DESIGN DAURAH MARHALAH KAMMI (DM)
DALAM MEMBENTUK KARAKTER PEMIMPIN SEJATI
Setiap
organisasi maupun gerakan yang kuat pastilah memiliki sebuah sistem pengkaderan
yang terstruktur dalam membentuk para generasi penerus yang militan, loyal dan
sesuai dengan nafas gerakan atau organisasi tersebut. Hal ini juga belaku pada
sebuah gerakan yang dalam kalangan mahasiswa dikenal sebagai Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia atau yang disingkat dengan KAMMI. Gerakan ini sejak
terbentuk pada tanggal 29 Maret 1998 sebagai salah satu tonggak perubahan yang
dilakukan oleh basis massa yang disebut pemuda atau mahasiswa. Hingga kini
KAMMI terus berkembang dan telah menyebar ke berbagai penjuru nusantara yang
terbentang daei sabang sampai merauke.
Kepengurusan
KAMMI berada pada beberapa level dalam upaya mencetak para calon pemimpin masa
depan yang militan, berkualitas, dan berakhlak mulia. Nafas dakwah KAMMI adalah
gerakan dakwah tauhid yang mengesakan esistensi dari Allah SWT sebagai
satu-satunya Rabb penguasa alam raya beserta seluruh isinya, Dialah Raja dari
segalanya. Selain itu KAMMI berusaha mengkader para anggotanya sesuai dengan
prinsip dakwah Rasulullah yakni gerakan intelektual profetik. Dimana para
anggota KAMMI yang mayoritas didominasi oleh mahasiswa sebagai agent of change, iron stock dan guardian of
value memiliki modal yang cukup prestisius berupa kemampuan kecerdasan yang
diasah di bangku perguruan tinggi. Ini adalah sebuah peluang sekaligus
tantangan melihat banyaknya para pemuda yang ada nyata berada di depan mata bahwa KAMMI siap
mengkader para pemuda tersebut sesuai dengan manhaj kenabian yang dibawa oleh
baginda tercinta sang rahmatal lil’alamin yakni Rasulullah SAW.
Lembaga
KAMMI untuk Proses pengkaderan dalam membentuk karakter pemimpin yang berkapasitas
dan beakhlak mulia terbagi menjadi 4 bagian yakni:
1. KAMMI
Komisariat (KOMSAT)
Levelnya
berada pada tingkat Universitas atau Kampus.
2. KAMMI
Daerah (KAMDA)
Kepengurusannya
berada pada lingkup Kabupaten atau Kota, yang didalamnya terdiri dari beberapa perguruan
tinggi
3. KAMMI
Wilayah (KAMWIL)
Mencakup
satu provinsi biasanya terdiri dari kumpulan KAMMI daerah, termasuk didalamya
ada sebuah badan yang dinamakan KIW atau Korps Instruktur Wilayah
4. KAMMI
Pusat
Merupakan
basis pusat yang menjadi pengatur kebijakan berlangsungnya pergerakan KAMMI di
berbagai wilayah di Indonesia.
Untuk
mencapai sebuah tujuan yang ditetapkan terkait design daurah yang efektif dan
efisien mencetak para kader yang jadi maka baik KOMSAT, KAMDA, KAMWIL dan KAMMI
Pusat harus saling bersinergi. Semisal KOMSAT memiliki peran dalam mengadakan Daurah
Marhalah 1 (DM1) untuk mencetak kader AB1 yang nantinya diharapkan mampu menjadi
sosok syakhsiyah daiyah atau sosok yang berkepribadian islami. KAMDA atau KAMMI
Daerah umumnya memiliki peran dalam melaksanakan Daurah Marhalah 2 (DM2) agar
nantinya terbentuk kader AB2 yang mampu menjadi penggerak dalam melakukan
perubahan dan perbaikan sesuai dengan nafas gerakan. Adapun jenjang KAMWIL
berfungsi dalam berkontribusi membentuk kader AB3 yang mampu menjadi ideolog
atau konseptor ke arah manakah perbaikan ini akan ditujukan.
Design
daurah yang baik selakyaknya memperhatikan pembelajaran dari pelaksanaan daurah
sebelum-sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threatment). Agar dapat mengevalusi kendala dan kekurangan dari apa yang
telah dilakukan dan ditemukan sebuah solusi atau masukan ke arah yang lebih
baik pada pelaksanaan daurah yang akan datang. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam membentuk sebuah daurah yang mengesankan tanpa kehilangan
esensi dari tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Memberi
kesempatan pada kader atau peserta untuk melakukan self assesment
Biasanya
penilaian seringkali hanya terpacu pada observer yang indikator
keberhasilannyapun belum tentu jelas. Untuk menilai keberhasilan sebuah daurah
tidak hanya cukup dengan mengetahui berapa kali peserta memberanikan diri untuk
bertanya, berapa banyak ia menyampaikan kritik, saran, maupun seberapa besar
kapasitas keilmuan yang telah ia tuangkan dalam kegiatan daurah marhalah
tersebut. Akan tetapi jauh lebih penting adalah keberhasilan itu akan terlihat
manakala sang kader setelah mengikuti DM akan tetap bertahan dan berjuang
bersama KAMMI dan terlihat upaya nyatanya dalam berproses meningkatkan kualitas
diri dalam setiap aspek,
Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan waktu kepada para kader untuk berusaha
menyampaikan gagasan, opini, dan tanggapanya terkait materi daurah yang sedang
dibahas. Harapannya adalah dengan kesempatan tersebut maka sang kader akan
mampu menilai sendiri terkait sejauh manakah kapasitas atau kemampuan yang dia miliki terkait topik yang
dijadikan sebagai pokok bahasan. Dengannya ia akan memiliki kesadaran untuk
memacu diri dalam rangka peningkatan aktualisasi dirinya menjadi lebih baik.
2. Menghadirkan
sosok pemateri atau instruktur yang berkompeten atau mumpuni
Seorang
kader akan merasakan kebosanan dan kurang interest bahkan tidak akan mampu
mencerna atau memahami materi yang disampaikan apabila sosok yang membawakan
topik yakni instruktur tidak menguasai apa yang disampaikan. Terlebih apabila
sang instruktur menyampaikannya flat
atau datar ini tentu akan membuat sang peserta menjadi malas untuk
mendengarkan.
Sosok
pemateri yang menguasai setiap materi Daurah, humble memiliki selera humor akan membuat suasanya menjadi cair
tidak garing. Seperti kata pepatah yakni santai tapi serius, akan membuat
kondisi psikologis kader menjadi nyaman untuk berinteraksi dengan sang pembawa
materi sehingga proses pembelajaran 2 arah dapat berjalan karena mereka
interest terhadap sang instruktur yang mampu menyelami kondisi mereka sesuai
apa yang dibutuhkan.
3. Menyiapkan
konsumsi makanan yang beimbang (cukup gizi, tepat porsi, dan bervariasi)
Tidak
bisa dipungkiri bahwasannya makanan merupakan sumber kekuatan atau energi yang
memiliki andil dalam menentukan semangat tidaknya seseorang dalam melakukan
sebuah aktivitas. Seyogyanya panitia menyiapkan makanan yang tidak terlalu
berlebihan karena akan menyebabkan perut cepat kenyang dan berefek menimbulkan
kantuk, bukan pula makanan dengan porsi yang teramat sedikit karena akan
menyebabkan perut masih lapar dan akibatnya keroncongan bahkan bisa jadi dalam
interval waktu yang tergolong singkat perut mulai terkena lapar kembali
sehingga peserta menjadi tidak fokus.
Selain
dari ukuran atau jumlah makanan yang disediakan, perlu diperhatikan juga
terkait gizi makanan tersebut. Makanan yang hanya terdiri dari karbohidrat saja
akan membuat mereka cepat merasakan kantuk seperti nasi goreng, nasi & mie
instant ditambah kerupuk, nasi & sayur kentang ditambah bakwan , maupun
sayuran bernama kangkung yang terlalu banyak karena kangkung memiliki kandungan
senyawa tertentu yang menyebabkan orang yang mengkonsumsinya cepat merasakan
kantuk.
Hendaknya
asupan nutrisi menjadi salah satu aspek yang tidak boleh dikesampingkan.
Nutrisi yang cukup berupa asupan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin
berperan menjadikan tubuh lebih berstamina sehingga mendorong seseorang untuk
beraktivitas lebih bertenaga dan semangat. Ada baiknya juga apabila panitia
sesekali menyediakan buah seperti jambu, jeruk, apel sirsak atau lainnya.
4. Penyampaian
materi pada saat siang hari sebaiknya dilakukan dengan metode FGD (Focuss Group
Discussion)
Biasanya
seseorang akan merasakan capek dan kantuk yang luar biasa manakala jam 12:00
WIB sampai sebelum ashar, karena saat-saat jam tersebut biasanya cuaca panas
dan kondisi perut yang kenyang membuat mereka ingin bersantai ria. Apabila
penyampaian materi disampaikan 1 arah saja atau hanya memancing-mancing diskusi
maka hasilnya akan kurang maksimal karena meskipun badan peserta ada di lokasi
daurah, akan tetapi terkadang alam bawah sadar atau pikiran mereka bisa saja
melayang entah kemana. Untuk mengantisipasi tingkat kejenuhan dan ketiduran
peserta maka sebaiknya Instruktur membagi peserta menjadi beberapa kelompok dan
memberi penugasan setiap kelompok untuk mendiskusikan tema atau topik yang
diberikan. Tujuanya agar mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk berpikir
atau berkontribusi dalam pemecahan topik dan malu atau sungkan untuk tertidur.
Manfaat lainnya akan memudahkan sang penilai dalam mengetahui kapasitas sang
peserta lewat arah jalannya diskusi.
5. Kesiapan
panitia dalam melaksanakan DM
Panitia
haruslah menyiapkan konsep acara yang jelas baik dari waktu, tempat, pemateri,
rangkaian acara dan tujuannya, peserta, konsumsi, amunisi dan sebagainya
sehingga pada saat hari H pelaksanaan tidak ada kata tersendat karena masalah
ketidaksiapan salah satu aspek tersebut. Selain itu hendaknya setiap agenda
dilaksanakan tepat waktu karena peserta akan cepat merasakan bosan apabila
terlalu lama menunggu.
6. Tegas dalam
memberikan sanksi
Adakalanya
panitia itu bersikap ramh kepada peserta namun adakalanya pula mereka yang
dengan sengaja telah melanggar aturan kontrak belajar yang telah disepakati
diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Ketegasan disini bukan berarti
marah akan tetapi dalam rangka mendidik para kader untuk belajar bertanggung
jawab menaati regulasi yang ada dan sekaligus konsekuensi berupa hukuman
apabila terjadi pelanggaran
7. Perlunya
Outbond Training untuk mencairkan suasana Daurah dan membuat Plan B dalam
rangka mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk yang akan terjadi selama
Daurah.
Keberhasilan daurah memang bukanlah hanya dinilai pada
saat daurah marhalah itu berlangsung. Akan tetapi lebih dari itu, keberhasilan
akan terlihat manakala kader mengaplikasikan apa yang ia dapat selama daurah
dalam kehidupanya dan ia tetap aktif berkontribusi dalam kegiatan KAMMI
kedepannya. Namun tidak menyangkal pula bahwasanya Proses Daurah memiliki andil
yang besar pula terhadap penanaman fikrah dan pemahaman manhaj kepada para
kader untuk menarik mereka tetap bertahan di barisan dakwah. Wallahu’alam.
OLEH :
TANTRI
KAMMI
KOMISARIAT UMBY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar