Become a Mentor
Membina
adalah nafas gerakan KAMMI. Peran-peran pengkaderan haruslah selalu dihidupkan
agar jantung sebuah gerakan senantiasa mampu melakukan fungsi pemompaan darah
perjuangan menuju basis kekuatan harakah terus berjalan. Untuk menjadi deorang
pemnadu haruslah berbekal ilmu dan pedoman yang diperhatikan. Dalam membina
kader yang diharapkan mampu menjadi sosok penerus generasi dakwah yang
tanggunh, maka berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang
pemandu :
1. Manhaj
Seyogyanya
dalam mentarbiyah para penerus generasi dakwah maka, suatu lembaga dakwah atau
wajihah perlu menguatkan internalisasi manhaj yang jelas akan arah dan tujuan
yang menjadi pedoman dalam pergerakan islam.
Manhaj
integral yang diserukan oleh jamaah ini adalah manhaj yang bersumberkan pada
Alquranul karim dan sunnah nabi yang suci. Sebuah manhaj yang berkontribusi
besar dalam merealisasikan tujuan dengan keluhuran dan syar’inya perangkat yang
dipergunakan [1].
Dalam
mentarbiyah harus diawali dari muwasofat, setelah itu menentukan bagaimanakah
caranya mencapai muwasofat tersebut. Apabila diringkas prinsip mentarbiyah
adalah sebagai berikut [3]:
a. memami
kondisi mutarabbiyah dengan baik, sehingga mampu mengetahui muwasofat yang
telah mereka miliki.
b. Menentukan
muwasofat yang belum terealisir pada diri mutarabbiyah sesuai dengan tahap
tarbiyah mereka.
c. Memilih
point muwashofat yang hendak dicapai bersama mutarabbiyah dalam forum tarbiyah.
d. Menentukan
sarana tarbiyah yang sesuai untuk mencapai muwashofat tersebut.
2. Penguatan
konsep pemahaman pada diri kader
Perlu
di awal-awal pertemuan, kader perlu diajak untuk sharing terkait bahwa islam
adalah ajaran yang syamil, mutakammil, syumul, salamah, salim dsb. Sehingga
mereka bangga menjadi seorang muslim dan tergerak untuk selalu aktif
melaksanakan amalan sesuai dengan kaidah yang diajarkan islam. Selain itu sangat penting mengenalkan para
kader terkait risalah ta’lim yang didalamnya terdapat 10 prinsip dalam beramal
yang ditulis oleh syekh Hasan Al Banna.
Ketika
anda berusaha mengubah seseorang dari pemikiran lama kepada pemikiran baru,
anda harus menyadari bahwa pemikiran itu adalah benar-benar baru baginya.
Artinya ia belum mengenalnya. Seseorang yang belum mengenal sesuatu, akan
menolaknya. Betapa banyak kalangan sahabat, ketika mereka belum masuk islam,
memuduhi Rasulullah saw. Tetapi ketika mereka mendapat hidayah Allah, mereka
menjadi pendukungnya bahkan berjuang dan berperang bersama beliau [2].
Untuk
menjamin kebenaran dan ketepatan dalam penerapannya atau mendekatinya secara minimal,
islam sangat menaruh perhatian dalam memberikan terapi kejiwaan kepada manusia,
yang ia merupakan sumber kedisiplinan, substansi pemikiran, persepsi, dan
pembentukan. Kemudian ia mengenalkan obat-obat mujarab yang bisa menyucikan
jiwa mereka dari hawa nafsu dan memersihkannya dari kotoran tujuan untuk
diarahkan kepada kesempurnaan dan keutamaan, serta menghalanginya dari
kedzaliman, penyelewengan dan permusuhan. Jika jiwa manusia telah iatiqomah dan
jernih, maka apa saja yang lahir darinya akan menjadi bagus dan indah [1].
3. Memberikan
pelayanan dan pendekatan pendampingan pada kader.
Seyogyanya
dalam pembinaan perlu untuk memperhatikan aspek kedekatan dengan mad’u sehingga
ada keterikatan emosional dan ketertautan hati untuk saling terpacu berlomba-lomba
dalam kebaikan dan memajukan amanah dakwah di gerakan-gerakan islam.
Muhamad
saw selalu bersikap rendah hati dan kasih saying kepada mereka. Sungguh mereka
mengetahui kedudukan mereka dan membanggakannya, beliau tidak pernah bertindak
sewenang-wenang kepada mereka. Mereka adalah generasi islam pertama yang unik.
Dengan perasaan ketuhanan yang lembut dan akhlak nabawi yang mulia inilah hati mereka segera berubah menjadi
bersinar dan segar. Beliaulah yang secara proaktif melayani mereka dengan penuh
rasa kasih saying, berdialog dengan mereka menggunakan kata-kata yang lebih
baik yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam dari aqidah yang bersih dan
untuk tujuan yang suci [2].
4. Lebih
menekankan pada keteladanan dibanding konsep pembinaan berbasis perintah akan suatu amalan
Dakwah
pada dasarnya adalan cinta yang membawa para pengembanya kepada kebahagiaan
hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Dalam proses membina, pastilah kita
menginginkan perubahan pada diri kader ke arah sibghah islam. Akan tetapi agaknya
suatu bentuk perintah, ajakan atau penugasan untuk melakjukan suatu amalan
kuranglah membekas pada kesadaran dan habbit
kader dakwah. Oleh karenanya perlu mencontoh langkah dakwah yang dicontohkan
oleh Rasulullah dalam membina para sahabat ra.
5. Menyibukkan
diri kader dengan amanah-amanah yang positif
Dengan
melibatkan mereka dalam sebuah agenda-agenda dakwah maka mereka akan belajar
bagaimana bertanggungjawab terhadap amanah yang diemban. Disana kemampuan
manajerial mereka juga akan lebih terasah, memunculkan jiwa-jiwa solutif, saat
berhadapan dengan perbedaan pendapat maka akan muncul jiwa saling menghargai,
managemen konflik dsb. Dengan begitu secara tidak langsung kita turut berperan
dalam mencetak leader masa depan dakwah. Namun memang yang lebih penting dalam
pengkaderan jamaah salah satunya adalah mencetak leader maker. Sehingga kelak
akan muncul sosok-sosok leader yang berakhlak mulia, mampu bertanggung jawab
akan amanah dan tanggung jawab dakwah, menjadi penggerak dan pengkonsep bagi
pergerakan islam, serta inspirasi dan trend setter bagi lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mahmud, Ali abdul Halim. 2009.
Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin : Studi Analisis Dan Historis.
Solo : Era Intermedia.
[2] As-Siisiy, Abbas. 2008. Bagaimana
menyentuh hati. Solo : Era Intermedia.
[3] Takariawan, Cahyadi dan Nurlaila, Ida.
2011. Menjadi Murabbiyah Sukses. Surakarta : Era Adicita Intermedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar