MENGAPA ENGGAN MENGUBAH
DIRI?(1)
Kekuatan
seseorang mengubah dirinya akan menjadi salah satu kunci kesuksesan memburu
pertolongan Allah Azza wa Jalla. Kita banyak keinginan dan dengan begitu lantas
kitapun jadi banyak berharap dan berdoa kepada Allah. Namun sibuknya meminta
kadang-kadang membuat kita tidak sempat menilai diri sendiri. Padahal justru
kalau kita berdoa dan berakibat kita mengubah diri, maka Allah pun akan memberi
apa yang diminta. Ini dikarenakan doa itu adalah pengiring agar kita bisa mengubah
diri.
Jadi,
kalau kita banyak berharap, banyak minta sesuatu kepada Allah dan begitu
besarnya keinginan agar Allah mengijabah doa kita, tetapi kita sendiri tidak
pernah mau membuat diri sendiri berubah menjadi lebih baik, berarti ada yang
salah dari permintaan kita. "Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang
luar biasa, padahal engkau sendiri tidak mengubah dirimu dari
kebiasaannya?" tanya Imam Ibnu Athoilah.
Kita
berharap padi yang kita tanam dapat tumbuh subur dan bernas bulirnya tetapi
kita sendiri tidak bergairah mencangkul, memberi pupuk dan memeliharanya dengan
baik. Manakah mungkin keinginan itu dapat tercapai? Kita berdoa kepada Allah
karena ingin dimudahkan dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Tetapi,
kita tidak meningkatkan kegigihan belajar, enggan memperluas wawasan, malas
berkonsultasi, tidak mau menggali informasi sebanyak-banyaknya; pendek kata
tidak mau bersungguh-sungguh, ini berarti doa yang kita panjatkan tak lebih
dari doa hampa belaka.
Betapa
tidak? Sebetulnya kekuatan doa itu akan jauh lebih efektif ketika kita sanggup
mengubah diri dengan doa tersebut. Allah sekali-kali tidak akan mengubah nasib
suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri demikian sabda Rasul
SAW. Umar bin Khattab sendiri pernah
mengusir seseorang dari masjid lantaran beberapa kali dijumpai sedang sibuk
berdoa tanpa kelihatan keluar untuk berikhtiar.
Pernah
suatu ketika ada seorang istri yang begitu mendambakan memiliki anak-anak yang
shalih dan suami yang lebih bertanggung jawab, dapat menjadi teladan yang baik
bagi keluarga serta taat dalam beribadah. Ia telah banyak memanjatkan doa
kepada Allah. Tak jarang pula mendatangi ulama untuk meminta nasihat dan
didoakan. Akan tetapi, wanita tersebut ibadahnya tidak pernah ditingkatkan.
Shalatnya masih biasa-biasa saja. Dinasihatkan agar mulai belajar mengenakan
busana muslimah kalau memang ingin semakin dekat kepada Allah, sehingga doanya
membuahkan ijabah. Mudah-mudahan dengan demikian Allah melihat ia lebih
sungguh-sungguh lagi dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Lihat pula kedalam diri
sendiri, selidikilah apa saja yang kurang dari kebiasaan ibadah selama ini.
Tidak cukup hanya dengan doa saja. Namun, bila semua ikhtiar mengubah diri
tersebut enggan dilakukan, bagaimana mungkin segala sesuatu yang diharapkan itu
bisa kesampaian?
Kita
harus mulai berani mengubah kebiasaan yang kurang baik, sejauh yang sanggup
kita ubah. Bila kita selama ini terbiasa merokok cobalah mulai dikurangi.
Daripada uang dibelikan rokok lebih baik disedekahkan karena bersedekah itu
jelas-jelas merupakan perbuatan mulia yang mengandung nilai pahala yang amat
tinggi, sedangkan "membakar" uang melalui rokok, adalah perbuatan
mubadzir yang mengundang bala.
Malam
hari yang biasanya tidur pulas, kali ini bangunlah untuk tahajud. Siang hari,
yang biasanya segala makanan disantap, cobalah kali ini belajar menahan diri
dengan melaksanakan shaum sunnah. Selama ini sudah terbiasa tidak bisa menahan
lisan, gemar berbicara banyak, berkomentar tentang hal-hal yang tidak perlu dan
menahan diri. Bukankah Rasulullah SAW sendiri pernah
menegaskan,"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat
hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau hendaklah ia diam"
(HR.Bukhari Muslim)
Kita
banyak didera oleh berbagai persoalan hidup, lantas sangat berharap segera
terbebas dan beroleh kenyamanan dan kebahagiaan, tetapi selama hidup tidak
pernah masuk ke mesjid. Bukankah kesanggupan pergi ke mesjid untuk bersujud
kehadapan-Nya itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada kita? Tidak ada
yang bisa datang kerumah Allah, kecuali orang yang diundang oleh-Nya.
Demikian
juga ketika hendak makan, hendaknya terlebih dahulu curigai makanan dihadapan
ktia. Halal, haram atau syubhatkah? lalu tengok pakaian yang sedang kita
kenakan, adakah memang milik sendiri, tidakkah dibeli dengan uang haram? Mulut
mungkin selama ini terlalu banyak dipergunakan untuk menyakiti perasaan orang
lain. Mulailah direm sekarang juga.
Pendek kata semakin banyak permintaan yang kita
panjatkan kepada Allah, semakin kita harus pandai-pandai mencermati diri,
apalagi yang harus kita ubah dari diri kita. Insya Allah semua ini akan membuat
lebih cepat diijabahnya suatu doa.
Berdoa adalah suatu amalan yang baik, tetapi perubahan
suatu amalan yang tidak baik menjadi baik itu juga harus lebih bagus lagi dari
yang sudah-sudah. Kalau kita rajin berdoa tetapi selama ini tidak ada perubahan
akhlak, mutu ibadah ataupun pengendalian diri, maka tidak usah menyalahkan
siapa-siapa kalau doa kita sepertinya hampa dan tak terkabulkan.
Padahal mustahil Allah tidak mengabulkan doa seorang
hamba. Begitu banyak ayat Al Qur'an dan hadist yang menegaskan jaminan Allah
ini, "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku menjawab doa seseorang yang berdoa manakala ia
berdoa" (QS.Al Baqarah:186)
Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah itu hidup
lagi Maha Mulia dan Maha Pemurah. Dia malu apabila seseorang menengadahkan
kedua tanggannya, untuk menolaknya dalam keadaan hampa dan sia-sia (HR.
Timidzi)
Dengan demikian, lebih memikirkan upaya untuk mengubah
kebiasaan-kebiasaan kurang baik, ternyata faktor yang sangat penting bagi siapa
saja yang ingin doanya lebih cepat diijabah. Betapa tidak? Karena pada umumnya
orang itu suka lebih sibuk dan merasa pusing dengan apa yang diinginkannya
ketimbang mengubah dirinya sendiri.
Bahkan tidak usah heran kalau suatu saat kita berharap
mampu berubah, lalu Allah menolong kita dengan menyampaikan aib dan kekurangan
kita tentu saja syariatnya lewat manusia misalnya lewat cercaan langsung, lewat
surat dan
sebagainya. Bagi orang yang doanya ingin diijabah, ia akan melihat kritik,
pencelaan, atau cercaan orang lain itu sebagai bagian dari karunia Allah,
sehingga ia lebih mudah mengubah diri daripada sibuk-sibuk membela diri.
Tidak demikian halnya bagi orang yang tidak mau berubah.
Ketika mendapatkan sesuatu yang tidak enak, mendengar kritik atau hinaan orang,
maka ia akan lebih sibuk membela diri daripada segera berintropeksi untuk
mengubah diri. Bahkan ia akan serta untuk menutup-nutupi, bukannya memperbaiki.
Nah kalau kita lebih suka berdalih daripada mengubah
diri, kita tidak usah terlalu banyak berharap. Terhalang doa kita nantinya
justru oleh kelakukan kita sendiri.
Dalam berdoa itu sebenarnya yang penting bukan
diijabahnya karena hal itu toh sudah menjadi janji dan jaminan Allah. Tetapi
bagaimana agar dengan doa kita bisa membuat mutu diri semakin tinggi dan
semakin dekat dengan Allah, inilah justru faktor yang harus kita tekankan.
Bukankah sejak bayi, bahkan sejak masih dikandungan ibu, kita banyak dicukupi
oleh Allah, padahal kita tidak terus-menerus berdoa?
Permintaan dan keinginan kita yang tidak terucap atau
belum terpikir, justru diberikanNya kepada kita. Kita tidak berdoa minta makan,
namun toh hingga kini kita terus bisa makan. Kita tidak pernah berdoa minta
baju, namun toh sampai saat ini kita tetap mampu mengenakan baju. Berapa puluh
tahun kita hidup tanpa doa, tetapi segala kebutuhan kita dapat tercukupi. Hanya
saja semua itu tidak memiliki arti karena kita enggan mendekat dan akrab dengan
Allah.
Sekarang kita tahu ilmunya, sehingga setiap memiliki
keinginan tertentu kita lantas berdoa. Ada
sedikit musibah, segera berdoa. Diuji dengan ketakutan, serta merta berdoa.
Padahal yang lebih penting justru dengan doa sebetulnya diharapkan semakin baik
pribadi kita, akhlak pun semakin bermutu, cemerlang dan kian dekat kepada
Allah. Inilah sesungguhnya yang lebih besar nilainya daripada sekedar
pemberian-pemberian dari Allah yang sebetulnya diberikan diberikan juga kepada
kita ketika berdoa.
Jadi ternyata ada nilai yang lebih tinggi dari sebuah
doa. Bukan sekedar ijabahnya saja, karena hal itu sudah tidak perlu kita
ragukan. Allah kalau sudah berjanji, mustahil tidak Dia tepati. Melainkan nilai
yang lebih tinggi daripada itu, sekali lagi adalah perubahan diri kita-yang
disebabkan oleh permintaan kita kepada Allah-menjadi lebih baik, lebih bermutu
dan lebih cemerlang daripada yang sudah-sudah. Wallahu A'lam
by : Aa Gym
by : Aa Gym
**************************************
semoga bermanfaat............. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar