Jumat, 24 Juni 2016

generasi muda, generasi pilihan. berjuanglah

DESIGN DAURAH MARHALAH KAMMI (DM)
DALAM MEMBENTUK KARAKTER PEMIMPIN SEJATI



Setiap organisasi maupun gerakan yang kuat pastilah memiliki sebuah sistem pengkaderan yang terstruktur dalam membentuk para generasi penerus yang militan, loyal dan sesuai dengan nafas gerakan atau organisasi tersebut. Hal ini juga belaku pada sebuah gerakan yang dalam kalangan mahasiswa dikenal sebagai Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia atau yang disingkat dengan KAMMI. Gerakan ini sejak terbentuk pada tanggal 29 Maret 1998 sebagai salah satu tonggak perubahan yang dilakukan oleh basis massa yang disebut pemuda atau mahasiswa. Hingga kini KAMMI terus berkembang dan telah menyebar ke berbagai penjuru nusantara yang terbentang daei sabang sampai merauke.
Kepengurusan KAMMI berada pada beberapa level dalam upaya mencetak para calon pemimpin masa depan yang militan, berkualitas, dan berakhlak mulia. Nafas dakwah KAMMI adalah gerakan dakwah tauhid yang mengesakan esistensi dari Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb penguasa alam raya beserta seluruh isinya, Dialah Raja dari segalanya. Selain itu KAMMI berusaha mengkader para anggotanya sesuai dengan prinsip dakwah Rasulullah yakni gerakan intelektual profetik. Dimana para anggota KAMMI yang mayoritas didominasi oleh mahasiswa sebagai agent of change, iron stock dan guardian of value memiliki modal yang cukup prestisius berupa kemampuan kecerdasan yang diasah di bangku perguruan tinggi. Ini adalah sebuah peluang sekaligus tantangan melihat banyaknya para pemuda yang ada  nyata berada di depan mata bahwa KAMMI siap mengkader para pemuda tersebut sesuai dengan manhaj kenabian yang dibawa oleh baginda tercinta sang rahmatal lil’alamin yakni Rasulullah SAW.
Lembaga KAMMI untuk Proses pengkaderan dalam membentuk karakter pemimpin yang berkapasitas dan beakhlak mulia terbagi menjadi 4 bagian yakni:
1.    KAMMI Komisariat (KOMSAT)
Levelnya berada pada tingkat Universitas atau Kampus.
2.    KAMMI Daerah (KAMDA)
Kepengurusannya berada pada lingkup Kabupaten atau Kota, yang didalamnya terdiri dari beberapa perguruan tinggi
3.    KAMMI Wilayah (KAMWIL)
Mencakup satu provinsi biasanya terdiri dari kumpulan KAMMI daerah, termasuk didalamya ada sebuah badan yang dinamakan KIW atau Korps Instruktur Wilayah
4.    KAMMI Pusat
Merupakan basis pusat yang menjadi pengatur kebijakan berlangsungnya pergerakan KAMMI di berbagai wilayah di Indonesia.

Untuk mencapai sebuah tujuan yang ditetapkan terkait design daurah yang efektif dan efisien mencetak para kader yang jadi maka baik KOMSAT, KAMDA, KAMWIL dan KAMMI Pusat harus saling bersinergi. Semisal KOMSAT memiliki peran dalam mengadakan Daurah Marhalah 1 (DM1) untuk mencetak kader AB1 yang nantinya diharapkan mampu menjadi sosok syakhsiyah daiyah atau sosok yang berkepribadian islami. KAMDA atau KAMMI Daerah umumnya memiliki peran dalam melaksanakan Daurah Marhalah 2 (DM2) agar nantinya terbentuk kader AB2 yang mampu menjadi penggerak dalam melakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan nafas gerakan. Adapun jenjang KAMWIL berfungsi dalam berkontribusi membentuk kader AB3 yang mampu menjadi ideolog atau konseptor ke arah manakah perbaikan ini akan ditujukan.
Design daurah yang baik selakyaknya memperhatikan pembelajaran dari pelaksanaan daurah sebelum-sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threatment). Agar dapat mengevalusi kendala dan kekurangan dari apa yang telah dilakukan dan ditemukan sebuah solusi atau masukan ke arah yang lebih baik pada pelaksanaan daurah yang akan datang.  Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membentuk sebuah daurah yang mengesankan tanpa kehilangan esensi dari tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1.    Memberi kesempatan pada kader atau peserta untuk melakukan self assesment
Biasanya penilaian seringkali hanya terpacu pada observer yang indikator keberhasilannyapun belum tentu jelas. Untuk menilai keberhasilan sebuah daurah tidak hanya cukup dengan mengetahui berapa kali peserta memberanikan diri untuk bertanya, berapa banyak ia menyampaikan kritik, saran, maupun seberapa besar kapasitas keilmuan yang telah ia tuangkan dalam kegiatan daurah marhalah tersebut. Akan tetapi jauh lebih penting adalah keberhasilan itu akan terlihat manakala sang kader setelah mengikuti DM akan tetap bertahan dan berjuang bersama KAMMI dan terlihat upaya nyatanya dalam berproses meningkatkan kualitas diri dalam setiap aspek,
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan waktu kepada para kader untuk berusaha menyampaikan gagasan, opini, dan tanggapanya terkait materi daurah yang sedang dibahas. Harapannya adalah dengan kesempatan tersebut maka sang kader akan mampu menilai sendiri terkait sejauh manakah kapasitas atau  kemampuan yang dia miliki terkait topik yang dijadikan sebagai pokok bahasan. Dengannya ia akan memiliki kesadaran untuk memacu diri dalam rangka peningkatan aktualisasi dirinya menjadi lebih baik.
2.    Menghadirkan sosok pemateri atau instruktur yang berkompeten atau mumpuni
Seorang kader akan merasakan kebosanan dan kurang interest bahkan tidak akan mampu mencerna atau memahami materi yang disampaikan apabila sosok yang membawakan topik yakni instruktur tidak menguasai apa yang disampaikan. Terlebih apabila sang instruktur menyampaikannya flat atau datar ini tentu akan membuat sang peserta menjadi malas untuk mendengarkan.
Sosok pemateri yang menguasai setiap materi Daurah, humble memiliki selera humor akan membuat suasanya menjadi cair tidak garing. Seperti kata pepatah yakni santai tapi serius, akan membuat kondisi psikologis kader menjadi nyaman untuk berinteraksi dengan sang pembawa materi sehingga proses pembelajaran 2 arah dapat berjalan karena mereka interest terhadap sang instruktur yang mampu menyelami kondisi mereka sesuai apa yang dibutuhkan.
3.    Menyiapkan konsumsi makanan yang beimbang (cukup gizi, tepat porsi, dan bervariasi)
Tidak bisa dipungkiri bahwasannya makanan merupakan sumber kekuatan atau energi yang memiliki andil dalam menentukan semangat tidaknya seseorang dalam melakukan sebuah aktivitas. Seyogyanya panitia menyiapkan makanan yang tidak terlalu berlebihan karena akan menyebabkan perut cepat kenyang dan berefek menimbulkan kantuk, bukan pula makanan dengan porsi yang teramat sedikit karena akan menyebabkan perut masih lapar dan akibatnya keroncongan bahkan bisa jadi dalam interval waktu yang tergolong singkat perut mulai terkena lapar kembali sehingga peserta menjadi tidak fokus.
Selain dari ukuran atau jumlah makanan yang disediakan, perlu diperhatikan juga terkait gizi makanan tersebut. Makanan yang hanya terdiri dari karbohidrat saja akan membuat mereka cepat merasakan kantuk seperti nasi goreng, nasi & mie instant ditambah kerupuk, nasi & sayur kentang ditambah bakwan , maupun sayuran bernama kangkung yang terlalu banyak karena kangkung memiliki kandungan senyawa tertentu yang menyebabkan orang yang mengkonsumsinya cepat merasakan kantuk.
Hendaknya asupan nutrisi menjadi salah satu aspek yang tidak boleh dikesampingkan. Nutrisi yang cukup berupa asupan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin berperan menjadikan tubuh lebih berstamina sehingga mendorong seseorang untuk beraktivitas lebih bertenaga dan semangat. Ada baiknya juga apabila panitia sesekali menyediakan buah seperti jambu, jeruk, apel sirsak atau lainnya.
4.    Penyampaian materi pada saat siang hari sebaiknya dilakukan dengan metode FGD (Focuss Group Discussion)
Biasanya seseorang akan merasakan capek dan kantuk yang luar biasa manakala jam 12:00 WIB sampai sebelum ashar, karena saat-saat jam tersebut biasanya cuaca panas dan kondisi perut yang kenyang membuat mereka ingin bersantai ria. Apabila penyampaian materi disampaikan 1 arah saja atau hanya memancing-mancing diskusi maka hasilnya akan kurang maksimal karena meskipun badan peserta ada di lokasi daurah, akan tetapi terkadang alam bawah sadar atau pikiran mereka bisa saja melayang entah kemana. Untuk mengantisipasi tingkat kejenuhan dan ketiduran peserta maka sebaiknya Instruktur membagi peserta menjadi beberapa kelompok dan memberi penugasan setiap kelompok untuk mendiskusikan tema atau topik yang diberikan. Tujuanya agar mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk berpikir atau berkontribusi dalam pemecahan topik dan malu atau sungkan untuk tertidur. Manfaat lainnya akan memudahkan sang penilai dalam mengetahui kapasitas sang peserta lewat arah jalannya diskusi.
5.    Kesiapan panitia dalam melaksanakan DM
Panitia haruslah menyiapkan konsep acara yang jelas baik dari waktu, tempat, pemateri, rangkaian acara dan tujuannya, peserta, konsumsi, amunisi dan sebagainya sehingga pada saat hari H pelaksanaan tidak ada kata tersendat karena masalah ketidaksiapan salah satu aspek tersebut. Selain itu hendaknya setiap agenda dilaksanakan tepat waktu karena peserta akan cepat merasakan bosan apabila terlalu lama menunggu.
6.    Tegas dalam memberikan sanksi
Adakalanya panitia itu bersikap ramh kepada peserta namun adakalanya pula mereka yang dengan sengaja telah melanggar aturan kontrak belajar yang telah disepakati diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Ketegasan disini bukan berarti marah akan tetapi dalam rangka mendidik para kader untuk belajar bertanggung jawab menaati regulasi yang ada dan sekaligus konsekuensi berupa hukuman apabila terjadi pelanggaran

7.    Perlunya Outbond Training untuk mencairkan suasana Daurah dan membuat Plan B dalam rangka mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk yang akan terjadi selama Daurah.
Keberhasilan daurah memang bukanlah hanya dinilai pada saat daurah marhalah itu berlangsung. Akan tetapi lebih dari itu, keberhasilan akan terlihat manakala kader mengaplikasikan apa yang ia dapat selama daurah dalam kehidupanya dan ia tetap aktif berkontribusi dalam kegiatan KAMMI kedepannya. Namun tidak menyangkal pula bahwasanya Proses Daurah memiliki andil yang besar pula terhadap penanaman fikrah dan pemahaman manhaj kepada para kader untuk menarik mereka tetap bertahan di barisan dakwah. Wallahu’alam.

OLEH : TANTRI
KAMMI KOMISARIAT UMBY




Tidak ada komentar:

Posting Komentar