Mereka
Merindukanmu
Dalam hidup seringkali kita menemukan
manusia dengan ciri khas yang berbeda-beda. Interaksi dengan mereka membuat
kita semakin paham bahwa akan selalu ada perbedaan karakter antara satu dengan
yang lainnya. Ada orang dengan segala kelebihannya lantas menyombongkan diri,
ada yang sebenarnya memiliki potensi yang brilliant namun mereka bersembunyi
dibalik kerendahan dirinya, ada yang amah, hanif, ‘alim, periang, pendiam,
hingga yang susah ditebak juga tak sedikit jumlahnya. Karakter yang unik inilah yang kemudian
membuat hidup semakin berwarna hingga terasa pancaran warna-warni keindahannya.
Ketika kita mulai menilik realitas,
dunia nyata ada banyak “PR” yang menjadi bahan perenungan sekaligus lecutan
bagi para pemuda untuk mengatasinya. Semakin terlihat maraknya degradasi moral
melanda kawula orang tua, pemuda dan lebih parahnya usia anak belia juga
tercatut ke dalam, kehidupan hedonis yang makin merajai hingga merusak
sendi-sendi tatanan kepedulian yang selama ini membudaya dan mendarah daging
dalam kultur kearifan local akhlak masyarakat negeri yang gemah ripah loh
jinawi ini. Seolah tak hanya masalah negara yang semakin darurat korupsi,
narkoba, asing dan a-seng, masalah agama juga tercederai oleh isu-isu tak
bertanggung jawab dan masih banyak lainnya.
Saat melihat kondisi yang cukup
memprihatinkan seperti ini, sejenak perlulah kiranya untuk meluangkan waktu
barang sebentar guna merefleksi diri dan peduli akan nasib bangsa, nasib umat,
nasib generasi dan peradaban. Atas apakah yang salah dengan ini semua?. Saat
kebaiakan dan keburukan bercampur bagai warna abu-abu yang tak jelas, dan
pengaruh barat sudah menancap kuat dalam persepsi dan mentalitas kaum pemuda,
inilah saat-saat emas dimana kaum yang tidak senang dengan kebangkitan negeri
ini semakin menggerogoti. Seolah persoalan demi persoalan selalu datang silih
berganti menerpa bangsa ini.
Saat kita memikirkan masalah ini semua
sendirian, maka kita akan berfikir bahwa seolah ini tak akan mungkin kita
pecahkan. Akan ada bayangan dimana kemungkinan untuk meberikan sebuah problem
solving sangat minim. Tak ada jalan untuk mencari secercah cahaya harapan disana.
Dibalik
sebuah hujan badai yang besar, sedikit bersabarlah. Maka engkau kan dapati
indahnya warna pelangi nan warna-warni. Siapapun anda, yang jelas Usia anda
masih terlalu muda untuk berkata menyerah dan merasa putus asa dalam berjuang.
Nasib bangsa dan negeri ini ada di tangan kita, para pemuda. Tidakkah kita malu pada rintik-rintik hujan yang
meski hanya berupa butiran-butiran kecil namun mampu membuat batu yang keras
itu lambat laun tergores dan cekung? Bukan karena tersebab air hujan itu kuat
atau besar dengan segala apa yang dimiliki, namun dikarenakan oleh
KEISTIQOMAHAN sang rintik-rintik hujan tadilah yang kemudian memberi kekuatan
perlahan namun pasti, akhirnya mampu mengubah kerasnya sang batu yang mustahil
untuk tergores tadi menjadi berlubang.
Perlulah kiranya kita yang mengaku
sebagai seorang pemuda, mahasiswa dan calon generasi harapan negeri ini,
belajar dari sang rintik-rintik hujan tadi. Bahwa tak selamanya kaum kecil akan
selalu kalah. Bahkan dalam Al Qur’an pun
banyak yang mengisahkan bahwasannya banyak diantara kaum kecil mengalahkan yang
besar, yang sedikit mengalahkan yang banyak, yang lemah menggulingkan kecongkakan
yang merasa berkuasa dan kuat, bahkan kaum tak berdaya mampu bangkit dan dengan
segenap secercah harapan yang menguatkan mereka bahwa pasti masa depan itu ada
dalam genggaman, akhirnya membuat bangsa yang tadinya tenggelam perlahan
merangkak dan mampu berdiri dengan gagahnya menjadi bangsa yang mampu
menyongsong kejayaan.
Lihatlah kiranya kisah Ain Jalut dan
Thalut, yang menjadi bukti dari sang pemberani (Thalut) yang berasal dari kaum
yang tak dipandang dan tak bernilai sebelumnya lantas menjadi sosok pahlawan
atas kegigihannya melawan dan mengalahkan kesombongan dari sang penguasa yang
merasa dirinya taka da yang mampu mengalahkan. Jalut sang penguasa yang
dirinya besar (lebih dari 2 meter
tingginya dengan bada yang kekar dimana otot-otot tubuhnya pun terlihat begitu
kuat) merasa bahwa dialah satu-satunya sosok yang mampu mengendalikan apapun
sesuai dengan nafsu ketamakannya. Tak jarang bangsa-bangsa lemah dijadikan
budak, orang-orang yang membangkang seringkali bernasib nyawanya melayang,
amatlah dictator dia dengan kekuasannya sebagai seorang raja yang jaya,
mengobrak-abrik negeri-negeri sekitar yang tadinya aman nan damai. Begitu
biadab apa yang dilakukannya namun dari sejarah kita kan paham bahwa ternyata
dibalik sebuah kesombongan, Allah tebang itu semua dengan sebuah kerendahan
hati sang pahlawan yang gigih (Talut). Akhirnya Allah kirimkan seekor lalat
kecil yang dengannya akhirnya Jalut sang penguasa besar nan sombong itu
terenggut nyawa keangkuhan dan kediktatoranya.
Dari sejarah dan kisah-kisah terdahulu
seyogyanya bisa menjadikan kita menjadi pribadi-pribadi yang bijak. Sejarah
menjadi salah satu pijakan kita yang menjadi energy untuk pemantik semangat
dalam berjuang menghadapi setiap realitas persoalan dan modal mempersiapkan
masa depan. Ingatlah kawan, Mereka merindukanmu. Negeri yang
subur nan penuh kenangan kerinduan ini, tengah dalam sebuah masa kritisnya.
Rakyat yang ada disekitar kita sedang menjerit atas banyaknya problematika yang
terjadi atas sebuah ketidakadilan. Tidak bisakah engkau dengar rintihan mereka
dalam tatapan matanya yang dalam?. Mereka rindu akan perjuangan gigihmu, mereka
rindu akan semangat kepedulianmu, mereka rindu senyuman yang kau berikan untuk
membuat mereka turut tersenyum dibalik beban berat yang mendera, mereka merindukan
akhlak mulia yang kau pancarkan, mereka rindu akan karya-karyamu nan gemilang.
Mereka adalah negeri kita tercinta, Indonesia raya…………
Ingatlah kawan, berjuanglah, harapan itu
masih ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar