Kamis, 23 Juni 2016

mereka merindukanmu

Mereka Merindukanmu


Dalam hidup seringkali kita menemukan manusia dengan ciri khas yang berbeda-beda. Interaksi dengan mereka membuat kita semakin paham bahwa akan selalu ada perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Ada orang dengan segala kelebihannya lantas menyombongkan diri, ada yang sebenarnya memiliki potensi yang brilliant namun mereka bersembunyi dibalik kerendahan dirinya, ada yang amah, hanif, ‘alim, periang, pendiam, hingga yang susah ditebak juga tak sedikit jumlahnya.  Karakter yang unik inilah yang kemudian membuat hidup semakin berwarna hingga terasa pancaran warna-warni keindahannya.

Ketika kita mulai menilik realitas, dunia nyata ada banyak “PR” yang menjadi bahan perenungan sekaligus lecutan bagi para pemuda untuk mengatasinya. Semakin terlihat maraknya degradasi moral melanda kawula orang tua, pemuda dan lebih parahnya usia anak belia juga tercatut ke dalam, kehidupan hedonis yang makin merajai hingga merusak sendi-sendi tatanan kepedulian yang selama ini membudaya dan mendarah daging dalam kultur kearifan local akhlak masyarakat negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. Seolah tak hanya masalah negara yang semakin darurat korupsi, narkoba, asing dan a-seng, masalah agama juga tercederai oleh isu-isu tak bertanggung jawab dan masih banyak lainnya.

Saat melihat kondisi yang cukup memprihatinkan seperti ini, sejenak perlulah kiranya untuk meluangkan waktu barang sebentar guna merefleksi diri dan peduli akan nasib bangsa, nasib umat, nasib generasi dan peradaban. Atas apakah yang salah dengan ini semua?. Saat kebaiakan dan keburukan bercampur bagai warna abu-abu yang tak jelas, dan pengaruh barat sudah menancap kuat dalam persepsi dan mentalitas kaum pemuda, inilah saat-saat emas dimana kaum yang tidak senang dengan kebangkitan negeri ini semakin menggerogoti. Seolah persoalan demi persoalan selalu datang silih berganti menerpa bangsa ini.

Saat kita memikirkan masalah ini semua sendirian, maka kita akan berfikir bahwa seolah ini tak akan mungkin kita pecahkan. Akan ada bayangan dimana kemungkinan untuk meberikan sebuah problem solving sangat minim. Tak ada jalan untuk mencari secercah cahaya harapan disana. 

Dibalik sebuah hujan badai yang besar, sedikit bersabarlah. Maka engkau kan dapati indahnya warna pelangi nan warna-warni. Siapapun anda, yang jelas Usia anda masih terlalu muda untuk berkata menyerah dan merasa putus asa dalam berjuang. Nasib bangsa dan negeri ini ada di tangan kita, para pemuda. Tidakkah kita malu pada rintik-rintik hujan yang meski hanya berupa butiran-butiran kecil namun mampu membuat batu yang keras itu lambat laun tergores dan cekung? Bukan karena tersebab air hujan itu kuat atau besar dengan segala apa yang dimiliki, namun dikarenakan oleh KEISTIQOMAHAN sang rintik-rintik hujan tadilah yang kemudian memberi kekuatan perlahan namun pasti, akhirnya mampu mengubah kerasnya sang batu yang mustahil untuk tergores tadi menjadi berlubang.

Perlulah kiranya kita yang mengaku sebagai seorang pemuda, mahasiswa dan calon generasi harapan negeri ini, belajar dari sang rintik-rintik hujan tadi. Bahwa tak selamanya kaum kecil akan selalu kalah.  Bahkan dalam Al Qur’an pun banyak yang mengisahkan bahwasannya banyak diantara kaum kecil mengalahkan yang besar, yang sedikit mengalahkan yang banyak, yang lemah menggulingkan kecongkakan yang merasa berkuasa dan kuat, bahkan kaum tak berdaya mampu bangkit dan dengan segenap secercah harapan yang menguatkan mereka bahwa pasti masa depan itu ada dalam genggaman, akhirnya membuat bangsa yang tadinya tenggelam perlahan merangkak dan mampu berdiri dengan gagahnya menjadi bangsa yang mampu menyongsong kejayaan.

Lihatlah kiranya kisah Ain Jalut dan Thalut, yang menjadi bukti dari sang pemberani (Thalut) yang berasal dari kaum yang tak dipandang dan tak bernilai sebelumnya lantas menjadi sosok pahlawan atas kegigihannya melawan dan mengalahkan kesombongan dari sang penguasa yang merasa dirinya taka da yang mampu mengalahkan. Jalut sang penguasa yang dirinya  besar (lebih dari 2 meter tingginya dengan bada yang kekar dimana otot-otot tubuhnya pun terlihat begitu kuat) merasa bahwa dialah satu-satunya sosok yang mampu mengendalikan apapun sesuai dengan nafsu ketamakannya. Tak jarang bangsa-bangsa lemah dijadikan budak, orang-orang yang membangkang seringkali bernasib nyawanya melayang, amatlah dictator dia dengan kekuasannya sebagai seorang raja yang jaya, mengobrak-abrik negeri-negeri sekitar yang tadinya aman nan damai. Begitu biadab apa yang dilakukannya namun dari sejarah kita kan paham bahwa ternyata dibalik sebuah kesombongan, Allah tebang itu semua dengan sebuah kerendahan hati sang pahlawan yang gigih (Talut). Akhirnya Allah kirimkan seekor lalat kecil yang dengannya akhirnya Jalut sang penguasa besar nan sombong itu terenggut nyawa keangkuhan dan kediktatoranya.

Dari sejarah dan kisah-kisah terdahulu seyogyanya bisa menjadikan kita menjadi pribadi-pribadi yang bijak. Sejarah menjadi salah satu pijakan kita yang menjadi energy untuk pemantik semangat dalam berjuang menghadapi setiap realitas persoalan dan modal mempersiapkan masa depan. Ingatlah kawan, Mereka merindukanmu. Negeri yang subur nan penuh kenangan kerinduan ini, tengah dalam sebuah masa kritisnya. Rakyat yang ada disekitar kita sedang menjerit atas banyaknya problematika yang terjadi atas sebuah ketidakadilan. Tidak bisakah engkau dengar rintihan mereka dalam tatapan matanya yang dalam?. Mereka rindu akan perjuangan gigihmu, mereka rindu akan semangat kepedulianmu, mereka rindu senyuman yang kau berikan untuk membuat mereka turut tersenyum dibalik beban berat yang mendera, mereka merindukan akhlak mulia yang kau pancarkan, mereka rindu akan karya-karyamu nan gemilang. Mereka adalah negeri kita tercinta, Indonesia raya…………
Ingatlah kawan, berjuanglah, harapan itu masih ada.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar