dan ini merupakan buah dari pemikiran dan perjuangan pemuda.

Ini menjadi bukti yang sekaligus membawa semerbak optimisme bagi kaum pemuda bahwa di tangan merekalah nasib bangsa ini dipertaruhkan. Pemuda memiliki peran strategis sebagai agen of change, iron stock, social control, dll.

Lantas sebagai generasi muda zaman kekinian, apa yang harus kita lakukan?

Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa sejarah adalah perulangan dari zaman dengan modifikasi yang berbeda sesuai dengan konteks masanya. Dalam hal ini bahkan 1/3 bagian al quran menceritakan tentang sejarah. Artinya sebagai generasi muda kita harus kembali kepada Al Qur’an. Al quran memberikan kita ilham bahwasanya kita perlu mengambil pelajaran dari sejarah yang Allah gambarkan dengan pemaknaan.

Tentunya kita perlu bekal untuk menjadi generasi yang berkualitas. Al ilmu qabla qauli wal amal (ilmu dulu sebelum poerkataan dan perbuatan). Imam syafii bahkan pernah mengatakan bahwa: “jika engakau tidak tahan terhadap lelahnya belajar, maka engkau akan menanggung perihnya kebodohan.”

Disini kita melihat bagaimana islam memberikan perhatian yang penting terhadap ilmu. Seyogyanya sebagai kaum pemuda kita bekali diri dengan ilmu yang mendekatkan ketaqwaan pada Allah SWT. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam Riwayat Bukhari dan Muslim :
 “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).

yang kedua, diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni. Masa depan hanyalah milik orang-orang yang memiliki kompetensi. Lihatlah Nabi Yusuf as yang dulunya bukan siapa-siapa, namun seketika ia keluar dari penjara langsung mampu menduduki posisi strategis sebagai bendahara negara. Tidak lain karena Nabi Yusuf melakukan mobilitas vertikal dengan kompetensi yang ia miliki. Alhasil ia mampu menyelamatkan nasib ribuan rakyatnya dari bencana kelaparan akibat kekeringan yang menahun.

Memperbanyak amalan ibadah guna penguatan ruhiyah juga merupakan aspek yang vital disini. Dimana bagunan sejarah ditopang oleh pilar-pilar ruhiyah yang sehat. Bangun budaya solat malam (qiyamul lail), karena didalamnya ada banyak keutamaan. Ustad Adi Hidayat Lc dalam salah satu ceramahnya menyebutkan bahwa secara ukhrawi akan meningkatakan derajat ketaqwaan di sisi Allah. Di sisi lain akan memberikan pencerahan berupa:
1.       Diangkat karir terbaiknya
2.       Dibimbing oleh Allah SWT dalam setiap aktivitas
3.       Diberikan solusi terbaik saat ditimpa permasalahan
4.       Ditolong oleh Allah langsung saat ada pihak-pihak yang akan berbuat tidak baik kepada kita. 

Selanjutnya adalah pembangunan karakter. Merujuk pada QS Fathir ayat 32, setidaknya ada 3 tipe manusia:
1.       Faminhum  thalimun linafsihi,  Mendzalimi diri sendiri
2.       Waminhum muqtasidun, golongan pertengahan (terjebak pada comfort zone)
3.       Waminhum sabiqun bialkhayrati biithni Allahi, berlomba dalam berbuat kebaikan (kompetitif). 

Sebagai seorang pemuda tentunya kita berharap agar dijauhkan dari kesia-siaan. Menjadi pribadi yang handal, unggul dan bersegera dalam kebaikan merupakan modal utama dalam menjayakan umat. Peradaban yang kokoh hanya akan mampu ditopang oleh orang-orang yang berkualitas baik.

Para pemuda, mari kita persiapkan diri kita sebaik mungkin, dengan berbekal ilmu dan amal. Dan kesungguhan. Apa yang kita terima hari ini adalah hasil dari akumulasi cita-cita dan perbuatan kita di masa lalu, dan apa yang akan kita tuai di masa depan merupakan hasil dari keputusan dan perjuangan yang kita tanam saat ini. maka pastikan kita tidak menanam kecuali benih-benih kebaikan, sehingga dengannya kelak kita akan menuai limpahan karunia kegemilangan.



nb: 
narasi ini disampaikan saat sesi sharing bersama KAMMI di Universitas Mercu Buana Yogyakarta, (11/10/2017). semoga yang sedikit ini mampu menjadi perenungan bagi saya pada khususnya dan semoga mampu menginspirasi sesiapa yang membacanya.





    
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar