Kamis, 23 Juni 2016

Ruang itu bernama Passion

Menyelami Passion


Sebuah passion adalah hal unik yang dititipkan oleh sang khaliq dalam diri setiap manusia. Sangat menarik memang keberadaan satu hal ini. Tak terlihat namun sangat terasa sekali keberadaanya. Meninggalkan sebuah jejak yang namanya kekuatan sebuah tindakan sehingga akan mempengaruhi apakah kualitas dari karya yang dihasilkan. Akan menjadi seperti apakah ia?. Baik, buruk, biasa saja, istimewa atau bahkan mampu menggerakkan banyak orang melakukan aksi serupa tersebab persuasi dari karya yang kita hasilkan.

Ada sebuah contoh yang mungkin pernah kita dengar, salah satunya petuah dari Ustad Anis Matta, Lc. Beliau pernah mengatakan dalam sebuah taujih bahwasannya seseorang yang berkarya atas dasar paksaan tanpa didasari kemauan yang kuat maka hasilnya tidaklah maksimal. Seperti seorang mahasiswa yang mengambil jurusan kedokteran, secerdas apapun ia dalam menghafal banyak kosa-kata dan pembelajaran ilmiah dari jurusan tersebut, namun jika ia tidak memiliki passion didalamnya maka ia tidak akan menjadi dokter ulung. Tersebab energy yang digunakan hanyalah sebagian kecil saja dari total potensi yang dimiliki. Harusnya jika seseorang tadi yang potensinya luar biasa diimbangi dengan kemauan yang kuat maka daya energinya akan menghasilkan sebuah ledakan-ledakan karya  tak terduga nan luar biasa.

Ada setidaknya 3 tipe passion yang dimiliki manusia. Yang pertama adalah passion yang melekat pada diri seseorang sejak lahir san secara sadar manusia paham bahwa inilah bakat yang dimiliki karena setiap karya yang dibuat dibidang tersebut menjadi terlihat berbeda dan memiliki nilai yang lebih, atau manusia tersebut akan merasa memiliki kepuasan tersendiri bahkan setiap pembelajaran di bidang khusus tersebut menjadi mudah untuk dia tangkap dan terapkan bahkan tanpa harus belajar dengan keras. Kedua, tipe orang yang menyukai sesuatu hal namun untuk mencapai sebuah titik kepuasan dan maksimalitas suatu karya tetap maka membutuhkan sebuah  pembelajaran dan perjuangan yang ekstra. Ketiga, orang yang tidak menyadari bahwa ia memiliki passion tersebut namun ketika melakukan aktivitas kerja di bidang khusus tersebut menjadi terlihat bernilai, dan bisa jadi malah orang tadi membenci atau kurang menyukai bidang yang didalamnya terdapat potensi besar untuk diukir.

Sebagian orang mungkin saja pernah mengalami sebuah distorsi maupun kebingungan akan apa sebenarnya passion yang dimiliki oleh diri sendiri. Tak jarang seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan bakat apakah sebenarnya yang dilekatkan sang khaliq pada diri ini. Bahkan diri penulis juga pernah mengalami masa-masa transisi akan sebuah pencarian dimanakah letak potensi alamiah yang Allah SWT berikan. Di tengah-tengah kebimbangan itulah diri terus mengejar sebuah oase di padang pasir. Meski yang terlihat hanya pancaran pantuan menyilaukan yang terlihat bagai air namun ternyata hanyalah butiran-butiran debu yang kosong yang terpantulkan oleh sang surya.

Berawal dari pengalaman memasuki dunia SMK dan pemilihan jurusan yang sesuai dengan keinginan. Kebingungan sempat melanda karna diri tak yakin dan tidak paham akan di bidang manakah diri ini memiliki potensi yang prospek untuk dikembangkan. Akhirnya kulabuhkan pilihan pada bidang pertanian atau agronomi di sebuah sekolah yang dulu terkenal sempat denga ketidakteraturannya yakni almamater SMK N 1 Bawen. Awal menempuh pendidikan dibidang pertanian membuatku bosan dan ingin berpindah saja kepada jurusan lain. Hal ini berlangsung bahkan mencapai 1,5 tahun lamanya. Belajar dan menyelami sebuah dunia yang hati dan minat tidak tertanam didalamnya. Sungguh tersiksa, memang. Diri ini pun tak jarang bergejolak,  menentang, dan rasanya ingin menyerah saja. 

Dibalik sebuah pilihan memanglah ada resiko yang harus ditanggung. Entah itu baik atau buruk, namun ketika kita mampu berikhtiar dan diiringi dengan tawakkal kepadaNya, yakinlah bahwa segala sesuatunya adalah yang terbaik. Dibalik sebuah pilihanku “asal”, dengan proses perjuangan panjang yang harus kubayar, ku tahu kemudian bahwa Allah sedang menitipkan sebuah kado cinta yang dinamakan ketegaran atau kekuatan mental serta banyak sekali kejutan-kejutan tak terduga dariNYA terutama kesadaran bahwa ternyata diri ini memiliki banyak sekali passiondi berbagai bidang baik itu akademik maupun non akademik atau pengembangan diri.

Penjelajahan panjang itu akhirnya mengantarkanku pada sebuah kesadaran bahwa ini lah jawaban dari Allah SWT bahwa memang di dunia pertanian inilah potensiku berkembang dengan cepatnya terutama didunia sains atau konsep ilmunya, meski memang agak kurang disisi penerapannya. Bahkan saat ini aku merasa sangat beruntung bisa dipilih untuk masuk bidang ini. Sebuah bidang yang mampu membuatku mencetak banyak karya dan sejarah yang cukup gemilang sejak dibangku SMK. Yang tentunya ini semua tak lepas dari peran orang tua tercinta yang tanpa kenal lelah mendoakan siang malam dan menyokong logistic dalam menuntut ilmu, guru-guru yang berdedikasi tingi, kerabat yang seringkali memberi nasihat, masukan, dan penghargaan, teman-teman seperjuangan yang memberikan semangat dan membuat hidup lebih berwarna, tak lupa pihak-pihak yang turut andil dalam membuat hidupku penuh warna dan makna.

Saat memasuki sebuah ruangan kan ada pintu-pintu yang siap menyapa kedatngan kita dengan berbagai ruangan yang ada didalamnya. Bervariasi memang ruangan satu dengan yang lain. Entah dari segi interiornya, bentuk ruangannya, tata letak benda-bendanya, sampai fungi yang dimiliki. Begitulah passion yang merupakan sebuah rumah, ketika kita telah menemukan rumah impian kita yang sebenarnya kita akan dihadapkan dengan pintu-pintu atau ruangan-ruangan yang beraneka macam. Ruang itu bernama bakat-bakat lain yang menyertai passion kita. Ruang-ruang menyusun sebuah rumah menjadi kuat nan indah dan penuh daya fungi.

Saat ini mungkin begitu banyak rasa syukur yang ingin dan senantiasa perlu kupanjatkan pada Allah SWT atas petunjuk yang selalu diberikannya, dan membimbingku terutama untuk senantiasa rindu akan kebaikan dan berkumpul dengan sosok-sosok yang saling mencintai karenaya.




Writer : Tantri Ay Nahra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar