Jumat, 24 Juni 2016

MENGAPA ENGGAN MENGUBAH DIRI?(1)



Kekuatan seseorang mengubah dirinya akan menjadi salah satu kunci kesuksesan memburu pertolongan Allah Azza wa Jalla. Kita banyak keinginan dan dengan begitu lantas kitapun jadi banyak berharap dan berdoa kepada Allah. Namun sibuknya meminta kadang-kadang membuat kita tidak sempat menilai diri sendiri. Padahal justru kalau kita berdoa dan berakibat kita mengubah diri, maka Allah pun akan memberi apa yang diminta. Ini dikarenakan doa itu adalah pengiring agar kita bisa mengubah diri.

Jadi, kalau kita banyak berharap, banyak minta sesuatu kepada Allah dan begitu besarnya keinginan agar Allah mengijabah doa kita, tetapi kita sendiri tidak pernah mau membuat diri sendiri berubah menjadi lebih baik, berarti ada yang salah dari permintaan kita. "Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tidak mengubah dirimu dari kebiasaannya?" tanya Imam Ibnu Athoilah.

Kita berharap padi yang kita tanam dapat tumbuh subur dan bernas bulirnya tetapi kita sendiri tidak bergairah mencangkul, memberi pupuk dan memeliharanya dengan baik. Manakah mungkin keinginan itu dapat tercapai? Kita berdoa kepada Allah karena ingin dimudahkan dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Tetapi, kita tidak meningkatkan kegigihan belajar, enggan memperluas wawasan, malas berkonsultasi, tidak mau menggali informasi sebanyak-banyaknya; pendek kata tidak mau bersungguh-sungguh, ini berarti doa yang kita panjatkan tak lebih dari doa hampa belaka.

Betapa tidak? Sebetulnya kekuatan doa itu akan jauh lebih efektif ketika kita sanggup mengubah diri dengan doa tersebut. Allah sekali-kali tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri demikian sabda Rasul SAW.  Umar bin Khattab sendiri pernah mengusir seseorang dari masjid lantaran beberapa kali dijumpai sedang sibuk berdoa tanpa kelihatan keluar untuk berikhtiar.

Pernah suatu ketika ada seorang istri yang begitu mendambakan memiliki anak-anak yang shalih dan suami yang lebih bertanggung jawab, dapat menjadi teladan yang baik bagi keluarga serta taat dalam beribadah. Ia telah banyak memanjatkan doa kepada Allah. Tak jarang pula mendatangi ulama untuk meminta nasihat dan didoakan. Akan tetapi, wanita tersebut ibadahnya tidak pernah ditingkatkan. Shalatnya masih biasa-biasa saja. Dinasihatkan agar mulai belajar mengenakan busana muslimah kalau memang ingin semakin dekat kepada Allah, sehingga doanya membuahkan ijabah. Mudah-mudahan dengan demikian Allah melihat ia lebih sungguh-sungguh lagi dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Lihat pula kedalam diri sendiri, selidikilah apa saja yang kurang dari kebiasaan ibadah selama ini. Tidak cukup hanya dengan doa saja. Namun, bila semua ikhtiar mengubah diri tersebut enggan dilakukan, bagaimana mungkin segala sesuatu yang diharapkan itu bisa kesampaian?

Kita harus mulai berani mengubah kebiasaan yang kurang baik, sejauh yang sanggup kita ubah. Bila kita selama ini terbiasa merokok cobalah mulai dikurangi. Daripada uang dibelikan rokok lebih baik disedekahkan karena bersedekah itu jelas-jelas merupakan perbuatan mulia yang mengandung nilai pahala yang amat tinggi, sedangkan "membakar" uang melalui rokok, adalah perbuatan mubadzir yang mengundang bala.

Malam hari yang biasanya tidur pulas, kali ini bangunlah untuk tahajud. Siang hari, yang biasanya segala makanan disantap, cobalah kali ini belajar menahan diri dengan melaksanakan shaum sunnah. Selama ini sudah terbiasa tidak bisa menahan lisan, gemar berbicara banyak, berkomentar tentang hal-hal yang tidak perlu dan menahan diri. Bukankah Rasulullah SAW sendiri pernah menegaskan,"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau hendaklah ia diam" (HR.Bukhari Muslim)

Kita banyak didera oleh berbagai persoalan hidup, lantas sangat berharap segera terbebas dan beroleh kenyamanan dan kebahagiaan, tetapi selama hidup tidak pernah masuk ke mesjid. Bukankah kesanggupan pergi ke mesjid untuk bersujud kehadapan-Nya itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada kita? Tidak ada yang bisa datang kerumah Allah, kecuali orang yang diundang oleh-Nya.

Demikian juga ketika hendak makan, hendaknya terlebih dahulu curigai makanan dihadapan ktia. Halal, haram atau syubhatkah? lalu tengok pakaian yang sedang kita kenakan, adakah memang milik sendiri, tidakkah dibeli dengan uang haram? Mulut mungkin selama ini terlalu banyak dipergunakan untuk menyakiti perasaan orang lain. Mulailah direm sekarang juga.

Pendek kata semakin banyak permintaan yang kita panjatkan kepada Allah, semakin kita harus pandai-pandai mencermati diri, apalagi yang harus kita ubah dari diri kita. Insya Allah semua ini akan membuat lebih cepat diijabahnya suatu doa.

Berdoa adalah suatu amalan yang baik, tetapi perubahan suatu amalan yang tidak baik menjadi baik itu juga harus lebih bagus lagi dari yang sudah-sudah. Kalau kita rajin berdoa tetapi selama ini tidak ada perubahan akhlak, mutu ibadah ataupun pengendalian diri, maka tidak usah menyalahkan siapa-siapa kalau doa kita sepertinya hampa dan tak terkabulkan.

Padahal mustahil Allah tidak mengabulkan doa seorang hamba. Begitu banyak ayat Al Qur'an dan hadist yang menegaskan jaminan Allah ini, "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku menjawab doa seseorang yang berdoa manakala ia berdoa" (QS.Al Baqarah:186)
Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah itu hidup lagi Maha Mulia dan Maha Pemurah. Dia malu apabila seseorang menengadahkan kedua tanggannya, untuk menolaknya dalam keadaan hampa dan sia-sia (HR. Timidzi)

Dengan demikian, lebih memikirkan upaya untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan kurang baik, ternyata faktor yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin doanya lebih cepat diijabah. Betapa tidak? Karena pada umumnya orang itu suka lebih sibuk dan merasa pusing dengan apa yang diinginkannya ketimbang mengubah dirinya sendiri.

Bahkan tidak usah heran kalau suatu saat kita berharap mampu berubah, lalu Allah menolong kita dengan menyampaikan aib dan kekurangan kita tentu saja syariatnya lewat manusia misalnya lewat cercaan langsung, lewat surat dan sebagainya. Bagi orang yang doanya ingin diijabah, ia akan melihat kritik, pencelaan, atau cercaan orang lain itu sebagai bagian dari karunia Allah, sehingga ia lebih mudah mengubah diri daripada sibuk-sibuk membela diri.

Tidak demikian halnya bagi orang yang tidak mau berubah. Ketika mendapatkan sesuatu yang tidak enak, mendengar kritik atau hinaan orang, maka ia akan lebih sibuk membela diri daripada segera berintropeksi untuk mengubah diri. Bahkan ia akan serta untuk menutup-nutupi, bukannya memperbaiki.

Nah kalau kita lebih suka berdalih daripada mengubah diri, kita tidak usah terlalu banyak berharap. Terhalang doa kita nantinya justru oleh kelakukan kita sendiri.

Dalam berdoa itu sebenarnya yang penting bukan diijabahnya karena hal itu toh sudah menjadi janji dan jaminan Allah. Tetapi bagaimana agar dengan doa kita bisa membuat mutu diri semakin tinggi dan semakin dekat dengan Allah, inilah justru faktor yang harus kita tekankan. Bukankah sejak bayi, bahkan sejak masih dikandungan ibu, kita banyak dicukupi oleh Allah, padahal kita tidak terus-menerus berdoa?

Permintaan dan keinginan kita yang tidak terucap atau belum terpikir, justru diberikanNya kepada kita. Kita tidak berdoa minta makan, namun toh hingga kini kita terus bisa makan. Kita tidak pernah berdoa minta baju, namun toh sampai saat ini kita tetap mampu mengenakan baju. Berapa puluh tahun kita hidup tanpa doa, tetapi segala kebutuhan kita dapat tercukupi. Hanya saja semua itu tidak memiliki arti karena kita enggan mendekat dan akrab dengan Allah.

Sekarang kita tahu ilmunya, sehingga setiap memiliki keinginan tertentu kita lantas berdoa. Ada sedikit musibah, segera berdoa. Diuji dengan ketakutan, serta merta berdoa. Padahal yang lebih penting justru dengan doa sebetulnya diharapkan semakin baik pribadi kita, akhlak pun semakin bermutu, cemerlang dan kian dekat kepada Allah. Inilah sesungguhnya yang lebih besar nilainya daripada sekedar pemberian-pemberian dari Allah yang sebetulnya diberikan diberikan juga kepada kita ketika berdoa.

Jadi ternyata ada nilai yang lebih tinggi dari sebuah doa. Bukan sekedar ijabahnya saja, karena hal itu sudah tidak perlu kita ragukan. Allah kalau sudah berjanji, mustahil tidak Dia tepati. Melainkan nilai yang lebih tinggi daripada itu, sekali lagi adalah perubahan diri kita-yang disebabkan oleh permintaan kita kepada Allah-menjadi lebih baik, lebih bermutu dan lebih cemerlang daripada yang sudah-sudah. Wallahu A'lam
by : Aa Gym
**************************************
semoga bermanfaat............. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar